Beranda / Pernikahan / Kontrak Hasrat Tuan Presdir / BAB 1 — MENGGADAI HARGA DIRI

Share

Kontrak Hasrat Tuan Presdir
Kontrak Hasrat Tuan Presdir
Penulis: Sinar Rembulan

BAB 1 — MENGGADAI HARGA DIRI

Penulis: Sinar Rembulan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-10 14:37:15

“Jangan, Bu! Aku tidak mau!”

Yura meronta sekuat tenaga ketika pergelangan tangannya ditarik paksa oleh sang mertua.

Lima tahun setelah suaminya koma, berkali-kali ia menolak paksaan Katrina untuk menjadi wanita penghibur di sebuah club malam milik salah seorang temannya.

Namun, perlawanan itu tampaknya berakhir sia-sia hari ini.

Mertua Yura sudah habis kesabaran, hingga tubuh ramping wanita cantik itu kini tak mampu menandingi kekuatannya. 

“Jangan buang-buang waktu!” bentak Katrina, "anggap saja ini bukti tanggung jawabmu sebagai istri, Yura."

Tanpa peduli tangan Yura yang telah memerah, Katrina memaksa untuk melewati kerumunan, 

Kehadiran mereka yang begitu ricuh tentu menjadi tanda tanya bagi beberapa orang.

Hanya saja, lebih banyak orang yang tidak ingin tahu dan lebih memilih asik berjoget di bawah kerlip lampu yang menyilaukan mata.

“Aku tidak mau, Bu! Aku janji akan cari uangnya secepat mungkin! Tapi aku mohon jangan paksa aku bekerja di sini!”

Yura kembali berusaha melawan dengan sisa tenaga yang ada. Tidak peduli dengan penampilan yang telah jauh dari kata baik. Rambut acak-acakan, polesan bedak yang luntur karena air mata, juga lengan baju yang sobek akibat tarikan Katrina.

Kali ini, langkah kaki Katrina terhenti.

Wanita itu lantas berbalik badan tanpa melepaskan genggamannya. Namun sejurus kemudian, dia menghunus Yura dengan tatapan tajam.

“Dasar menantu bodoh! Apa kau tidak melihat jika Kita ini sudah terdesak! Hanya tinggal satu kesempatan kita untuk mendapatkan uang! Empat ratus juta! Kau mau pinjam dimana lagi uang sebanyak itu? Atau kau memang berniat membuat putraku kehilangan nyawanya?”

Yura menggelengkan kepalanya mengelak tuduhan tak berdasar dari Katrina. “Bukan begitu, Bu. Aku juga mau Mas Rama bangun lagi! Tapi tidak semuanya harus diselesaikan dengan cara ini. Aku akan berusaha untuk—”

“Halah! Hari ini kau berjanji akan meminta keringanan pada perusahaan untuk mengajukan pinjaman lebih cepat! Nyatanya, apa? Kau pulang dengan tangan kosong. Sekarang kau mau mencari pinjaman kemana lagi, hah?” Katrina menukas. Cekalan pada tangan kirinya mengerat. Satu hasta yang menganggur menuding Yura dengan telunjuk yang tegak teracung.

“Aku tidak mau tahu, Yura. Kau harus bisa mendapatkan uang 400 juta hari ini, maka ikuti kata-kataku untuk bekerja kepada orang yang aku kenalkan padamu kemarin!"

Gelengan kepala kembali diberikan oleh Yura. Kalimat yang terdengar lebih mirip paksaan itu bukanlah sebuah solusi yang tepat baginya. Tidak bisa! Ia tidak mau bekerja di tempat semacam inu! Sebab itu sama saja mengkhianati pernikahannya dengan Rama! “Aku akan berusaha mencari tempat pinjaman lain, Bu. Aku—”

“Diam!” Katrina memotong kembali kalimat Yura sebelum terangkai sempurna. Pupilnya semakin mengeling tajam bak burung elang yang tengah mengancam mangsanya.

“Aku tak ingin dengar apapun dari mulutmu! Semua harta putraku sudah habis. Dan kau tidak memiliki jaminan selain tubuhmu itu! Jadi, berpikirlah realistis! Tidak ada cara yang menghasilkan uang ratusan juta dalam semalam selain menjual diri!”

Wanita itu kembali menyambung ucapannya dan menarik Yura dengan kasar.

***

“Wah, wah, wah! Apa menantumu itu berubah pikiran hingga kalian datang menemuiku, Katrina?""

Seorang perempuan bergaun hitam bersedekap di depan dada, ketika mendapati dua wanita berbeda usia datang ke tempat ini. Katrina dan menantunya. Tentu Madam Lily tahu bahwa wanita bersurai cokelat itu adalah istri dari putra sulung Katrina. Beberapa hari lalu mereka sempat berkenalan saat menjenguk Rama di rumah sakit.

Semula, Katrina mengeluhkan biaya dan Madam Lily memberikan alternatif pekerjaan tambahan dengan gaji yang menggiurkan. Namun, Yura menolak mentah-mentah tawarannya dengan dalih gaji yang ia miliki masih sanggup untuk mencukupi kebutuhan mereka.

Ah, jelas itu bohong! Karena jika begitu adanya, Katrina tak akan sampai ke tempat ini.

“Aku perlu bantuanmu, Lily. Putraku sekarat dan aku harus membayar tagihan pengobatannya sesegera mungkin, tetapi anak ini malah mengulur waktu untuk mencari pinjaman yang tidak bisa dipastikan!” Katrina tak bisa lagi membendung emosinya, nadanya terdengar sinis, bahkan dadanya sudah naik turun tak beraturan. Sorot matanya begitu tegas melirik ke arah Yura. "Kuharap dengan membawanya ke tempat ini kau bisa memberinya pekerjaan yang kau bicarakan kemarin!"

Sebuah kekehan meluncur dari Madam Lily. Wanita itu lantas membuka kipasnya tangannya dan menggerakkannya beberapa kali.

“Kau yakin akan meninggalkannnya di sini dan bekerja padaku?” tanya Madam Lily seraya menoleh ke arah Yura. Wanita bergigi gingsul itu membuang muka . “Bekerja di tempatku itu berat karena .... harus mengorbankan harga diri. Semakin rendah harga dirimu, maka semakin banyak uang yang kau kumpulkan! Sementara menantumu ini sepertinya memiliki harga diri yang sangat tinggi!”

“Aku yakin! Terserah pekerjaan apa yang akan kau berikan. Bahkan jika dia harus melayani puluhan laki-laki dalam semalam aku tidak mau tahu! Yang penting besuk pagi anak ini harus membawa empat ratus juta kepadaku!” sahut Katrina sebelum menantunya mengeluarkan kalimat sanggahan.

Di sisi lain Yura hanya bisa menggigit bibirnya kuat-kuat, menahan rasa perih yang menjalar dalam dadanya. Mimpi apa ia semalam hingga harus menghadapi takdir yang begitu kejam? Ia sudah tidak memiliki orang tua. Dan hanya Katrina, mertua yang telah ia anggap sebagai ibunya sendiri justru menyakitinya dengan cara seperti ini.

Helaan napas panjang lantas terdengar dari Madam Lily. Bisa Yura lihat dengan jelas bagaimana wanita itu mengangkat dua sudut bibirnya bersamaan. Lalu berjalan mendekat ke arah Yura. Dua bola mata berwarna hitam itu bergerak memindai tubuhnya dari atas ke bawah.

“Itu tidak masalah, aku bisa tangani. Tapi, menantumu ini cantik. Bahkan tidak terlihat sebagai gadis nakal, dia lebih pantas bekerja sebagai staf di gedung tinggi daripada harus bekerja di tempat hiburan malam. Lalu .... bagaimana jika nanti Rama mengetahui istrinya bekerja di tempatku, Katrina?”

Dalam hatinya Yura mengiyakan kalimat sang mucikari. Sejak tadi hanya kemungkinan itu yang ia pikirkan dalam kepalanya jika memilih jalan pintas ini sebagai pilihan terakhir. Dengan Rama saja ia belum sempat memadu kasih menikmati waktu sebagai suami istri. Bagaimana bisa ia malah menikmati malam yang panas dengan pria yang tidak pernah ia cintai?

“Selama Rama belum sadar ia tidak akan tahu apa-apa. Toh, jika putraku bangun dan bertanya, biar istri tukang selingkuh ini yang menjelaskan sendiri padanya,” jawab Katrina tanpa pikir panjang. Seakan tidak peduli jika nasib buruk akan menimpa Yura setelah ini.

Madam Lily mengangguk. Wanita itu lantas menggeser pandangan ke arah Yura yang masih sesenggukan.

“Lalu, bagaimana denganmu, Yura? Aku tidak ingin orang yang bekerja denganku tersiksa karena kemauan sendiri. Aku akan mengembalikan pada ibu mertuamu kalau kau merasa keberatan. Tapi jika kau bersedia, aku siap untuk membantumu mencari uang yang kau butuhkan,” tanya Madam Lily kepada Yura. Senyuman itu terlihat aneh. Seolah ada banyak makna dibalik lengkungan bibirnya. Entah baik, entah jahat, Yura sendiri tak bisa membacanya.

Sejenak Yura mengambil napas panjang, memperbaiki sirkulasi udara dalam tubuhnya yang sejak tadi tak beraturan. Detik berikutnya wanita muda itu menggeser pandangan ke arah Madam Lily. Jika boleh menjawab jujur maka jawabannya adalah tidak. Siapa yang mau bekerja semacam ini selain mereka yang memiliki keterbatasan ekonomi? Namun, bila ia menjawab jujur, maka kematian suaminya berada di depan mata.

Dengan berat hati, Yura mengusap buliran air bening yang sejak tadi membasahi wajahnya. “Aku mau bekerja di sini. Tetapi aku tidak mau terikat dan Hanya sampai uang yang aku butuhkan tercukupi.”

“Deal!" Senyuman Madam Lily bertambah lebar. Wanita itu melipat kedua tangan di depan dada kembali dan memiringkan kepalanya. "Kalau begitu, ikut aku. Kau harus bersiap karena malam ini aku kedatangan tamu spesial.”

Deg!

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dini Pratiwi
keren banget
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 2 — TAMU SPESIAL

    “Tamuku akan datang satu jam lagi. Hapus riasanmu lalu mandilah! Pastikan tubuhmu benar-benar bersih dan wangi! Aku tidak mau tamuku kecewa malam ini. Setelah kau siap, pakailah baju itu!” Yura menelan ludahnya ketika Madam Lily menunjuk baju yang tergantung rapi pada sebuah besi alumunium. Entah baju mana yang dimaksud oleh sang mucikari. Dua indera penglihatannya hanya menangkap sebuah baju hitam kurang bahan tergantung tanpa teman di sana. Baju yang mungkin lebih pantas disebut dengan lingerie."Apakah aku akan menggunakan baju itu?" batinnya.Yura sendiri tak berani bertanya. Satu hal yang pasti, baju itu tak akan membuatnya nyaman. Bagian dada terbuka lebar dan paha yang terekspos bebas. Bahkan sepertinya tidak ada gunanya memakai baju tersebut. Melihat ekspresi Yura yang tampak tercengang, Madam Lily lantas menggelakkan tawanya. Wanita yang tengah mengenakan gaun hitam itu mendekat ke arah Yura. “Kenapa melamun? Pakaian seperti itu tidak tabu lagi di tempat ini. Sudah aku bila

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-10
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 3 — SYARAT YANG HARUS KAU PENUHI

    “Sa—Saya baru pertama kali melakukan pekerjaan ini, Tuan. Maaf,” ucap Yura kala berhasil mengendalikan desiran aneh tersebut.Namun, dia kembali menegang saat merasakan tubuh pria itu mendekat dari belakang. Dua tangan lelaki itu menelusup di pinggang rampingnya, terasa berotot dan kekar saat kulit mereka bersentuhan. Pikiran Yura berkelana. Seperti apa lelaki berjuluk Tuan Gin itu? Sebelumnya, dalam bayangan Yura, pria itu begitu tua. Rambut putih, kulit keriput dan tubuhnya kurus kering, seperti kakeknya dahulu. Namun sepertinya dugaan itu terlalu jauh. Meski tak bisa melihatnya, Tuan Gin yang berada di belakangnya saat ini sepertinya jauh berbeda. Karena tak mungkin bila seorang pria tua memiliki postur tubuh kekar yang terasa masih bugar. Yura menebak saat dada bidang lelaki itu menempel pada punggungnya. Ah, siapapun orang itu ia hanya berharap bahwa kegiatan mereka ini akan usai secepatnya! “Siapa namamu?”“Saya .... Yura.”“Yura .... Perempuan bersuami yang ingin menjua

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-10
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 4 — HUBUNGI AKU

    "A--apa?" Alih-alih menjawab, Yura justru merasakan Tuan Gin duduk di bibir ranjang dan menarik tubuhnya di atas pangkuan pria itu! Hal ini sontak membuat Yura menahan degup jantungnya. Dia sendiri tidak bisa melakukan apa-apa selain menurut. Ruang geraknya tak bebas dan kedua matanya masih tertutup rapat. “Tugasmu hanya satu, melayaniku setiap malam dan tinggal di apartemenku. Kau masih boleh bekerja dan melakukan aktivitasmu seperti biasanya. Tetapi setelah itu, kau harus kembali menungguku pulang. Yang terakhir, kau harus menggunakan penutup mata seperti ini ketika bertemu denganku.”Jantung Yura bagai terhenti sepersekian detik. Bibirnya hampir menganga mendengar kalimat demi kalimat yang diucapkan pria itu. Butuh keberanian untuk melakukannya sebab menjadi istri kontrak adalah berkhianat dengan Rama. Juga, mental dan hati sekuat baja karena tak boleh melibatkan perasaan selama berhubungan dengan sang Tuan. Yang lebih sulit harus mau dicampakkan kapanpun lelaki itu jenuh da

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-10
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 5 — TIDAK ADA PILIHAN

    Sayangnya, Yura tak menemukan jawaban.Jadi, pagi-pagi buta, wanita itu bergegas menuju rumah sakit untuk menjernihkan pikiran. Dia juga ingin meminta keringanan dan tambahan waktu kepada pihak rumah sakit. Tawaran yang diberikan Tuan Gin dijadikan pilihan terakhir tatkala benar-benar tak punya kesempatan. Yura masih ingin mengusahakan membayar semua biaya sang suami dengan cara yang halal. “Mana uang yang kau dapatkan semalam? Kita harus segera membayarnya di kasir!” Deg!Katrina ternyata ada di ruangan sang suami. Mertuanya itu kini menyodorkan telapak tangan, menanti sang menantu memberikan segepok uang atau mungkin selembar cek bertuliskan angka empat ratus juta. Hal ini jelas membuat Yura menunduk. Katrina lantas mendecakkan bibirnya. “Malah menunduk! Cepat mana uangnya, Yura!” tuntutnya kembali dengan tangan yang masih terbuka dihadapannya. Sayang, nada keras itu hanya dihadiahi bungkaman bibir oleh menantunya. Kesabarannya mulai terkoyak hingga semakin naik pitam.“Jan

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-20
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 6 — PERJANJIAN

    16A02 Sudah tiga kali Yura mencocokkan nomor yang tergantung pada papan pintu berwarna hitam itu dengan pesan text yang dikirimkan pada ponselnya. Tidak ada yang salah, semua angka dan hurufnya sama. Hanya saja, wanita itu tak memungkiri bahwa apartemen ini terlalu mewah untuknya. Mimpi apa ia sampai bisa menginjakkan kaki ke tempat ini? Sungguh, ia merasa bagai rakyat kecil yang sedang menginjak istana raja. Lagi-lagi ini membuktikan bahwa Tuan Gin bukanlah orang biasa sepertinya. “Dengan Ibu Yura?”Wanita berambut sebahu itu spontan membalikkan badan dan menemukan Seorang pria berstelan jas hitam tengah berdiri di hadapannya dengan sebuah senyum yang tersimpul tajam. Tangan kanannya membawa sebuah map kain berwarna hitam dengan bendelan kertas di atasnya. Seolah menyadari kebingungan Yura, pria itu mengulur tangan untuk dijabat. “Saya Arkatama, pengacara Tuan Gin,” ujarnya membuat Yura lantas menganggukkan kepala kemudian menjabat tangan pria itu. “Tuan Gin mengutus say

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-20
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 7 — PUASKAN AKU!

    Drrt!Nada ponsel menyadarkan Yura yang baru saja mandi dari lamunan. Ternyata itu telepon dari Ibu mertuanya.Namun baru saja panggilan itu tersambung, wanita tua itu langsung berteriak, [Ini sudah hampir petang! Mana uangnya kenapa juga tak kau berikan padaku?] “Masalah uang sudah diurus Tuan Gin dan langsung dibayarkan ke rumah sakit,” jawab Yura sesuai dengan isi perjanjian kontraknya dengan Tuan Gin yang menyebutkan pembayaran sesuai dengan tagihan dan melalui rekening rumah sakit.["Apa? Mereka yang membayar?"] Katrina berdecak kesal. ["Kau ini bagaimana? Kenapa bukan kau saja yang memegang uangnya dan menyerahkan padaku? Jika mereka tak membayar pada rumah sakit, kau harus bertanggung jawab!"] "Tapi kesepakatanya dalam kontraknya begitu, Bu, uangnya akan langsung masuk ke rekening rumah sakit setiap bulan dan rumah sakit akan menagihnya kepada Tuan Gin. Jadi, aku tidak memegang uang sama sekali dan kita tidak perlu memikirkan biaya lagi. Mungkin ibu bisa bertanya ke bagian a

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-20
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 8 — NIKMAT

    "Ahh .... Gin!” Entah bagaimana ciuman tadi memanas. Sentuhan keduanya juga semakin liar, hingga erangan mulai bersahutan menggema ke seluruh ruangan. "Shit! Kau begitu sempit!” umpat pria itu sembari terus bergerak di atas Yura.Hal ini membuat Yira memeluk erat Gin. Jemarinya bahkan mencengkram punggung kekar itu sekuat tenaga kala merasakan gelombang kenikmatan bertubi-tubi. Namun, Tuan Gin tak menegurnya. Pria itu malah mengungkung tubuh di bawahnya begitu rapat, hingga akhirnya bergabung dengan pelepasan yang lebih dulu dilakukan oleh Yura. Deru napas terengah-engah menjadi satu-satunya irama yang terdengar selain detak jam yang tergantung pada dinding. Dua insan yang terikat perjanjian itu saling mendekap, sembari fokus mengatur napas tak beraturan, menyurut keringat yang bercucuran. “Kau tidak akan pernah mendapatkan yang lebih baik dari ini,” bisik lelaki itu dengan suara berat. Dada bidangnya terasa lebih dekat. Daging kenyal dan dingin itu menempel sesaat pada b

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-22
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 9 — IKUT PAK ARYA!

    “Maaf, Bu Yura, tetapi ibu sudah terlambat lebih dari tiga kali, ibu harus meminta izin kepada personalia agar saya bisa mempersilakan ibu masuk. Silakan melapor dahulu, bila sudah berikan kepada saya keterangannya.” Yura menghela napas kasar mendengar ucapan satpam kantornya. Dia akui, setelah malam bersama Gin dan overthinking, dirinya telat bangun. “Tapi, Pak. Ini masih kurang lima menit dan saya seharusnya masih bisa masuk ke kantor!” “Saya juga sudah menghubungi mereka, tapi tidak direspon, Pak. Sementara pagi ini saya harus meeting dengan manajer dan saya harus menyiapkan materi meetingnya. Tolong, bantu saya sekali saja," mohonnya lagi.“Tidak bisa, Bu, jika saya mengijinkan ibu masuk, maka saya yang akan kena marah. Silakan melapor dahulu dan saya bukakan gerbangnya.” Alih-alih hatinya luluh, kepala satpam itu tetap teguh dengan pendiriannya. Yura lantas kembali menghubungi rekan satu divisinya, juga orang-orang bagian personalia. Sayang, semua nomor yang ia hubungi tid

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-22

Bab terbaru

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 271 — TULANG RUSUK YANG TERTUKAR

    Tenggorokan Yura terasa kering. Sebenarnya, tidak masalah jika Rama berkenalan dengan putrinya. Tetapi, bukan itu yang menjadi kekhawatirannya. Semua itu tergantung dengan tanggapan Gin. Bagaimana pun juga, pria itu yang bisa menentukan keputusannya."Berikan saja, Sayang. Biarkan Pak Rama mengenal putri kita." Gin menyahut dari arah belakang. Entah kapan pria itu kembali, kini Gin sudah berdiri di sampingnya."Tapi—""Aku tidak keberatan. Tidak ada salahnya," sahut Gin kembali.Yura kemudian mengangguk dan memberikan Raya kepada mantan suaminya. Rama tampak berbinar melihat Raya dalam pangkuannya. Pria itu bahkan tersenyum sendiri.Sebagai mantan istri, Yura paham betul bahwa semenjak pernikahan mereka dulu, Rama selalu mendambakan kehadiran seorang anak. Namun, harapan mereka pupus kala mendapatkan hasil pemeriksaan medis yang menyatakan bahwa Rama tak bisa memiliki keturunan.Yura berharap, kehadiran Raya bisa sedikit mengobati rasa sakit Rama.Cukup lama Rama menimang Raya. Hingga

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 270 — AKU TIDAK PERNAH MENYESAL

    Sosok itu adalah Rama. Pria yang pernah menjadi suaminya selama kurang lebih lima tahun. Orang yang pernah ia perjuangkan dengan segenap jiwa dan raganya.Yura sudah tidak peduli padanya. Bahkan, dia tidak ingin tahu tentang apa yang dilakukan lelaki itu, hanya tidak menyangka akan bertemu dengan Rama kembali saat ini, di rumah mertuanya sendiri. Dan, Yura melihat perubahan yang sangat besar.Wajah Rama tampak lebih tua dan badannya sedikit kurus. Kumis dan jambangnya terlihat lebih lebat. Penampilannya pun jauh berbeda dengan pertemuan terakhir mereka dahulu. Ia sempat tak percaya bahwa orang yang kini berdiri di hadapannya ini adalah Rama. "Salam kenal, Bu Shinta." Yura menyapa Bu Shinta terlebih dahulu, kemudian mengarahkan padangannya kepada Rama. Ada kecanggungan yang kentara saat Yura bertatap muka dengan Rama, ia tampak ragu saat ingin menyapanya. Demikian halnya dengan Rama yang terlihat menelan ludahnya kasar. Untungnya, interaksi kaku mereka terbaca oleh Bu Shinta. Wanita

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 269 — SANG PEMILIK MASA LALU

    Suasana kediaman utama sore hari ini sedikit lebih ramai dari biasanya. Ketika Gin dan Yura sampai di sana, beberapa mobil jasa angkut berada di sana membawa beberapa paket barang. Gin bertanya kepada beberapa satu asisten rumah tangga yang berjaga di sana dan mereka mengatakan bahwa barang yang dibeli oleh sang ayah adalah lukisan yang secara khusus telah dipesan sejak berbulan-bulan lalu."Kenapa Ayah membeli banyak lukisan?" tanya Yura ketika sudah menjauh dari para asisten rumah tangga. "Maksudku, tumben sekali pesan sebanyak ini. Biasanya hanya satu atau dua untuk ganti properti kantor."Ya. Memesan lukisan bukan sesuatu yang tabu di keluarga Satwika. Sebagai menantu, Yura kerap membantu Wira atau pun Gin mencarikan seniman untuk membeli atau membuat lukisan. Namun, untuk kali ini, tampaknya Wira mencari tanpa bantuannya. Bahkan Gin, putranya sendiri, tidak tahu-menahu tentang ini.Gin yang sedang menggendong putrinya juga mengamati keadaan sekitar selama beberapa saat. Kemudian

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 268 — TEMPAT TERNYAMAN

    Beberapa minggu setelah kepergian Sarah.Mendengar suara tangisan bayi yang begitu kencang, Yura mematikan kompornya dan segera berlari ke lantai atas untuk memeriksa. Saat membuka pintu kamar ruang bayi, tubuhnya sejenak terpaku ketika menemukan Gin sedang menimang putrinya.Wanita itu menghela napas panjang. Sejak tadi, ia sibuk di dapur menyiapkan sarapan. Saking sibuknya, sampai lupa dengan Raya. Namun, ketika kembali di sini, ia justru dibuat kagum dengan sikap sang suami. Pria itu bahkan belum berganti baju, masih mengenakan handuk mandi untuk menutupi tubuhnya.“Kenapa wajahmu tampak tegang seperti itu?” tegur Gin dengan suara beratnya."Ah, tidak, aku hampir lupa kalau meninggalkan Raya. Aku pikir kau masih mandi atau siap-siap, tapi ternyata kau sudah di sini."Gin hanya merespon dengan sebuah tawa pelan. "Apa aku tidak boleh menimang putriku sendiri?""Bukan seperti itu, Gin. Aku hanya terkejut saja," tutur Yura usai menggeleng sebagai respon.Gin kembali menarik kedua sudut

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 267 — MARTHA, SANG PENAWAR DUKA

    Meskipun ada kelegaan dalam hati karena telah menemukan Martha, Wira tetap tak bisa menyembunyikan dukanya. Kepergian Sarah meninggalkan luka mendalam dan penyesalan dalam dirinya. Semua juga tahu, tak ada yang bahagia saat ditinggalkan selamanya. Sejak tadi, pria itu memilih menyendiri di balkon kamar, merenungkan masa lalunya dan memikirkan masa depannya bersama Martha. Bahkan saat doa bersama di gelar di rumah untuk mengenang Sarah, Wira tak ingin bergabung dengan mereka. Ia lebih memilih untuk menikmati kesunyian dan keheningan di balkon kamarnya."Sudah hampir larut, Mas. Mau sampai kapan melamun di situ?"Suara Martha memecah keheningan di balkon. Malam ini, Wira langsung membawa Martha ke kediaman utama malam itu juga. Ia tidak ingin kehilangan jejak Martha lagi, wanita yang telah membawa secercah cahaya di tengah kesedihannya.Ketika tangan Martha menyentuh pundaknya, Wira menoleh. Ia menurunkan kaki dan mematikan puntung rokoknya. "Sudah selesai?" tanyanya, bermaksud menany

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 266 — JANGAN BIARKAN AKU KEHILANGANMU

    Setelah tiga puluh menit berkendara, mobil berwarna hitam milik Wira terparkir rapi di halaman sebuah rumah beraksen kayu. Rumah modern yang sebenarnya biasa saja dan jauh dari kota, tetapi begitu berarti untuk Martha, wanita yang kini menjadi istri satu-satunya. Rumah ini satu-satunya harapan Wira. Walau tak bisa memastikan apakah wanita itu benar-benar ke rumah ini atau tidak, pria tua berkemeja hitam itu hanya mengikuti kata hati. Gantungan kunci yang terlepas, menjadi satu-satunya petunjuk yang ingin ia buktikan.Dan semoga saja, Martha bisa ia temukan di sini.Ting Tong! Ting Tong! Wira menekan bel dan menanti beberapa saat. Hingga akhirnya terdengar suara pintu terbuka, Wira menoleh dengan cepat. Sayangnya, yang ia temukan bukan Martha, tetapi seorang pembantu di rumah itu.“Bapak?” sapa wanita itu kepada Wira. Rupanya, meski pertemuan mereka dulu hanya beberapa kali, tetapi wanita itu masih ingat bahwa Wira adalah suami majikannya.“Ibu pulang ke sini?” tanya Wira tanpa basa-

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 265 — AKU TAHU DIMANA DIA

    “Dimana Martha?”Wira menatap lurus dua orang binatu perempuan yang baru saja membukakan pintu. Mereka tampak gagap dengan kemunculan sosok Wira yang tidak terduga. Mungkin, mereka mengira Wira tak akan datang ke tempat ini karena sedang berduka. Dan, saat lelaki itu melempar pertanyaan, mereka semua hanya saling melempar tatap, seolah bingung dengan jawaban apa yang harus diberikan kepada sang majikan. “Saya yakin kalian tidak tuli. Dimana Martha?” Sekali lagi Wira bertanya dengan nada lebih tinggi. Tidak peduli dengan dengan mata yang sembab dan wajah kuyu sehabis dari pemakaman, ia mencecar pegawainya. Dua wanita di hadapannya serentak menunduk. Salah seorang memberanikan diri untuk bicara. “Maaf, Bapak, Ibu …. Sedang pergi.”“I—ibu pergi sejak tiga hari yang lalu dan belum pulang, Pak,” timpal pembantu yang satunya. Wira memijat pelipisnya. Kini kecurigaannya terbukti. Hatinya merasa ada yang tidak beres. Sebab sejak semalam wanita itu tak bisa dihubungi dan ketika dijemput,

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 264 — TURUT BERDUKACITA

    Turut Berduka Cita atas meninggalnya Ibu Sarah Gharvita.Puluhan papan karangan bunga berlatar hitam berjajar rapi di sepanjang halaman kediaman keluarga Satwika. Saking banyaknya, sampai harus turun ke bahu jalan. Tak lain halnya dengan pusara, ucapan belasungkawa tak henti mengalir di tempat itu. Sarah tidak tertolong. Setelah jatuh, Wira segera membawa Sarah ke rumah sakit, ia pikir masih ada waktu lebih lama lagi untuk Sarah bertahan, akan tetapi Tuhan menghendaki takdir yang lain.Sarah meninggal dunia tepat dalam pelukan Wira. Setelah semalam di semayamkan, hari ini, jenazahnya dikebumikan.“Istirahatlah dengan tenang,” bisik Wira seraya menabur bunga mawar merah di gundukan tanah yang masih basah. Sebasah wajahnya yang dibanjiri air mata.Semua itu terjadi dengan tiba-tiba. Tidak ada yang menduga kepergian Sarah, bahkan ini lebih cepat dari vonis dokter. Wira orang yang paling terpukul. Meski bertahun-tahun hubungannya dengan Sarah tak baik, sempat pisah ranjang bahkan merasa

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 263 — SALAM PERPISAHAN

    “Untuk apa kau mengundang Martha datang?” Wira bertanya dengan sedikit nada panik. Takut, bila Sarah memintanya melakukan hal yang tidak-tidak. Mengingat beberapa teror yang pernah dilakukannya, Wira tak bisa berpikir positif lagi tentang Sarah, sekalipun wanita itu telah banyak berubah. Dan, perihal bertemu Martha itu adalah hal yang kedengarannya mustahil.“Bukan untuk apa-apa. Kau bisa bertanya kepada Yura jika kau tidak percaya.” Sarah tersenyum singkat. Nada bicaranya juga pelan. Tidak ada penekanan sama sekali. “Aku hanya ingin mengenal dia lebih dekat saja. Selama ini, kami belum pernah bicara langsung. Sekarang aku mengerti, mengapa kau lebih memilih dia. Kau bisa mendapatkan apa yang tidak bisa aku berikan darinya.” Tidak banyak yang dilakukan oleh Wira. Hanya menghempas napas panjang setelah istrinya bicara. “Apa tujuanmu ke sini hanya untuk membahas itu? Jika iya, ayo kita pulang saja.”Sarah menolak ajakan itu. “Mengapa di hadapanku kau seolah tidak peduli dengan Marth

DMCA.com Protection Status