Share

06. Keraguan Derana

Arash tersenyum penuh keyakinan. “Aku sudah menyiapkan segalanya. Kita akan menggunakan bukti-bukti tambahan untuk menekan dewan direksi agar memecat Haka. Setelah itu, kita akan membeli saham-saham perusahaan dengan harga murah.”

Sepulangnya mereka dari tempat tersebut, malam itu Derana tidak bisa tidur. Pikirannya terus berputar, memikirkan semua yang telah terjadi dan apa yang akan datang nantinya. Dirinya tahu bahwa jalan yang mereka pilih memang penuh dengan risiko, tetapi ia juga tahu bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan keadilan.

Lalu pada keesokan harinya, Arash dan Derana mulai melaksanakan rencana mereka. Mereka gegas mengirimkan bukti-bukti tambahan kepada dewan direksi. Bukti-bukti tersebut tidak hanya mengungkapkan kelicikan Haka dalam penggelapan pajak, tetapi juga menunjukkan keterlibatannya dalam skandal yang lebih mengerikan lagi. Haka ternyata telah memanipulasi laporan keuangan perusahaan selama bertahun-tahun, menyembunyikan kerugian besar dan mengalihkan dana perusahaan untuk kepentingan pribadi.

Hal itu nyatanya tidak membuat dewan direksi terkejut. Derana berhasil membuat mereka marah saat menerima bukti-bukti tersebut. Hingga pada saat itu, mereka segera mengadakan rapat darurat untuk membahas tindakan yang harus diambil. Posisi Haka kini benar-benar terancam, dan kemungkinan besar ia akan dipecat dari jabatannya sebagai CEO. Bahkan saham di perusahaannya mulai merosot tajam.

Dalam sekejap, Arash dan Derana melancarkan serangan mereka, membeli saham-saham dengan kecepatan yang memukau. Mereka mengambil alih kendali perusahaan dengan tangan besi. Membuat Haka dan Ilona tidak punya pilihan selain menyaksikan kehancuran mereka sendiri dari kejauhan.

Namun, di tengah kemenangan mereka, Derana mulai merasakan sesuatu yang aneh. Ia merasa ada yang tidak beres, seolah-olah ada kekuatan yang lebih besar yang bermain di balik semua ini. Ia mulai meragukan niat Arash dan bertanya-tanya apakah dia hanya menjadi pion dalam permainan yang lebih besar.

Maka dari itu, Derana mencoba menyusun kembali potongan-potongan informasi yang ia miliki, berharap menemukan jawaban yang bisa meredakan keraguannya. Bahkan sampai membuat Derana diam-diam masuk ke dalam ruang pribadi Arash, saat lelaki itu tidak ada di rumah.

Derana menghela napas dalam-dalam sebelum mulai memeriksa setiap jengkal laci di ruang kerja Arash. Tangannya gemetar sedikit saat ia membuka laci pertama, berharap menemukan sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk. Setiap laci yang dibuka, ia teliti dengan seksama, mengamati setiap kertas, pena, dan benda kecil lainnya yang mungkin menyimpan rahasia. Harapannya semakin memudar seiring dengan laci-laci yang kosong, namun ia tidak menyerah. Di laci terakhir, di bawah tumpukan dokumen lama, ia menemukan sebuah buku catatan kecil yang tampak usang.

Meski sempat ragu, ia mencoba meraihnya. Namun, belum sempat itu terjadi derit pintu ruang kerja Arash terdengar terbuka dengan tiba-tiba. Derana terkejut begitu berbalik badan, ia melihat lelaki itu yang sudah berdiri di ambang pintu dengan menunjukkan tatapan tajam dan penuh tanya.

“Derana? Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Arash dengan nada curiga.

Derana berusaha menenangkan dirinya, mencari alasan yang masuk akal.

“Oh, Arash… Aku, aku hanya ingin membantumu membersihkan ruangan ini. Jadi, aku membereskan mejanya,” jawabnya dengan suara tenang, meskipun hatinya berdebar kencang.

Arash mengangguk perlahan, tampak menerima alasan Derana.

“Baiklah, tapi lain kali beri tahu aku dulu sebelum masuk ke ruang kerjaku,” katanya sambil melangkah masuk dan menutup pintu di belakangnya.

Derana menghela napas lega, menyadari bahwa ia berhasil membuat Arash percaya. Namun, ia juga tahu bahwa ia harus lebih berhati-hati ke depannya.

“Arash, apa sebenarnya tujuanmu?” tanya Derana spontan. Membuat Arash lekas menoleh dan menatapnya dengan mata yang penuh misteri.

“Tujuanku? Hanya memastikan keadilan itu ditegakkan,” jawabnya.

“Tapi ada sesuatu yang lebih besar yang harus kita hadapi. Sesuatu yang belum kamu ketahui.”

Pada saat itu, di depan Derana, raut lelaki itu tiba-tiba berubah. Wajah yang semula tenang, kini justru menunjukan senyum asimetris. Lalu, dia terkekeh.

“Apa ada yang kamu rahasiakan dariku?” Derana merasa jantungnya berdebar lebih kencang saat menanyakan hal itu. Ia tahu, Arash tidak akan berkata jujur.

Arash hanya tersenyum tipis. “Kamu akan tahu pada waktunya, Derana. Kamu akan tahu itu.”

Hari-hari berlalu, dan Derana mulai merasakan ketegangan yang semakin meningkat di antara dirinya dan Arash. Meskipun mereka telah berhasil menghancurkan Haka dan Ilona, ada sesuatu yang masih mengganjal di hati Derana. Ia merasa ada rahasia besar yang belum diungkapkan oleh Arash.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status