Sienna membeku ketika dia sadar kalau dia sudah salah masuk kamar.
“Apa lagi yang kamu tunggu? Cepat keluar dari kamarku sekarang juga!” Titah lelaki muda itu dengan hentakan kasar.
Sienna dengan raut wajah sedihnya segera menuruni ranjang dan memungut semua pakaiannya yang berserakan di atas lantai, lalu dia memakainya di dalam kamar mandi setelah meminta izin pada lelaki muda itu.
Usai memakai pakaiannya, Sienna berpamitan untuk meninggalkan kamar itu. Dengan sikap dinginnya yang masih berada di atas ranjang, lelaki muda itu mengiyakan ucapan Sienna dengan dehaman lugas.
“Bodoh! Dasar bodoh!” Sienna mengutuk dirinya sendiri setelah dia masuk ke dalam kamarnya kembali sambil menyandarkan tubuhnya pada pintu.
“Memangnya kebodohan apa yang telah kamu lakukan?” Tanya Kala, yang muncul secara tiba-tiba di dalam kamar Sienna.
Kedua mata Sienna langsung membeliak sempurna begitu dia melihat sosok Tuan rentenir sudah berada di dalam kamarnya.
Sienna pun perlahan melepaskan sandarannya dan berdiri gugup seraya menurunkan pandangan matanya ke bawah.
“Jawab pertanyaan saya! Apa kebodohan yang telah kamu lakukan? HA?!!!” Kala membentak sambil berjalan mendekati Sienna.
“Saya belum mandi.” Sienna menjawab cepat dengan asal.
“Hah?!! Maksudnya belum mandi? Itu kebodohan yang telah kamu lakukan?”
“I-iya.”
Kala langsung tertawa kecut. Dia pun segera menjauhkan tubuhnya dari Sienna sambil bergumam, “Bisa gila saya kalau terlalu banyak berkomunikasi dengan kamu! Lebih baik—“ Kala kembali mendekati Sienna dengan langkah cepat, lalu dia meraih dagu Sienna dengan kasar dan menaikkannya ke atas. “Kita lakukan saja sekarang juga!”
“Me-melakukan apa, Tu-Tuan rentenir?”
“Berhenti memanggil saya Tuan rentenir!”
“La-lalu saya harus memanggil kamu dengan panggilan apa?”
“Terserah! Yang penting jangan panggil saya Tuan rentenir lagi!!” Kala gusar.
“Ba-bagaimana dengan panggilan— Om?” Sienna tengah menahan sakit dari tekanan kuat tangan Kala yang memegangi dagunya.
Kala tidak menjawabnya. Dia hanya menghembuskan nafas kasar karena lelah menghadapi Sienna.
Akhirnya, tanpa mau berkompromi lagi, Kala pun segera melakukan sesuatu pada Sienna.
Kala melepaskan tangannya dari dagu Sienna dan memindahkannya ke bahu Sienna, lalu dia meluncurkan ciuman brutal di seluruh leher Sienna tanpa ampun hingga membuat Sienna bersimbah air mata sambil memohon pada Kala agar Kala melepaskan tubuhnya setelah Sienna menyerah memberontak dari cengkraman kuat tangan dan tubuh Kala pada tubuhnya saat ini.
Tangisan Sienna diabaikan oleh Kala yang tetap menjamah seluruh bagian leher Sienna. Bahkan, tubuh Sienna yang sudah tidak lagi berontak malah dia hempaskan di atas ranjang untuk melakukan lebih dari yang dia inginkan.
Tetapi, gerakan tubuh Kala berhenti seketika ketika dia tiba-tiba saja dia teringat sesuatu yang pernah terjadi padanya di masa lalu. Kala jadi lemah dan punah untuk meniduri gadis muda itu.
Kala pun segera mengangkat tubuhnya dari atas tubuh Sienna. Kemudian, dia duduk di tepi ranjang dan menundukkan kepalanya.
Sienna bingung. Dia segera membangunkan tubuhnya dan melihat ke arah Kala dengan tanda tanya besar.
“Keluarlah dari kamar ini. Tinggalkan aku sendiri. CEPAT!!”
Teriakan Kala di akhir kalimatnya langsung mengagetkan Sienna. Bergegas Sienna langsung pergi meninggalkan kamar itu.
Baru beberapa langkah saja dia meninggalkan kamarnya, Sienna sudah harus bertemu kembali dengan laki-laki muda yang telah menidurinya semalam.
Langkah kaki Sienna pun berhenti untuk menatap laki-laki muda itu dari kejauhan. Rasa sakit di area inti tubuhnya masih sangat terasa, bercak darah yang dia lihat di selimut yang menutupi tubuhnya saat itu bisa dia lihat dengan jelas. Sienna tidak menyangka sama sekali kalau keperawanannya akan direnggut oleh laki-laki yang tidak dia kenali sama sekali, dan yang sekarang Sienna paling takuti adalah—
“Apa aku akan hamil dari sperma laki-laki itu?” Sienna mengalirkan air matanya di kedua pipinya.
Bersamaan dengan air mata Sienna yang membasahi kedua pipinya, laki-laki muda itu menoleh ke arahnya dan perlahan dia menjauhkan ponsel dari telinganya saat sambungan telpon dengan seseorang masih berlangsung.
Keduanya pun saling menatap dari kejauhan dengan tatapan teduh. Ada rasa bersalah yang tersirat dari raut wajah laki-laki itu karena telah meniduri Sienna tanpa sengaja. Sedangkan Sienna, dia diam dan hanya membisu dengan segala kelelahan hidupnya yang semakin dia rasakan.
Saat langkah kaki laki-laki muda itu ingin berjalan menghampiri Sienna, seorang pria berjas datang menghampirinya.
“Tuan muda Kava, saya sudah menerima kabar dari...”
Laki-laki muda yang bernama Kava itu segera melepaskan tatapan matanya dari Sienna dan beralih pada pria berjas yang sedang melaporkan sesuatu padanya.
Tapi, tatapan mata Sienna tetap tertuju pada Kava yang sedang bicara berdua dengan pria itu.
Tak lama kemudian, tiba-tiba saja Kala berjalan melewati Sienna begitu saja dan berjalan menghampiri Kava.
Sienna pun bertanya mengenai hubungan dua laki-laki yang berbeda usia itu. Dari kejauhan, tanpa bisa mendengar apapun yang sedang mereka bicarakan. Sienna mencoba menerka hubungan mereka yang Sienna pikir kalau mereka adalah Om dan Keponakan. Tapi ternyata,
“Cepat ke sini!” Kala mentitah Sienna untuk segera datang menghampirinya.
Sienna pun patuh dan segera menghampiri Kala.
“Kava, tolong urus gadis muda ini terlebih dahulu. Aku merasa kewalahan mengurusnya karena terlalu bocah untuk aku hadapi.”
“Baik, Kak.”
“Kak???” Sienna bergumam di dalam hati. Ternyata Kala adalah Kakaknya Kava.
Setelah Kala pergi bersama dengan pria tua berjas itu, Kava pun langsung merangkul bahu Sienna tiba-tiba.
Kontak fisik yang dilakukan oleh Kava secara tiba-tiba itu sangat mengagetkan Sienna.
“Apa yang mau kamu lakukan? Cepat jauhkan tangan kamu dari bahuku!”
“Tidak mau!” Kava meluaskan tawa ledekan.
“Hah!? Kenapa?”
“Berjanji dulu padaku. Kalau kamu tidak akan memberitahu pada Kakakku soal kejadian yang kita lakukan semalam.”
Meski tidak peduli dengan janji yang harus Sienna tepati itu, tapi permintaan Kava membuat Sienna penasaran.
“Memangnya kenapa kalau Kakak kamu tidak boleh mengetahuinya?”
“Kamu tidak perlu tahu alasannya. Yang penting kamu tutup mulut kalau kamu mau hidup kamu aman.”
Perkataan Kava seolah terdengar seperti ancaman yang mematikan untuk Sienna.
***
“Jadi, Gadis muda itu yang akan Kak Kala nikahi?” Kava bertanya dengan nada kecewa. “Aku tidak punya pilihan lain. Hanya dia yang pantas untuk menyumbangkan sel telur untuk disatukan dengan spermaku.” “Itu hanya alasan Kak Kala saja. Aku yakin, pasti ada alasan lain sampai Kak Kala menikahi perempuan yang usianya sangat berbeda jauh dengan usia Kakak!” “Kenapa kamu jadi semarah itu padaku? Seharusnya ini bukanlah urusan kamu!” “Tentu saja ini menjadi urusanku!” Kala merengut tajam sambil menatap Kava. “Membohongi Papa dan Mama sama saja bagian dari pengkhianatan Kakak pada keluarga kita!” “Kamu pikir aku mau melakukannya? Kalau bukan karena kesalahan yang telah kamu lakukan, maka Papa dan Mama tidak akan memintaku untuk memberikan mereka keturunan. Sialnya, mereka menunggu kabar dariku hanya sampai Minggu depan saja. Kalau tidak...” Kala menahan kalimatnya. Dia diam sambil tetap menatap Adiknya yang men
“Aku akan tetap menikahinya meski Mama dan Papa melarangku!” “Kala?? Dia masih terlalu kecil untuk kamu. Lebih baik kamu kembali pada Aluna daripada kamu menikahi gadis yang tidak jelas asal-usulnya! Apa kamu sudah gila mau menikahi gadis kampungan itu?” “Setidaknya dia masih jauh lebih baik daripada Aluna!” “Apa kamu bilang?!!” Dion kesal mendengar ucapan Kala. Tanpa ragu, dia langsung menampar wajah Kala dengan tenaganya yang cukup kencang. PLAKKK!! Wajah Kala langsung terlempar ke samping. Lisa yang berdiri di dekat putranya langsung membeliakkan kedua matanya dengan geram. “Apa permasalahan yang terjadi pada keluarga kita masih belum cukup untuk menyadarkan kamu kalau keluarga kita sedang dalam masalah besar!!??” Dion murka. Dia hampir menampar wajah Kala kembali. Tapi, tidak peduli semarah apapun kedua orang tuanya padanya untuk tidak memberikannya restu pada pernikahannya dengan Sienna, Kala tetap
Sienna dan Kala sarapan bersama pagi ini. Suasana sarapan pun terasa sangat tegang dan suram. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Kala. Pria itu hanya makan sarapannya dengan tenang tanpa melihat ke arah Sienna yang duduk di hadapannya sedikit pun. Kala mengakhiri sarapannya dengan meneguk sampai habis segelas air putih, lalu dia beranjak dari kursi untuk meninggalkan ruang makan. Sienna pun bergegas menghampiri Kala saat Kala ingin pergi. Dia menghadang Kala dengan cara merentangkan kedua tangannya di depan Kala. “Apa yang ingin kamu katakan?” Kala bertanya, lalu dia meraih tangannya dan melihat jam di tangannya. “Aku beri waktu 5 menit untuk kamu bicara.” Tanpa basa-basi lantaran dia hanya diberi waktu lima menit saja oleh Kala untuk bicara, akhirnya Sienna pun langsung mengatakan pada poin dari hal yang ingin dia katakan pada Kala. “Cium aku!” Kala tercengang mendengar ucapan Sienna yang dikatakan den
“Dengan siapa kamu telah melepaskan keperawananmu? Sedangkan, Ibumu sudah memastikan padaku kalau kamu masih perawan dan belum pernah pacaran sekalipun seumur hidup kamu. Jadi, cepat beritahu padaku sekarang juga!!” Sienna bergeming saat dia diberikan pertanyaan itu. Pertanyaan yang tidak akan bisa dia jawab dengan baik.** “Aku akan memberitahu Om Kala tentang kejadian malam itu.” Sambil memegang handycam, Kava membalas ucapan Sienna dengan pertanyaan. “Kenapa kamu jadi ingin memberitahunya?” “Karena dia terus bertanya, mendesak aku untuk menjawabnya, dan membuatku merasa jadi terpojokkan karena ancamannya.” “Lagi-lagi dia suka mengancam orang. Aku kira hanya aku saja yang diperlakukan tidak adil olehnya, ternyata kamu juga.” “Apa maksud kamu dengan diperlakukan tidak adil?” “Kala itu— egois.” Jawabnya, dengan wajah lirih setelah dia menurunkan handycamnya yang sedang merekam sesuatu.
“Dia benar-benar ingkar padaku!!” Sienna menggerutu kesal saat Kala mendadak membatalkan janjinya untuk pergi ke Pantai bersamanya hari ini. Gerutuan Sienna pun terdengar sampai ke telinganya Kava yang sedang memegang kamera dan memotret pemandangan di sekitarnya. “Dasar cewek gabut!” Decitnya dengan tawa menyudut ketika melihat Sienna sedang marah-marah sendirian di depan kolam ikan. Kava pun segera mendekatinya dan mengajaknya pergi tanpa ada basa-basi. “Ayo, pergi ke Pantai bersamaku!” Ajaknya, lalu berlalu pergi begitu saja. Tentu saja ajakan Kava mengherankan Sienna yang langsung diam mematung. Ketika menyadari kalau Sienna hanya diam saja tanpa mengikutinya, Kava pun segera membalikkan badannya dan menghampiri Sienna kembali. Desahan tawa melihat Sienna hanya diam saja sambil menatapnya dengan datar membuat Kava jengkel. Tanpa ragu, Kava langsung meraih tangan Sienna dan menariknya unt
Sudah hampir setengah jam lamanya Kala hanya terduduk diam sambil menatap Sienna yang sedang terbaring di atas ranjang dengan tangan terinfus. Ada perasaan tidak tenang yang menyelimuti perasaannya belakangan ini tetang gadis belia di depannya. Tapi, dia tidak tahu perasaan apa itu meski dia terus memikirkannya dan mencari tahu, Kala tetap belum menemukan jawabannya. Namun, suatu ketika dia pernah menerka tentang perasaannya tersebut dan yang dia pikirkan adalah perasaan suka yang tidak biasa terhadap Sienna. Akan tetapi, dia menepis keras tentang perasaan sukanya itu yang mustahil hadir di dalam dirinya karena Sienna terlalu kecil untuk bisa dia cintai. Kala pun menghembuskan nafasnya berkali-kali sambil berpikir keras dengan kening yang merengut kecil. Saat tangannya ingin menggenggam tangan Sienna yang jauh lebih kecil dari tangannya, dia pun langsung mengurungkannya dan perlahan menjauhkan kembali tangannya untuk tidak jadi menyentuh
Kava tidak percaya kalau dia akan menyaksikan pemandangan menyakitkan seperti ini. Kava pun merasa sangat dikhianati oleh Sienna yang malah lebih memihak pada Kala daripada dirinya yang sudah jelas kekasihnya, orang yang dicintainya. “Fuck!!” Kava berdecit. Dia merasa muak melihat kenaifan yang Sienna tunjukkan di hadapannya saat ini. Tanpa mau bergurau dengan hubungan kekasih dan Kakaknya, Kava pun pergi sambil menunjukkan jari tengah ke arah mereka berdua. Kepergian Kava yang seperti itu disadari betul oleh Sienna yang dianggap Kava telah membuat kesalahan besar. Akan tetapi, dia juga tidak bisa berbuat apa-apa di depan Kala karena hubungan kasihnya dengan Kava adalah hubungan yang tersembunyi. Jadi, Sienna memutuskan untuk tetap bersama Kala saat ini dan mengobati luka Kala. “A-aww...” Kala sedikit mengeluh kesakitan saat Sienna sedang mengobati lukanya. Sepanjang Sienna mengobati luka di wajah Kala yang Sienna pikirkan ada
Setelah 10 Minggu berada di Boston, akhirnya Kava pulang. Kepulangannya disambut dengan suka cita oleh Sienna. Mereka pun langsung berpelukan di dalam kamar Kava saat Kala sedang tidak berada di rumah. Keduanya saling melepaskan rasa rindu mereka dengan berciuman yang sangat mesra. “Aku sangat merindukan kamu. Sangat rindu.” Ungkap Sienna dengan mata berkaca. “Aku juga.” Pelukan Sienna yang sangat erat dan sulit untuk dilepaskan membuat Kava bingung. “Kamu kenapa, Sienna? Apa selama aku tidak ada di sisi kamu, sesuatu yang buruk terjadi?” Sienna menggelengkan kepalanya beberapa kali. Tapi, isakan tangisnya membuat Kava tidak mempercayai ucapannya. Dia pun berusaha untuk melepaskan pelukan Sienna, tapi Sienna menolak melepaskan pelukannya dan tangisannya tetap tidak berhenti. Akhirnya Kava membiarkan Sienna tetap memeluknya dan tetap menangis sampai Sienna benar-benar merasa tenang dan melepaskan sendiri
“Akulah Ayah kandung dari bayi itu, bayi yang berada di dalam rahim Sienna.” Saking syoknya mendengar pengakuan dari putra bungsunya, Lisa sampai bergeming sambil menahan rasa sakit di dadanya yang teramat menusuk. “Mama jangan pernah menyalahkan Sienna, karena akulah yang telah membuatnya mengandung anakku. Aku mencintai Sienna dan aku akan menikahinya setelah Kak Kala menceraikannya.” “Apa kamu sudah gila, Kava? Apa kewarasanmu sudah tidak ada lagi?” Lisa bertanya dengan suara bergetar. Tapi, Kava tidak menjawabnya. Dia tahu kemarahan Lisa tidaklah bisa terkontrol kalau dia sampai menjawab pertanyaan itu. Tanpa mau berdebat lebih lama lagi dengan Kava, Lisa pun segera membawa Kava pergi dari tempat itu dan Kava tidak menolaknya ketika Mamanya menarik tangannya. Kava hanya menurut sambil melepaskan tatapan matanya dari Sienna yang tampak bersedih melihatnya karena hidupnya menjadi seperti ini.
Victo melebarkan senyuman sarkas ketika akhirnya dia bisa melihat Kava bersimpuh di hadapannya sambil mengucapkan kalimat permintaan maaf. Rasa puasnya pun semakin dia rasakan saat Kava mengatakan akan melakukan apapun yang Victo perintahkan padanya asalkan keluarga Bjorka berhenti mencari masalah dengan keluarga Sailendra. “Kalau memang itu yang kamu inginkan, maka aku ingin kamu menikahi Sabira.” Mendengar permintaan Victo membuat Kava bergeming. “Kamu tampak ragu. Kenapa? Apa kamu tidak mau menikahi Adik perempuanku satu-satunya? Orang yang paling aku sayangi di dunia ini.” “Aku ini lelaki yang pernah kamu cap sebagai lelaki paling brengsek yang pernah hadir di dalam hidup Sabira. Lalu, kenapa kamu masih menginginkan aku menikahi Adik tersayangmu itu?” “Kamu pikir, aku yang menginginkannya? Sebaliknya, aku justru sangat ingin menjauhkan Sabira dari lelaki sepertimu! Namun sayangnya, Sabira sangat mencintai kamu dan dia
“Siennna???” Kala terkejut bukan main ketika dia sadar kalau yang dipukul kencang olehnya barusan adalah Sienna. Tanpa mau melanjutkan kemarahannya pada Kava, Kala langsung menggendong tubuh Sienna dengan kedua tangannya dan bergegas membawa Sienna ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan menuju ke Rumah Sakit, Sienna terus mengerang kesakitan sambil meremas baju Kala yang sedang memeluknya. Rasa sakit yang luar biasa yang Sienna rasakan membuat wajah Sienna menjadi sangat pucat. Kala pun meminta pengawal yang sedang menyetir mobil untuk segera mempercepat laju mobil itu. Setibanya di Rumah Sakit, mereka datang cukup terlambat sehingga Seinna mengalami pendarahan dan harus mendapatkan penangan lebih dari Dokter kandungan. Kala pun tidak diizinkan untuk menemani Sienna, dengan berat hati dia harus menunggu di luar dengan perasaan khawatir dan ketakutan yang luar biasa. Bersamaan dengan kondisi Sienna yang genting, Kala
Kala tengah memandangi Kava yang sedang berbaring di atas ranjang usai digendong paksa olehnya dari lobi rumah sampai ke dalam kamarnya. Kondisi mabuk berat yang Kala dapati sepulang Kava dari sebuah Bar membuat Kala justru tidak bisa memarahi Adiknya itu. Betapa sayangnya Kala pada Kava, sampai dia selalu berjanji pada dirinya sendiri kalau dia akan rela melakukan untuk Kava dan demi kebahagiaan Kava. Tapi sayangnya, Kava tidak pernah menyadari itu. Yang Kava tahu kalau Kala sangat membencinya sehingga Kala selalu bersikap tegas padanya dan sering mengancamnya dengan ancaman yang langsung membuat Kava patuh pada Kala. “Apa yang terjadi dengan kamu yang sebenarnya, Kava? Kenapa sepulang kamu dari Boston malah membuat kamu jadi seperti ini? Apa pertemuan kamu dengan Sabira di sana membuat kamu kembali mencintainya?” Kala jadi berpikir hal yang mustahil terjadi pada Kava. “Tidak. Kamu tidak pernah sekalipun mencintai Sabira. Sabiralah yang mencintai ka
Dokter sedang memeriksa kandungan Sienna. Kala yang menemani Sienna untuk pertama kalinya ke Dokter kandungan terlihat sangat bahagia saat Dokter menunjukkan janin di dalam rahim Sienna melalui layar USG. “Bayinya sehat. Tubuhnya juga sudah sempurna dan sejauh ini tidak ada kelainan pada janin Ibu Sienna.” “Lalu, kapan bayinya akan bergerak di dalam perut istri saya?” “Sepertinya Pak Kala sudah tidak sabar ingin segera melihat calon bayinya ini aktif di perut Ibunya.” “Tentu saja Dokter.” “Nanti, bayinya akan benar-benar bergerak aktif di usia kandungan 20 Minggu.” “Itu artinya masih sekitar 8 Minggu lagi?” “Tidak, melainkan 4 Minggu lagi.” “Empat Minggu lagi? Memangnya usia kandungan istri saya berapa Minggu sekarang?” “Memasuki usia 16 Minggu.” “Tapi, kami baru menikah sekitar 12 sampai 13 Minggu. Lalu, kenapa usia kandungan istri saya melebihi usia pernikahan kami?”
Setelah 10 Minggu berada di Boston, akhirnya Kava pulang. Kepulangannya disambut dengan suka cita oleh Sienna. Mereka pun langsung berpelukan di dalam kamar Kava saat Kala sedang tidak berada di rumah. Keduanya saling melepaskan rasa rindu mereka dengan berciuman yang sangat mesra. “Aku sangat merindukan kamu. Sangat rindu.” Ungkap Sienna dengan mata berkaca. “Aku juga.” Pelukan Sienna yang sangat erat dan sulit untuk dilepaskan membuat Kava bingung. “Kamu kenapa, Sienna? Apa selama aku tidak ada di sisi kamu, sesuatu yang buruk terjadi?” Sienna menggelengkan kepalanya beberapa kali. Tapi, isakan tangisnya membuat Kava tidak mempercayai ucapannya. Dia pun berusaha untuk melepaskan pelukan Sienna, tapi Sienna menolak melepaskan pelukannya dan tangisannya tetap tidak berhenti. Akhirnya Kava membiarkan Sienna tetap memeluknya dan tetap menangis sampai Sienna benar-benar merasa tenang dan melepaskan sendiri
Kava tidak percaya kalau dia akan menyaksikan pemandangan menyakitkan seperti ini. Kava pun merasa sangat dikhianati oleh Sienna yang malah lebih memihak pada Kala daripada dirinya yang sudah jelas kekasihnya, orang yang dicintainya. “Fuck!!” Kava berdecit. Dia merasa muak melihat kenaifan yang Sienna tunjukkan di hadapannya saat ini. Tanpa mau bergurau dengan hubungan kekasih dan Kakaknya, Kava pun pergi sambil menunjukkan jari tengah ke arah mereka berdua. Kepergian Kava yang seperti itu disadari betul oleh Sienna yang dianggap Kava telah membuat kesalahan besar. Akan tetapi, dia juga tidak bisa berbuat apa-apa di depan Kala karena hubungan kasihnya dengan Kava adalah hubungan yang tersembunyi. Jadi, Sienna memutuskan untuk tetap bersama Kala saat ini dan mengobati luka Kala. “A-aww...” Kala sedikit mengeluh kesakitan saat Sienna sedang mengobati lukanya. Sepanjang Sienna mengobati luka di wajah Kala yang Sienna pikirkan ada
Sudah hampir setengah jam lamanya Kala hanya terduduk diam sambil menatap Sienna yang sedang terbaring di atas ranjang dengan tangan terinfus. Ada perasaan tidak tenang yang menyelimuti perasaannya belakangan ini tetang gadis belia di depannya. Tapi, dia tidak tahu perasaan apa itu meski dia terus memikirkannya dan mencari tahu, Kala tetap belum menemukan jawabannya. Namun, suatu ketika dia pernah menerka tentang perasaannya tersebut dan yang dia pikirkan adalah perasaan suka yang tidak biasa terhadap Sienna. Akan tetapi, dia menepis keras tentang perasaan sukanya itu yang mustahil hadir di dalam dirinya karena Sienna terlalu kecil untuk bisa dia cintai. Kala pun menghembuskan nafasnya berkali-kali sambil berpikir keras dengan kening yang merengut kecil. Saat tangannya ingin menggenggam tangan Sienna yang jauh lebih kecil dari tangannya, dia pun langsung mengurungkannya dan perlahan menjauhkan kembali tangannya untuk tidak jadi menyentuh
“Dia benar-benar ingkar padaku!!” Sienna menggerutu kesal saat Kala mendadak membatalkan janjinya untuk pergi ke Pantai bersamanya hari ini. Gerutuan Sienna pun terdengar sampai ke telinganya Kava yang sedang memegang kamera dan memotret pemandangan di sekitarnya. “Dasar cewek gabut!” Decitnya dengan tawa menyudut ketika melihat Sienna sedang marah-marah sendirian di depan kolam ikan. Kava pun segera mendekatinya dan mengajaknya pergi tanpa ada basa-basi. “Ayo, pergi ke Pantai bersamaku!” Ajaknya, lalu berlalu pergi begitu saja. Tentu saja ajakan Kava mengherankan Sienna yang langsung diam mematung. Ketika menyadari kalau Sienna hanya diam saja tanpa mengikutinya, Kava pun segera membalikkan badannya dan menghampiri Sienna kembali. Desahan tawa melihat Sienna hanya diam saja sambil menatapnya dengan datar membuat Kava jengkel. Tanpa ragu, Kava langsung meraih tangan Sienna dan menariknya unt