Share

03. Langkah Awal

“Apa yang akan Anda rencanakan?”

“Rencana ini tidak terlalu sulit untuk Anda. Aku akan menjelaskan nanti di perjalanan.”

Lalu, tanpa ingin mendesaknya lagi, Derana mengiakan. Mereka meninggalkan kafe dan menuju mobil mewah Arash yang sudah menunggu di luar. Sepanjang perjalanan, Derana tidak bisa berhenti memikirkan keputusan yang baru saja diambilnya. Apakah ini benar-benar jalan yang tepat?

“Kita akan mengadakan konferensi pers besok untuk mengumumkan pernikahan kita. Aku ingin kamu bersiap-siap,” ucap Arash memecah keheningan pada akhirnya.

Derana mengangguk pelan. “Tapi bagaimana dengan Haka dan Ilona? Apa rencanamu selanjutnya?”

Lelaki di sampingnya itu tersenyum tipis. “Kita akan mulai dengan menghancurkan reputasi mereka. Aku punya beberapa informasi yang bisa kita gunakan. Tapi untuk sekarang, fokuslah pada peranmu sebagai istriku dulu.”

Tidak ada tanggapan yang bisa Derana ungkapkan, selain helaan napasnya yang mengalun. Mungkin untuk saat ini, ia akan mengikuti perintah lelaki itu dahulu.

Malam itu, Derana kembali ke apartemennya dengan perasaan campur aduk. Ia tahu bahwa hidupnya akan berubah drastis mulai sekarang. Dirinya harus memainkan peran sebagai istri Arash dengan sempurna, meskipun hatinya masih terluka oleh pengkhianatan Haka.

Keesokan harinya, Derana berdiri di depan cermin, wanita itu sudah mengenakan gaun elegan yang dipilih oleh Arash. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba mencari ketenangan diri.

“Kamu bisa melakukannya, Derana!” bisiknya pada diri sendiri.

Di depan cermin, wanita itu mempercantik diri dengan teliti, penampilannya kali ini begitu berbeda dan memukau dari biasanya.

Setelah memastikan setiap detail sempurna, ia bangkit dan melangkah keluar, siap menghadapi sorotan di konferensi pers yang sudah menantinya.

Di tempat itu, lampu kamera berkedip-kedip saat Arash dan Derana memasuki ruangan. Arash menggenggam tangan Derana erat-erat, seolah memberikan dukungan yang tak terduga. Mereka duduk di depan para wartawan, siap menghadapi pertanyaan yang akan datang. Mengingat, Arash adalah sosok yang sangat penting di antara kaum pembisnis.

“Selamat pagi, semuanya,” seru Arash dengan suara tenang.

“Saya ingin mengumumkan sesuatu yang sangat penting,” lanjut pengusaha tersebut dengan senyum yang lebar. “Hari ini, saya dengan bangga mengumumkan bahwa saya telah menikah dengan wanita yang saya cintai.”

“Keberadaan kami berdua di sini untuk mengumumkan bahwa saya dan Derana telah menikah. Kami berharap mendapatkan dukungan dari kalian semua.”

Kerumunan wartawan yang memenuhi ruangan konferensi pers tiba-tiba terdiam. Suara gemuruh percakapan dan kilatan kamera yang sebelumnya memenuhi udara mendadak berhenti. Semua mata tertuju pada sosok narasumber yang berdiri di podium, seorang pengusaha besar yang sangat berpengaruh, wajahnya tenang namun penuh keyakinan.

“Selama ini, kami telah menyembunyikan fakta yang sebenarnya dari publik. Namun, hari ini, saya merasa sudah saatnya untuk mengungkapkan kebenaran hal itu.”

Para wartawan saling berpandangan, beberapa di antaranya mulai mencatat dengan cepat, sementara yang lain menyiapkan pertanyaan di benak mereka. Pernyataan dari sosok yang begitu berpengaruh ini jelas bukan sesuatu yang mereka duga.

“Ini adalah momen yang sangat spesial bagi kami berdua, dan kami berharap dapat berbagi kebahagiaan ini dengan semua orang,” lanjut pengusaha tersebut. “Kami berterima kasih atas dukungan dan doa dari semua pihak.”

“Untuk itu, kami meminta maaf kepada masyarakat atas ketidakjujuran ini yang tidak dilakukan dengan segera.”

Sejenak, ruangan itu mendadak sunyi senyap. Kemudian, seperti air bah yang tak terbendung, para wartawan mulai mengajukan pertanyaan dengan penuh semangat. Kilatan kamera kembali memenuhi ruangan, dan suara gemuruh percakapan kembali terdengar, kali ini dengan intensitas yang lebih tinggi. Pernyataan dari pengusaha besar ini telah mengejutkan semua orang di ruangan itu, dan mereka tahu bahwa berita ini akan menjadi headline utama di berbagai media.

Membuat Derana merasa begitu gugup. Namun, ia tetap mengikuti arahan Arash dan menjawab dengan tenang. “Kami sangat bahagia dan berharap bisa menjalani hidup yang indah bersama.”

Setelah konferensi pers berakhir, Arash membawa Derana ke rumah barunya. “Ini akan menjadi rumah kita selama satu tahun ke depan,” katanya sambil membuka pintu. “Kamu bisa mengatur semuanya sesuai keinginanmu.”

Derana melangkah masuk, merasa sedikit lega. Meskipun ini adalah pernikahan kontrak, ia berharap bisa menemukan kedamaian di tengah kekacauan ini. Namun, ia tahu bahwa ini baru permulaan dari perjalanan panjang.

Saat mereka berjalan melewati ruang tamu yang luas, Arash berhenti sejenak dan menatap Derana dengan tatapan serius. “Ada satu hal lagi yang perlu kamu ketahui,” katanya dengan suara rendah. “Di rumah ini, ada satu ruangan yang tidak boleh kamu masuki. Tidak peduli apa pun yang terjadi.”

Derana merasakan jantungnya berdebar lebih kencang. “Kenapa?” tanyanya, penasaran dan sedikit takut.

Arash hanya tersenyum tipis. “Percayalah, itu demi kebaikanmu sendiri.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status