Share

08. Kembalinya Derana

last update Last Updated: 2024-09-09 02:18:13

Di pagi yang mendung itu, dengan langkah pasti, Derana masuk ke dalam gedung seorang diri. Tak ayal jika kehadirannya langsung membuat pasang mata di sana mengalihkan perhatian. Setiap langkah yang diambilnya seolah menggetarkan lantai, memancarkan aura yang begitu kuat hingga tak seorang pun bisa mengabaikannya. Wajahnya memancarkan ketegasan, dengan tatapan matanya yang tajam.

Bahkan orang-orang di sekitarnya pun terdiam, seakan waktu berhenti sejenak untuk menghormati kehadirannya. Bisikan-bisikan kecil mulai terdengar, membicarakan siapa gerangan sosok yang mampu menguasai ruangan hanya dengan kehadirannya.

Wanita itu tidak perlu berkata-kata bahwa kehadirannya sudah cukup untuk menyampaikan pesan yang jelas. Aura kuatnya bukan hanya tentang kekuatan fisik, tetapi juga tentang kepercayaan diri dan ketenangan yang terpancar dari setiap gerak-geriknya.

Tidak seperti kemarin, hari ini ada yang berbeda. Ia tidak akan bersembunyi lagi di balik perlindungan Arash. Ada api yang menyala di matanya, api balas dendam yang membuatnya lebih kuat dari sebelumnya.

Meski tak luput, jika lelaki itu masih memperhatikannya dari kejauhan—mengantarnya, lalu pergi setelah memastikan wanita itu masuk.

Derana sudah siap. Ia tahu apa yang harus dilakukan. Masuk kembali ke dalam kehidupan Haka bukanlah tugas yang mudah, tapi Derana sudah memutuskan jika ia akan menyaksikannya sendiri Haka hancur perlahan, seperti bagaimana hidupnya dulu dihancurkan.

Gedung megah dengan 70 lantai yang menjulang tinggi di tengah kota itu memiliki simbol kekuasaan dan ambisi yang tak terbatas. Setiap lantainya dipenuhi dengan kantor-kantor mewah, ruang rapat berteknologi tinggi, dan pemandangan kota yang memukau dari jendela-jendela kaca yang besar. Gedung ini, yang kini dikenal sebagai Haka Tower, dulunya adalah kebanggaan keluarga Derana.

Ayah Derana, seorang pengusaha yang dihormati, membangun gedung ini dari nol. Setiap sudutnya mencerminkan kerja keras dan dedikasi yang Beliau curahkan selama bertahun-tahun. Namun, setelah kematiannya, Haka, seorang pria yang pernah dianggap sebagai sahabat keluarga, mengambil alih segalanya dengan cara yang licik dan tanpa rasa balas budi.

Haka, dengan ambisinya yang tak terpuaskan, mengubah nama gedung dan mengklaimnya sebagai miliknya sendiri.

Kini, Haka duduk di puncak gedung itu, menikmati kekuasaan yang dia peroleh dengan cara yang kejam, sementara Derana merencanakan bertekad untuk merebut kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya.

Meski perasaan campur aduk sempat menyelimuti hati Derana setelah pertemuan yang menegangkan dengan Haka di restoran kemarin, ia tahu bahwa ancaman Haka bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan.

Namun sekarang, saat langkahnya melewati ruangan Haka, tidak ada lagi rasa takut yang menghantuinya. Sebab, tekad mengubah Derana bukan lagi gadis lemah yang dulu. Sekarang ia adalah wanita yang kuat, yang siap menghadapi apapun demi mencapai tujuannya. Wanita itu langsung masuk ke dalam ruangan pribadinya.

Pada saat matahari mulai meninggi, Derana sudah duduk menghadap kaca dengan membelakangi meja kerjanya.

Tak lama kemudian, seperti yang sudah diduga pintu kantornya terbuka dengan keras. Haka berdiri di ambang pintu, wajahnya memerah penuh dengan kemarahan.

“Di mana kau, Derana?” Suaranya menggema di ruangan itu.

Dengan gerakan ringan, Derana menghentakkan kakinya ke lantai, membuat kursi yang didudukinya berputar perlahan. 

“Aku di sini, Haka,” jawabnya.

“Apa-apaan kau ini? Hah? Apa yang kau lakukan di sini?” teriak sang lelaki sembari menghampiri Derana yang masih duduk santai di sana.

“Aku memiliki saham yang jauh lebih besar daripada kau, Haka. Jadi, mulai sekarang aku akan bekerja di perusahaan ini juga.”

“Apa?” Mendengarnya, Haka begitu terkejut. Namun, setelah itu lelaki itu justru terkekeh sumbang seolah tak percaya.

“Jangan bermimpi, Derana! Aku yakin kau tidak bisa melakukan itu.”

“Tidak masalah jika kau tidak percaya. Tapi itu adalah kenyataannya,” sahut sang wanita.

Haka menatap Derana dengan mata yang melebar, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Wanita yang ada di depannya itu bukan lagi gadis lemah yang dulu selalu menghindari tatapannya. Ada kekuatan baru dalam diri Derana, sesuatu yang membuat Haka merasa tidak nyaman.

“Derana!”

Derana tersenyum tipis. Ia tahu, kepalan tangan Haka yang terlihat bergetar itu menunjukkan bahwa lelaki itu benar-benar sedang menahan marah.

“Mulai sekarang, aku juga memiliki kendali lebih besar di perusahaan ini. Jadi, jika kau berpikir bisa mengancamku atau mengusirku, kau salah besar.”

“Apa yang membawamu ke sini?” Pada saat itu, tatapan Haka sudah berubah nyalang.

“Aku hanya ingin ada didekatmu, untuk memastikan bagaimana keadaanmu, Haka,” jawab Derana dengan nada yang tenang namun dingin.

“Banyak hal yang terjadi. Dan tentu, keberadaanku di sini untuk memastikan bahwa kau akan merasakannya juga.”

Haka mengepalkan tangannya dengan semakin kuat, merasakan ancaman yang jelas dalam kata-kata Derana. Ia tahu bahwa ini bukan lagi permainan yang bisa dia kendalikan. Derana telah berubah, dan perubahan itu membuatnya merasa terpojok. Tetapi, ia tahu bahwa ia tidak boleh menunjukkan kelemahan itu di depan Derana.

“Kau akan menyesal telah mengkhianatiku, Derana,” katanya dengan nada penuh peringatan.

Derana berdiri dari kursinya, menatap Haka dengan keberanian bahkan spontan menggebrak meja. “Aku tidak takut padamu, Haka. Dan aku tidak akan membiarkanmu mengendalikan hidupku lagi. Mari kita bersaing.”

“Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan hidupku!” tegas Haka yang dibalas langsung dengan senyum dingin Derana.

“Kita lihat saja, Haka. Kita lihat saja nanti!”

Haka menatap Derana dengan penuh kebencian sebelum berbalik dan meninggalkan kantor itu. Ia langsung pulang ke rumah dengan perasaan marah dan frustrasi. Ia membuka pintu dengan kasar dan langsung menuju ruang tamu, di mana Ilona sedang duduk membaca. Melihat ekspresi Haka, Ilona segera tahu bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi.

“Ada apa, Haka?” tanyanya dengan nada khawatir.

Haka melemparkan jas miliknya ke sofa, lalu melonggarkan dasi dan duduk dengan kasar.

“Derana,” ucapnya dengan suara penuh kemarahan. “Dia berani sekali menantangku di kantor. Dia bilang dia memiliki saham yang lebih besar daripada aku dan sekarang dia punya kendali lebih besar atas perusahaan.”

Ilona terkejut, matanya membesar. “Apa? Derana? Perempuan itu? Aku tidak percaya.”

“Terserah! Aku pun begitu, tetapi semakin ke sini membuatku yakin, Derana bukanlah wanita yang dulu kita kenal,” ujar Haka.

“Lalu bagaimana bisa? Bagaimana bisa Derana memiliki saham sebanyak itu?” Kini, kekhawatiran mulai menyelinap ke dalam diri Ilona.

Haka menggeleng. “Aku juga tidak tahu bagaimana dia bisa mendapatkan saham itu, tapi sekarang dia merasa bisa mengendalikan segalanya.”

Ilona terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi tersebut. “Aku tidak menyangka dia bisa berubah seperti itu.”

“Tapi, apa mungkin jika selama ini kita telah meremehkannya.”

“Entahlah,” Haka mengepalkan tangannya. “Aku tidak akan membiarkan dia menang. Aku akan mencari cara untuk mengambil kembali kendali. Memastikan wanita itu kembali pada tempatnya.”

Ilona menatap Haka dengan mata yang penuh kekhawatiran. “Kita harus berhati-hati, Haka. Derana bukan lagi perempuan lemah yang kita pikirkan. Jika kita ingin menghadapinya, kita harus lebih cerdik lagi darinya.”

Haka mengangguk, meskipun kemarahan masih terlihat jelas di wajahnya. “Aku tahu itu! Aku tidak akan membiarkan dia menghancurkan semuanya. Semua yang telah aku bangun.”

Ilona menghela napas panjang. “Lalu, apa yang akan kamu rencanakan, Haka? Derana mungkin jauh lebih kuat sekarang, tapi kita masih bisa membiarkannya terlalu lama.”

“Pastinya, kita membutuhkan orang lain untuk hal ini.”

Related chapters

  • Kontrak Pernikahan 365 Hari   09. Pesan Gelap

    Senja mulai merangkak turun, menyelimuti langit dengan semburat jingga dan ungu yang memukau. Angin sepoi-sepoi membawa aroma tanah basah, sisa hujan sore tadi, menciptakan suasana yang tenang dan damai. Burung-burung terakhir kembali ke sarangnya, meninggalkan jejak kicauan yang perlahan memudar. Di kejauhan, lampu-lampu kota mulai menyala satu per satu, seperti bintang-bintang kecil yang menghiasi cakrawala.Di tengah keindahan senja itu, lobi apartemen menjadi tempat peralihan yang hangat dan nyaman. Pintu kaca besar yang menghadap ke luar memantulkan cahaya senja, menciptakan bayangan yang indah di lantai marmer sebelum suasana sore perlahan berubah menjadi malam.Setelah bertukar sapa dengan seorang penjaga lobi yang memberikan senyum ramah kepada siapa saja—Derana bergegas masuk dengan langkah cepat, ia ingin mengusir rasa lelah setelah seharian bekerja di kantor. Ponsel digenggamannya tiba-tiba berdering. Terlihat nama Arash dari laman layar depan, yang membuatnya langsung men

    Last Updated : 2024-09-11
  • Kontrak Pernikahan 365 Hari   10. Ancaman yang Mengintai

    “Aku... aku tidak tahu.”Mendengar itu, Arash berdiri dengan cepat. Lalu tanpa berkata apa pun, dia pergi meninggalkan meja makan dan menuju kamar mandi. Derana mengikuti dengan cemas, merasa bersalah dan bingung dengan apa yang terjadi. “Arash, aku benar-benar tidak tahu. Maafkan aku,” katanya dengan suara penuh penyesalan.“Wajahmu terlihat—” Derana semakin khawatir saat melihat Arash mulai menggaruk kulitnya yang memerah. “Arash, kamu baik-baik saja?” tanya Derana dengan nada cemas. Namun, Arash hanya terdiam membisu. Terlihat jika kulitnya yang semakin memerah dan bengkak. Derana tahu bahwa ini bukan pertanda baik.“Sebaiknya kita pergi ke dokter saja.”Pada saat itu, Arash memang masih terdiam. Tetapi tatapan yang ditujukan pada Derana sudah tak lagi ramah.“Tidak perlu!” jawabnya dengan nada datar.“Tapi—” Derana meletakkan harap. Tapi ia kembali dibuat bungkam karena tatapan Arash yang semakin mengintimidasi.“Keluarlah! Lain kali jangan sembarangan masuk ke dalam kamarku!” k

    Last Updated : 2024-09-13
  • Kontrak Pernikahan 365 Hari   11. Teror di Ujung Jalan

    Pagi itu, suasana di basement yang yang sepi, lampu neon yang redup memantulkan bayangan samar di dinding beton. Suara langkah kaki Derana bergema saat seseorang berjalan menuju mobilnya, sebuah sedan hitam yang terparkir di pojok ruangan. Mesin mobil dinyalakan, mengisi keheningan dengan deru yang lembut. Perlahan, mobil itu bergerak keluar dari basement, melewati pintu otomatis yang terbuka dengan suara berderit. Cahaya matahari pagi menyambut di ujung jalan keluar, memberikan kontras yang tajam dengan kegelapan basement.“Bzzz… Bzzz…”Tiba-tiba, dering ponsel yang bergetar di dalam tasnya memecah hening dalam kabin. Membuat Derana merogoh tasnya yang tergeletak di kursi penumpang, wanita itu mencoba mencari ponselnya tanpa mengalihkan pandangan dari jalan.Namun, belum sempat mengeluarkan benda itu, dering ponsel yang semula bergetar, kini tak lagi terdengar. Derana menarik napas panjang, merasa sedikit lega namun juga penasaran siapa yang menelepon. Ia kembali fokus pada kemudi,

    Last Updated : 2024-09-15
  • Kontrak Pernikahan 365 Hari   12. Sentuhan Tak Terduga

    Perasaan tak tenang masih menyelimuti hati Haka, saat lelaki itu membukakan pintu mobil untuk Ilona di depan gedung rumah sakit.Alih-alih masuk, lelaki itu justru berkata. “Aku akan pergi ke kamar mandi sebentar.”Membuat Ilona menatap Haka dengan alis terangkat, sedikit bingung. “Baiklah.” “Aku tidak akan lama,” Haka menambahkan.Lalu, hanya dengan sebaris senyum yang Haka perlihatkan di depan sang wanita, membuatnya lekas mengangguk. Tatapan matanya masih mengikuti Haka yang berjalan menjauh dan menghilang di balik pintu gedung rumah sakit.Dengan langkah pasti, lelaki itu berjalan tanpa sedikit pun menoleh ke belakang. Meski pikirannya terbagi, atas rasa penasaran yang menggelitik di benaknya tak bisa diabaikan. Rasa penasaran itu semakin kuat, hingga membuat Haka menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan gejolak di hatinya. Di dalam pikirannya, Haka bergumam, “Aku tidak yakin, Derana secepat itu melupakan aku. Apa mereka hanya berpura-pura?”Haka terlalu yakin akan perasaa

    Last Updated : 2024-09-17
  • Kontrak Pernikahan 365 Hari   13. Konflik di Ruang Kantor

    Haka baru saja tiba di ruang kantornya dengan emosi yang membara. Pikirannya masih dipenuhi oleh pemandangan yang baru saja dilihatnya, bagaimana Arash memeluk Derana dengan erat saat itu. Wajah Haka ditekuk murung, matanya menatap kosong ke arah meja kerjanya. Entah mengapa ia merasa dikhianati, bahkan hatinya campur baur antara marah dan sedih menguasai dirinya.“Apa yang ada dipikiran Arash? Dan kenapa dia memeluk Derana?” batinnya berkata. Tiba-tiba, suara langkah cepat terdengar mendekat. Pintu terbuka dengan keras, dan Ilona muncul dengan wajah panik. Kedatangannya yang terburu-buru membuat Haka sedikit tersentak dari lamunannya. “Haka, ada yang harus kamu dengarkan sekarang juga,” kata Ilona dengan nada mendesak, matanya penuh kekhawatiran.Haka menatap Ilona dengan mata yang masih dipenuhi oleh emosi. “Apa yang terjadi, Ilona?” tanyanya dengan suara yang bergetar, mencoba menahan perasaan yang berkecamuk di dalam dirinya. “Apakah ini tentang Arash dan Derana?”Ilona mengerut

    Last Updated : 2024-09-19
  • Kontrak Pernikahan 365 Hari   14. Kembali ke Pelukan

    Haka berjalan dengan langkah cepat menuju kantor Arash, hatinya dipenuhi kemarahan. Kerja sama dengan Arash selalu menjadi tantangan, mengingat betapa sibuk dan berpengaruhnya pria itu dalam perusahaan. Namun, dokumen yang baru saja diterimanya membuat darahnya mendidih.Tanpa mengetuk, Haka membuka pintu kantor Arash dan masuk dengan wajah marah. Arash, yang sedang duduk di belakang meja dengan tumpukan dokumen di depannya, mengangkat kepala dan menatap Haka dengan alis terangkat.“Haka, ada apa ini?” tanya Arash dengan nada tenang, meskipun matanya menunjukkan sedikit kejengkelan.“Apa kau tidak punya sopan santun?”Haka tidak menjawab. Dia berjalan mendekat dan melemparkan dokumen yang dibawanya ke atas meja Arash. Kertas-kertas itu berserakan, beberapa jatuh ke lantai.“Jelaskan ini, Arash!” seru Haka dengan suara keras.Arash menghela napas, mengambil salah satu dokumen dan membacanya sekilas. “Ini laporan keuangan perusahaan. Apa yang ingin kau ketahui?”“Transaksi mencurigakan

    Last Updated : 2024-09-21
  • Kontrak Pernikahan 365 Hari   15. Alasan Bisnis & Penyidikan

    Pagi itu, sinar matahari menyelinap melalui jendela dapur, menciptakan pantulan cahaya hangat di atas meja. Cahaya itu menyinari wajah Haka, menciptakan bayangan samar di wajahnya yang tegang.Lelaki itu duduk di kusri meja makan, menikmati aroma kopi yang baru diseduh. Aroma kopi yang biasanya menenangkan kini terasa hambar, tidak mampu mengusir kecemasan yang menghantui pikirannya.Ilona datang menghampiri dengan senyum hangat, membawa sepiring roti panggang dan selai. Dia duduk di seberang Haka, menatapnya dengan mata yang berbinar penuh harapan.“Selamat pagi, Sayang,” sapanya lembut.Haka mengangkat wajahnya dan mencoba tersenyum meskipun ketegangan masih menyumpal urat kepalanya, membuat setiap detak jantung terasa seperti dentuman keras di telinganya. “Selamat pagi, Ilona,” jawabnya dengan suara yang sedikit serak. “Terima kasih sudah membawa roti.”Faktanya, kehadiran Ilona langsung memberikan sedikit kelegaan di tengah ketegangan yang melingkupi ruangan.Ilona menyuguhkan se

    Last Updated : 2024-09-23
  • Kontrak Pernikahan 365 Hari   16. Inisial A

    Derana terpaku di ranjang tidurnya, menatap kepergian Arash. Namun, di dalam pikirannya, seperti badai berkecamuk. “Kenapa Arash tiba-tiba berubah?" batinnya, merasa terombang-ambing antara kebingungan dan harapan.Ia tidak mengerti atas perubahan sikap Arash yang tiba-tiba dan tak terduga, gerak-gerik lelaki itu seperti tak mudah terbaca. Derana hanya berharap, bahwa mungkin ada alasan baik di balik itu.Wanita itu hanya bisa menggeleng dengan helaan napas panjang, menatap kekosongan saat Arash melenggang dari ruangannya.Derana tidak tahu bahwa Arash, telah membuatnya percaya bahwa dirinya adalah orang baik. Derana tidak tahu, jika di luar kamarnya saat ini Arash sedang mengukir sebuah smrik. Karena hal itu yang ia inginkan, jika semakin lama Derana bingung, semakin besar peluangnya untuk mengendalikan situasi.Ada sedikit kepuasan dalam diri lelaki itu. “Biarkan dia tenggelam dalam perasaannya sendiri.” Siang itu, sinar matahari yang masuk melalui jendela kamar rumah sakit membuat

    Last Updated : 2024-09-25

Latest chapter

  • Kontrak Pernikahan 365 Hari   38. Rahasia Haka

    “Kamu akan berakhir sama seperti ayahmu.”“Takdirmu ada di tanganku,”Dalam diam, Haka berjanji pada dirinya sendiri. Dendamnya menguar begitu pekat, dengan kegetiran yang tak terucapkan, hingga terasa menguasai setiap helaan napas di sekitarnya.Ia menyeringai, mengingat setiap penghinaan yang pernah diterimanya di masa lalu yang mendorongnya untuk bertindak berani. Ia membayangkan bagaimana hidupnya telah berubah setelah balas dendamnya terwujud—meski begitu, bayangan gelap itu selalu mengikutinya, tak pernah memberinya kedamaian.Pada waktu itu, saat dirinya berdiri di ruang tamu yang megah, Haka memerintahkan pembantu rumah tangganya dengan suara tegas.“Suguhkan teh ini untuk ayah!” Pembantu itu, tanpa curiga, mengambil cangkir teh yang telah disiapkan Haka dengan hati-hati. Teh itu bukan sekadar teh biasa; di dalamnya, Haka telah mencampurkan sesuatu yang mematikan.Haka menyaksikan dengan puas saat ayah Derana menerima cangkir teh itu dengan senyum ramah, tidak menyadari baha

  • Kontrak Pernikahan 365 Hari   37. Kenyataan Dalam Kenyataan

    “Ternyata selama ini...” Sembari membekap mulut, Derana berlari sekuat yang dia bisa. Ketika kenyataan pahit itu menghantamnya. Namun, yang lebih menyakitkan adalah ketika kenyataan itu datang untuk kedua kalinya, menghancurkan sisa-sisa harapan yang masih tersisa. Hatinya yang sudah retak kini hancur berkeping-keping, seolah tak ada lagi yang bisa diselamatkan. “Aku hidup dengan pembohong?” pikirnya, tak percaya dengan kenyataan yang baru saja terungkap. Selama ini, orang yang ia percayai dan cintai ternyata adalah sumber dari semua kesulitan yang ia alami. Bagaimana mungkin ia bisa begitu buta? Bagaimana mungkin ia tidak melihat tanda-tanda pengkhianatan itu? Kini, ia harus menghadapi kenyataan pahit bahwa musuh terbesarnya adalah orang yang paling dekat dengannya.Tidak ada alasan lagi untuk dirinya tinggal bersama pembohong itu. Semua kepercayaan telah hancur, dan setiap kenangan manis kini terasa pahit. Tanpa berpikir panjang, ia memutuskan untuk pergi“Ya! Teror yang selama i

  • Kontrak Pernikahan 365 Hari   36. Pengakuan

    Derana ingin berteriak, namun suaranya tertahan di tenggorokan, hanya menghasilkan suara gemuruh yang nyaris tak terdengar. Panik mulai merayapi dirinya, jantungnya berdetak semakin cepat.Dengan sekuat tenaga, Derana berusaha melepaskan diri. Ia menggeliat dan meronta, menggunakan seluruh kekuatannya untuk melawan cengkeraman yang menahannya. Akhirnya, ia berhasil melepaskan diri dan berbalik badan dengan cepat. Tatapan matanya langsung berkaca-kaca saat melihat sosok di depannya.“Arash,” Satu tetes air matanya jatuh, mengalir perlahan di pipinya. Derana tertangkap basah. Namun, alih-alih merasa takut, perasaan kalut menguasai hatinya. Mereka saling menatap dalam kebisuan, membiarkan mata mereka berbicara lebih banyak daripada kata-kata yang bisa diucapkan. Derana bisa melihat keterkejutan serta kekhawatiran melalui pantulan bening lelaki itu. Keheningan yang mencekam menyelimuti keduanya, seolah waktu ikut berhenti sejenak.Namun setelahnya, isak tangis sang wanita yang memecah su

  • Kontrak Pernikahan 365 Hari   35. Lorong Rahasia

    Gelapnya malam perlahan-lahan tersingkir oleh cahaya keemasan yang menyebar dari timur. Matahari bergerak cepat di langit, dan sebelum menyadarinya, senja tiba dengan warna-warna indahnya.Hari itu berlalu dalam kabut kelelahan. Ketika akhirnya matahari mulai tenggelam, Derana merasa seperti pelaut yang akhirnya melihat daratan setelah berhari-hari terombang-ambing di lautan.Langkah kaki lelah itu menggema di koridor kantor, suasana sepi semakin terasa saat dirinya tiba di basement. Hanya beberapa mobil yang tersisa, berjejer seperti saksi bisu dari hiruk-pikuk hari yang telah berlalu. Keheningan malam menyelimuti tempat itu, membuat setiap suara kecil terdengar jelas dan menggema di ruang kosong.Degh.Langkahnya terhenti, seiring dengan detak jantungnya yang mengikuti. Spontan, derap langkahnya pun memantul di dinding beton—mengundang langkah kaki lain juga ikut terhenti, seolah pemiliknya mendengar dan merespons kehadirannya—dia sigap menoleh. Dua figur itu membuat Derana berdiri

  • Kontrak Pernikahan 365 Hari   34. Rahasia di Balik Dinding

    Senja mulai merayap di langit kota ketika Derana akhirnya tiba di rumah setelah hari yang panjang di kantor. Kelelahan tampak jelas di wajahnya, namun ia tetap bersemangat untuk menyiapkan hidangan makan malam. Aroma bawang putih serta rempah-rempah mulai memenuhi dapur kecilnya, menciptakan suasana hangat yang kontras dengan dinginnya malam di luar. “Ting-Tong.”Bunyi bel pintu memecah fokusnya, Derana mengernyit. Rasa penasaran membuatnya bergegas mematikan kompor. Dengan langkah cepat, ia menuju pintu dan membukanya. Di sana, berdiri sekretaris Arash dengan sebuah dokumen di tangannya. Sebuah senyum terpatri ketika tatapan keduanya bertemu. “Selamat malam, Nyonya,” ucap pria berjas rapi itu, membungkukkan sedikit tubuhnya sebagai tanda hormat.“Selamat malam,” balas Derana, senyumnya tetap terjaga, “Ada yang bisa saya bantu? Arash, ada di dalam.”Sekretaris itu mengeluarkan sebuah map dari tasnya, “Saya hanya ingin menitipkan dokumen ini untuk Tuan Arash. Bisakah Anda menyampaika

  • Kontrak Pernikahan 365 Hari   33. Konflik di Balik Meja

    Pada saat yang sama, di sebuah kediaman yang megah, pagi itu terasa berbeda bagi Haka pada Ilona. Mereka duduk di meja makan, bersiap untuk sarapan sebelum berangkat ke kantor. Namun, suasana pagi ini terasa aneh. Ilona tampak tidak peduli padanya, tidak menunjukkan perhatian seperti biasanya.Diam-diam lelaki itu terus mencuri pandang, memperhatikan Ilona yang sedang berkutat menikmati sarapannya.Ada yang berbeda pada wanita itu. Dia terlihat tersenyum-senyum tanpa sebab, seolah pikirannya sedang melayang ke tempat lain. Padahal Haka, duduk tepat di depannya, namun Ilona tampak tenggelam dalam dunianya sendiri.Haka mencoba bertanya, “Apa dasi baruku sudah dicuci?”“Yaa...” Tanpa menoleh mengalihkan perhatiannya, Ilona hanya menjawab singkat.Karena hal itu membuat pikiran yang tidak seharusnya bermunculan. Haka menyipit, “Ilona, kamu baik-baik saja?”“Yaa, tentu!” jawabnya dengan antusias, “Aku baik-baik saja!”Pada saat itu, Ilona sama sekali tidak mendongak. Wanita itu tetap foku

  • Kontrak Pernikahan 365 Hari   32. Pertemuan Pertama

    Derana duduk di depan cermin, merias wajahnya dengan hati-hati. Pikirannya melayang jauh, kembali ke masa SMA-nya. Saat itu, dirinya jatuh cinta untuk pertama kalinya. Cinta yang begitu murni dan polos, membuat hatinya berdebar setiap kali melihat senyum kekasihnya.Ia ingat bagaimana mereka sering bertemu di perpustakaan, berpura-pura belajar padahal hanya ingin menghabiskan waktu bersama. Kekasihnya selalu tahu cara membuatnya tertawa, bahkan di hari-hari tersulit. Mereka berbagi mimpi dan harapan, merencanakan masa depan yang indah bersama.Namun, takdir berkata lain. Lelaki itu menghilang tanpa kabar, meninggalkan luka mendalam di hati Derana. Tanpa kepastian, dia pergi begitu saja, seolah hilang ditelan bumi. Meski sejak saat itu, Derana sudah pernah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak pernah membiarkan dirinya jatuh cinta lagi, ia justru menikah dengan Haka karena pilihan orang tua.Tapi sekarang, melihat wajah Arash yang begitu dekat, perasaan lama itu kembali muncul. Ja

  • Kontrak Pernikahan 365 Hari   31. Telepon Tak Terduga

    Derana menatap inisial itu dengan penuh kebingungan, “A?”Inisial itu bisa berarti banyak hal, tapi yang paling mengganggunya adalah kemungkinan bahwa itu adalah singkatan dari nama seseorang yang sangat ia kenal, pikirannya langsung melayang ke beberapa nama.“Arash?” Dia terkekeh, “Tidak mungkin.”Tapi bagaimana jika itu adalah pesan dari seseorang yang ingin memperingatkannya tentang Arash? Atau mungkin itu adalah nama seseorang yang terlibat dalam rencana besar? Derana mencoba mengabaikan pikiran itu, lalu menghela napas sembari melipat surat tersebut kembali, mungkin terlalu banyak risiko jika Arash mengetahui apa yang baru saja ditemukannya.“Derana.” Suara itu membuatnya tersentak. Derana berbalik dan refleks menyembunyikan benda itu di belakang tubuhnya. Senyum tipis terpatri di wajahnya, berusaha tenang menutupi kegugupannya.Sementara itu, Arash berdiri sembari menggaruk tengkuknya, sebuah kebiasaan yang selalu muncul saat ia merasa tidak nyaman. “Kamu sedang sibuk, ya?”

  • Kontrak Pernikahan 365 Hari   30. Rahasia di Balik Malam

    Dalam kegelapan malam, mereka berdua terdiam, membiarkan keheningan berbicara. Wajah mereka semakin dekat, napas mereka hampir bersatu. Saat bibir mereka hampir bersentuhan, dering telepon mengacaukan segalanya. Arash tersentak, menarik diri dengan cepat, “Maaf.” Derana hanya mengangguk, meski wajahnya tertunduk menahan malu. Pipinya memanas, ingin sekali rasanya menghilang dari muka bumi secepat mungkin. Tampak tak jauh dari hadapannya, lelaki itu gegas merogoh saku celananya, mengeluarkan ponsel yang beberapa kali berdering. “Halo?” Suaranya terdengar sedikit serak, bahkan dia terdengar berdeham, mencerminkan kegugupan yang masih tersisa dari momen sebelumnya. Dia berusaha fokus pada percakapan di telepon, meski pikirannya masih terpecah antara panggilan itu dan Derana yang berdiri di depannya.Hanya saja lelaki itu tidak mengetahui, saat membelakangi Derana yang tengah meringis sembari memukul-mukul kepalanya sendiri dengan pelan, mencoba mengusir rasa malu yang membara. Bibir

DMCA.com Protection Status