“Aku akan tetap menikahinya meski Mama dan Papa melarangku!”
“Kala?? Dia masih terlalu kecil untuk kamu. Lebih baik kamu kembali pada Aluna daripada kamu menikahi gadis yang tidak jelas asal-usulnya! Apa kamu sudah gila mau menikahi gadis kampungan itu?”
“Setidaknya dia masih jauh lebih baik daripada Aluna!”
“Apa kamu bilang?!!” Dion kesal mendengar ucapan Kala. Tanpa ragu, dia langsung menampar wajah Kala dengan tenaganya yang cukup kencang.
PLAKKK!!
Wajah Kala langsung terlempar ke samping. Lisa yang berdiri di dekat putranya langsung membeliakkan kedua matanya dengan geram.
“Apa permasalahan yang terjadi pada keluarga kita masih belum cukup untuk menyadarkan kamu kalau keluarga kita sedang dalam masalah besar!!??” Dion murka. Dia hampir menampar wajah Kala kembali.
Tapi, tidak peduli semarah apapun kedua orang tuanya padanya untuk tidak memberikannya restu pada pernikahannya dengan Sienna, Kala tetap menikahi gadis yang berbeda usia 17 tahun dengannya itu.
Malam hari setelah keduanya resmi menjadi suami dan istri, Kala memberikan sebuah map pada Sienna.
“Baca dengan hati-hati dan jangan sampai kamu melakukan kesalahan. Karena setelah kamu menandatangani surat perjanjian itu, maka itu artinya kamu telah setuju dengan seluruh isi yang tertulis di kertas tersebut.”
Sienna pun segera membaca isi dari tiga lembar kertas putih tersebut. Dengan sangat hati-hati Sienna membacanya dan tidak ada alasan untuknya untuk tidak menyetujui seluruh isi dari tulisan itu.
“Meskipun aku merasa sangat dirugikan dalam pernikahan kontrak ini, tapi aku tetap tidak punya pilihan lain selain harus menerima semua isi perjanjian yang telah Om buat.” Ucap Sienna sambil menaikkan pandangan matanya ke arah Kala yang berdiri tidak jauh darinya.
Kala hanya diam tanpa membalasnya.
“Dari awal Om mengajak aku ke sini adalah untuk membeli tubuhku dan juga diri aku, termasuk perasaan aku sebagai pelunasan semua hutang kedua orang tua aku pada Om. Jadi, apapun yang merugikan aku, aku akan tetap berusaha menerimanya termasuk memberikan sel telurku pada Om.” Sienna mengatakan dengan suara lirih.
Kemudian, dia bangkit dari kursi dan berjalan mendekati Kala yang masih terdiam di dekat cermin.
“Aku akan melakukan tugasku sebagai istri Om Kala selama 730 hari lamanya. Aku akan menjadi istri yang baik, istri yang patuh, dan juga aku akan melahirkan anak untuk Om Kala. Tetapi, tolong bebaskan aku setelah 730 hari itu berakhir. Aku mohon.” Sienna menatap lirih dengan mata berkaca sambil menyentuh kedua bahu Kala lalu menjatuhkan kepalanya pada sandaran dada Kala.
Kala bergeming sesaat sambil menegukkan savilanya. Dia tidak mampu berkata-kata untuk mengatakan janji atas permintaan Sienna tersebut.
“Cepat tanda tangani surat perjanjian itu agar pernikana kontrak kita menjadi sah.”
Kedua tangan Sienna segera menjauh perlahan dari bahu Kala, lalu dia meraih pena di atas meja dan menandatangani surat perjanjian itu tanpa ragu.
Setelah selesai menandatangani surat perjanjian itu, Sienna dengan berani melepaskan seluruh pakaiannya di depan Kala. Tanpa menggoda Kala sedikit pun, Sienna meminta Kala untuk segera menyentuh seluruh anggota tubuhnya tanpa ada yang terlewat dari sentuhan jari jemarinya setitik pun.
Kala pun tetap terdiam sambil menatap seluruh tubuh Sienna dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tak disangka olehnya kalau Sienna memiliki tubuh yang indah, hingga membuatnya tidak sanggup menahan hasrat birahinya dan Kala pun langsung meraih tubuh Sienna dan menciumnya dengan ciuman yang sangat mesra.
Ciuman Kala disambut oleh Sienna yang membalas ciuman pria dewasa itu dengan gerakan bibir yang sama. Lalu, keduanya saling berciuman dan saling berpelukan secara menggebu.
Kala mulai mendorong perlahan tubuh Sienna mendekati ranjang dan dia pun menjaga tubuh Sienna agar tubuh Sienna tidak sampai terjatuh ke lantai, melainkan jatuh ke atas ranjang.
Setelah berhasil mendudukan Sienna di atas ranjang tanpa melepaskan ciumannya, Kala pun mulai menjelajah seluruh tubuh Sienna dengan bibirnya. Dia menciumi seluruh bagian leher hingga area panggul Sienna.
Kini, desahan liar telah memenuhi seluruh sudut kamar yang cukup luas itu. Sienna pun tak mampu menghindari serangan nikmati dari seluruh gerakan yang Kala lakukan padanya.
Akan tetapi, ketika area inti milik mereka masing-masing mulai saling bersentuhan dan Kala telah berhasil memasukkannya, tiba-tiba saja gerakan tubuh Kala berhenti seketika.
Tanpa banyak bicara, Kala segera menjauhkan tubuhnya dari tubuh Sienna lalu meminta Sienna untuk segera keluar dari kamar itu.
Sienna pun jadi bingung dengan sikap dingin Kala yang secara tiba-tiba saja mengusirnya di saat mereka baru selesai pemanasan untuk bercinta. Tapi, kembali ke kamar untuk bertanya pun Sienna tidak memiliki keberanian. Akhirnya Sienna menepikan dirinya di salah satu taman yang berada di area kediaman rumah itu.
Sienna duduk dengan sorot lampu yang tidak terlalu terang. Dia menghembuskan nafas kasar beberapa kali sambil menatap kolam ikan di depannya.
“Apa aku telah melakukan kesalahan sama Om Kala tadi?” Sienna mulai bergumam sendiri dikesendiriannya saat ini.
“Dia kan pria dewasa, sedangkan aku masih terlalu kecil untuk pria seusianya. Pasti dia merasa tidak puas dengan pelayanan aku tadi. Tapi, wajar kan kalau aku tidak bisa memuaskannya di malam pertama kami? Secara aku belum pernah melakukannya, bahkan ciuman pertama aku pun dengannya. Jadi, seharusnya dia bisa paham dengan hal itu. Dia seharusnya bisa memaklumi kekakuan aku dan dia justru seharusnya mengajari aku caranya berciuman dan juga caranya bercinta. Bukannya malah berhenti di saat aku sudah bisa merasakan rasa itu akhirnya. Parahnya lagi, dia malah mengusir aku! Sungguh. Aku tidak habis pikir dengannya!!” Sienna mendengus kesal sambil bersedekap.
Lalu, tiba-tiba saja Sienna mencium aroma asap rokok yang semakin menyengat hidungnya. Sienna pun segera mencari asal dari aroma asap rokok tersebut di sekitarnya.
Kemudian, sosok seorang laki-laki yang sedang berdiri di bawah pohon sambil mengepulkan asap rokok langsung mengagetkan Sienna, lantaran sosok itu terlihat samar di matanya ketika kegelapan lebih menyamarkan sosoknya daripada cahaya terang dari lampu taman.
“Kala itu cerdas.” Ucap orang itu, yang baru menoleh ke arah Sienna setelah dia mengecilkan volume suara earphone di telinganya.
Betapa terkejutnya Sienna begitu dia mengetahui kalau sosok itu adalah Kava.
“Ka-kamu???” Sienna panik. Dia kebingungan sendiri antara ingin pergi dan juga tetap berada di sana.
Tapi, tarikkan tangan Kava langsung menghentikan gerakan tubuh Sienna. Dengan sengaja Kava mendekati wajah Sienna dan menatapnya dari jarak yang sangat dekat.
Hanya beberapa detik saja, lalu Kava mencium bibir Sienna dan membuat lumatan basah dari penyatuan bibir di antara mereka.
Tapi, ciuman itu tidak diterima oleh Sienna. Sienna berusaha menghindari ciuman Kava dengan memberontak tubuhnya dari cengkraman kuat Kava, dan setelah dia berhasil melepaskan ciuman itu, tanpa ragu Sienna langsung menampar Kava dan memakinya dengan decitan tajam.
PLAKK!!
“Brengsek kamu! Kamu pikir, aku barang yang bisa dipakai sesuka hati sama kamu dan Kakak kamu, Kala!!??”
“Bukannya kamu memang dijual dan menjual diri kamu pada keluarga Sailendra?” Kava membalas perkataan Sienna dengan balasan nakal yang menyakitkan.
“A-apa kamu bilang??”
“Jangan munafik jadi perempuan! Tubuh kamu itu sudah aku cicipi duluan tanpa sengaja. Kala yang tidak mengetahui hal itu tentu saja marah saat dia tahu kalau perempuan yang baru saja dia nikahi ternyata sudah tidak lagi perawan! Makanya Kala mengusir kamu tadi.”
Sienna terkejut saat mengetahui hal itu.
“Apa kamu tidak sadar kalau kamu telah masuk ke dalam kandang singa yang akan membuat kamu terus berada dalam ketakutan seumur hidup kamu— mulai sekarang?”
“Apa maksud ucapan kamu itu?”
Dengan membisiki telinga Sienna, Kava pun memberitahu sebuah rahasia yang belum diketahui oleh Sienna tentang keluarganya.
“Sailendra. Kami adalah keluarga mafia yang sangat menyukai hal-hal yang beraroma ilegal dan juga pembunuhan. Bisa jadi kamu dan keluarga kamu adalah target Kala yang selanjutnya.”
Seringai tajam dari senyuman Kava benar-benar membuat Sienna ketakutan.
***
Sienna dan Kala sarapan bersama pagi ini. Suasana sarapan pun terasa sangat tegang dan suram. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Kala. Pria itu hanya makan sarapannya dengan tenang tanpa melihat ke arah Sienna yang duduk di hadapannya sedikit pun. Kala mengakhiri sarapannya dengan meneguk sampai habis segelas air putih, lalu dia beranjak dari kursi untuk meninggalkan ruang makan. Sienna pun bergegas menghampiri Kala saat Kala ingin pergi. Dia menghadang Kala dengan cara merentangkan kedua tangannya di depan Kala. “Apa yang ingin kamu katakan?” Kala bertanya, lalu dia meraih tangannya dan melihat jam di tangannya. “Aku beri waktu 5 menit untuk kamu bicara.” Tanpa basa-basi lantaran dia hanya diberi waktu lima menit saja oleh Kala untuk bicara, akhirnya Sienna pun langsung mengatakan pada poin dari hal yang ingin dia katakan pada Kala. “Cium aku!” Kala tercengang mendengar ucapan Sienna yang dikatakan den
“Dengan siapa kamu telah melepaskan keperawananmu? Sedangkan, Ibumu sudah memastikan padaku kalau kamu masih perawan dan belum pernah pacaran sekalipun seumur hidup kamu. Jadi, cepat beritahu padaku sekarang juga!!” Sienna bergeming saat dia diberikan pertanyaan itu. Pertanyaan yang tidak akan bisa dia jawab dengan baik.** “Aku akan memberitahu Om Kala tentang kejadian malam itu.” Sambil memegang handycam, Kava membalas ucapan Sienna dengan pertanyaan. “Kenapa kamu jadi ingin memberitahunya?” “Karena dia terus bertanya, mendesak aku untuk menjawabnya, dan membuatku merasa jadi terpojokkan karena ancamannya.” “Lagi-lagi dia suka mengancam orang. Aku kira hanya aku saja yang diperlakukan tidak adil olehnya, ternyata kamu juga.” “Apa maksud kamu dengan diperlakukan tidak adil?” “Kala itu— egois.” Jawabnya, dengan wajah lirih setelah dia menurunkan handycamnya yang sedang merekam sesuatu.
“Dia benar-benar ingkar padaku!!” Sienna menggerutu kesal saat Kala mendadak membatalkan janjinya untuk pergi ke Pantai bersamanya hari ini. Gerutuan Sienna pun terdengar sampai ke telinganya Kava yang sedang memegang kamera dan memotret pemandangan di sekitarnya. “Dasar cewek gabut!” Decitnya dengan tawa menyudut ketika melihat Sienna sedang marah-marah sendirian di depan kolam ikan. Kava pun segera mendekatinya dan mengajaknya pergi tanpa ada basa-basi. “Ayo, pergi ke Pantai bersamaku!” Ajaknya, lalu berlalu pergi begitu saja. Tentu saja ajakan Kava mengherankan Sienna yang langsung diam mematung. Ketika menyadari kalau Sienna hanya diam saja tanpa mengikutinya, Kava pun segera membalikkan badannya dan menghampiri Sienna kembali. Desahan tawa melihat Sienna hanya diam saja sambil menatapnya dengan datar membuat Kava jengkel. Tanpa ragu, Kava langsung meraih tangan Sienna dan menariknya unt
Sudah hampir setengah jam lamanya Kala hanya terduduk diam sambil menatap Sienna yang sedang terbaring di atas ranjang dengan tangan terinfus. Ada perasaan tidak tenang yang menyelimuti perasaannya belakangan ini tetang gadis belia di depannya. Tapi, dia tidak tahu perasaan apa itu meski dia terus memikirkannya dan mencari tahu, Kala tetap belum menemukan jawabannya. Namun, suatu ketika dia pernah menerka tentang perasaannya tersebut dan yang dia pikirkan adalah perasaan suka yang tidak biasa terhadap Sienna. Akan tetapi, dia menepis keras tentang perasaan sukanya itu yang mustahil hadir di dalam dirinya karena Sienna terlalu kecil untuk bisa dia cintai. Kala pun menghembuskan nafasnya berkali-kali sambil berpikir keras dengan kening yang merengut kecil. Saat tangannya ingin menggenggam tangan Sienna yang jauh lebih kecil dari tangannya, dia pun langsung mengurungkannya dan perlahan menjauhkan kembali tangannya untuk tidak jadi menyentuh
Kava tidak percaya kalau dia akan menyaksikan pemandangan menyakitkan seperti ini. Kava pun merasa sangat dikhianati oleh Sienna yang malah lebih memihak pada Kala daripada dirinya yang sudah jelas kekasihnya, orang yang dicintainya. “Fuck!!” Kava berdecit. Dia merasa muak melihat kenaifan yang Sienna tunjukkan di hadapannya saat ini. Tanpa mau bergurau dengan hubungan kekasih dan Kakaknya, Kava pun pergi sambil menunjukkan jari tengah ke arah mereka berdua. Kepergian Kava yang seperti itu disadari betul oleh Sienna yang dianggap Kava telah membuat kesalahan besar. Akan tetapi, dia juga tidak bisa berbuat apa-apa di depan Kala karena hubungan kasihnya dengan Kava adalah hubungan yang tersembunyi. Jadi, Sienna memutuskan untuk tetap bersama Kala saat ini dan mengobati luka Kala. “A-aww...” Kala sedikit mengeluh kesakitan saat Sienna sedang mengobati lukanya. Sepanjang Sienna mengobati luka di wajah Kala yang Sienna pikirkan ada
Setelah 10 Minggu berada di Boston, akhirnya Kava pulang. Kepulangannya disambut dengan suka cita oleh Sienna. Mereka pun langsung berpelukan di dalam kamar Kava saat Kala sedang tidak berada di rumah. Keduanya saling melepaskan rasa rindu mereka dengan berciuman yang sangat mesra. “Aku sangat merindukan kamu. Sangat rindu.” Ungkap Sienna dengan mata berkaca. “Aku juga.” Pelukan Sienna yang sangat erat dan sulit untuk dilepaskan membuat Kava bingung. “Kamu kenapa, Sienna? Apa selama aku tidak ada di sisi kamu, sesuatu yang buruk terjadi?” Sienna menggelengkan kepalanya beberapa kali. Tapi, isakan tangisnya membuat Kava tidak mempercayai ucapannya. Dia pun berusaha untuk melepaskan pelukan Sienna, tapi Sienna menolak melepaskan pelukannya dan tangisannya tetap tidak berhenti. Akhirnya Kava membiarkan Sienna tetap memeluknya dan tetap menangis sampai Sienna benar-benar merasa tenang dan melepaskan sendiri
Dokter sedang memeriksa kandungan Sienna. Kala yang menemani Sienna untuk pertama kalinya ke Dokter kandungan terlihat sangat bahagia saat Dokter menunjukkan janin di dalam rahim Sienna melalui layar USG. “Bayinya sehat. Tubuhnya juga sudah sempurna dan sejauh ini tidak ada kelainan pada janin Ibu Sienna.” “Lalu, kapan bayinya akan bergerak di dalam perut istri saya?” “Sepertinya Pak Kala sudah tidak sabar ingin segera melihat calon bayinya ini aktif di perut Ibunya.” “Tentu saja Dokter.” “Nanti, bayinya akan benar-benar bergerak aktif di usia kandungan 20 Minggu.” “Itu artinya masih sekitar 8 Minggu lagi?” “Tidak, melainkan 4 Minggu lagi.” “Empat Minggu lagi? Memangnya usia kandungan istri saya berapa Minggu sekarang?” “Memasuki usia 16 Minggu.” “Tapi, kami baru menikah sekitar 12 sampai 13 Minggu. Lalu, kenapa usia kandungan istri saya melebihi usia pernikahan kami?”
Kala tengah memandangi Kava yang sedang berbaring di atas ranjang usai digendong paksa olehnya dari lobi rumah sampai ke dalam kamarnya. Kondisi mabuk berat yang Kala dapati sepulang Kava dari sebuah Bar membuat Kala justru tidak bisa memarahi Adiknya itu. Betapa sayangnya Kala pada Kava, sampai dia selalu berjanji pada dirinya sendiri kalau dia akan rela melakukan untuk Kava dan demi kebahagiaan Kava. Tapi sayangnya, Kava tidak pernah menyadari itu. Yang Kava tahu kalau Kala sangat membencinya sehingga Kala selalu bersikap tegas padanya dan sering mengancamnya dengan ancaman yang langsung membuat Kava patuh pada Kala. “Apa yang terjadi dengan kamu yang sebenarnya, Kava? Kenapa sepulang kamu dari Boston malah membuat kamu jadi seperti ini? Apa pertemuan kamu dengan Sabira di sana membuat kamu kembali mencintainya?” Kala jadi berpikir hal yang mustahil terjadi pada Kava. “Tidak. Kamu tidak pernah sekalipun mencintai Sabira. Sabiralah yang mencintai ka
Langkah kaki Sienna bergerak sangat cepat menuruni banyak anak tangga dari tangga darurat yang ada di Hotel itu. Mengingat waktu yang dia punya tidaklah banyak, Sienna semakin mempercepat langkah kakinya. Setelah menuruni lebih dari empat lantai, akhirnya Sienna bisa menemukan Kava di lantai enam. Sienna pun langsung merasa lega dan langkah kakinya menjadi dia perlambat saat ingin menghampiri Kava yang sedang duduk sendirian di salah satu anak tangga sambil mendengarkan musik melalui eraphone di telinganya. Tanpa memanggil nama Kava lebih dulu, Sienna duduk di samping Kava lalu dia meraih salah satu tali earphone dan memasangkannya ke telinganya untuk mengetahui lagu yang sedang Kava dengarkan saat ini. Kemunculan Sienna yang secara tiba-tiba sudah ada di sampingnya membuat Kava langsung tersentak kaget. Sienna pun memberikan senyuman hangat dan tatapan mata yang teduh pada Kava. “Senyumanmu selalu berhasil menena
“Katanya, dia terluka karena aku. Padahal, akulah yang terluka karenanya.” Itulah pengakuan Kava, sebelum akhirnya Kava tertidur di atas pangkuan Sienna di dalam mobil. Sementara Kala mengurus masalah yang sedang Kava hadapi dengan bijak. “Kamu bisa melihatnya bukan, apa yang terjadi pada Sabira? Ha!!?” Victo menunjuk ke arah Sabira yang sedang terbaring di atas ranjang dengan murka. Kala hanya diam saja tanpa mau berkomentar soal kondisi Sabira saat ini. “Aku tidak akan melibatkan kedua orang tua kita, asalkan kamu mau melakukan tiga hal padaku.” “Apa tiga hal yang kamu inginkan dariku?”** “Aku ingin menikahi Sienna.” Kava sudah mengetahui hal itu dari Sienna. Hanya saja, saat keinginan itu diutarakan secara langsung oleh Kala padanya, ternyata Kava merasa sakit dan sulit untuknya merestui hubungan Kakaknya dengan perempuan yang sangat dia cintai itu. Tidak seperti saat dirinya mudah memb
Sienna hanya ingin bermalas-malasan saja sepanjang hari ini. Dia hanya ingin diam di atas ranjang tanpa melakukan apapun, hanya itu saja kegiatan yang sudah dia agendakan untuk dirinya sendiri. Tetapi, suara bel rumahnya terpaksa membuat tubuhnya harus bergerak.Ting-tong... ting-tong... Sienna segera membangkitkan tubuhnya dari atas ranjang di tengah renungannya yang tidak ingin dia akhiri, walau sudah 5 jam lamanya dia hanya membeku di bawah selimut tapi dia tetap ingin berada di posisinya lebih lama lagi. Cklek, Sienna terpaksa menerima kedatangan tamu itu. Tamu yang ternyata adalah Kala. Baik Sienna maupun Kala langsung saling terdiam dengan canggung satu sama lain. “Bolehkah aku masuk ke dalam?” “I-iya. Silahkan.” Sienna mengizinkan Kala masuk ke dalam rumahnya dan Kala pun mengikutinya dari belakang. Saat Sienna mempersilahkannya untuk duduk di atas sofa, tempat biasa Kala
“Apa yang terjadi denganmu?” “Aku ingin mati saja.” Deg! Kala syok sekali begitu mendengar ucapan Kava yang sangat diluar ekspektasinya. “Bolehkah aku bunuh diri saja sekarang juga?” “Kenapa? Apa alasannya sampai kamu ingin bunuh diri sekarang?” “Masa lalu yang tiba-tiba saja menyengat sesekali di dalam ingatanku tentang seorang perempuan yang sangat aku cintai.” Deg! Kala kembali tersentak kaget. Ingatan Kava yang dia pikir akan pulih secara tiba-tiba membuatnya merasa ketakutan. “Tapi, perempuan itu bukanlah Sabira. Bukan dia...” Kava menaikkan wajahnya perlahan lalu menatap Kala dengan lirih dan dengan mata berkaca. “Apa kamu bisa memberitahu aku, siapa perempuan itu?” Kala kebingungan untuk menjawab pertanyaan Kava. Dia tidak bisa memberitahu siapa sosok perempuan itu karena dia juga sangat menginginkan Sienna menjadi miliknya seutuhnya. “Tolong berit
“Argaza tidak bisa menyelesaikan misi itu dengan baik, jadi baiknya dia diganti saja dengan Tuan muda Kava karena di tangannya misi itu akan mudah dia selesaikan dengan baik.” “Pria itu memang tidka berguna.” Kala memekik pelan. “Sudah dari awal aku tidak yakin meletakkan dia pada misi ini sekalipun dia hanya sebagai umpan saja.” Gumamnya, sambil menatap ke luar jendela menara di lantai 35. “Lantas, bagaimana dia bisa lolos dari serangan musuh klien?” Dengan berat hati Bian pun menceritakan kronologinya yang dia ketahui saja. Setelah mengetahuinya, Kala langsung geram dan sangat murka pada Argaza. Saking murkanya, kedua tangan Kala sampai mengepal erat sambil merasakan amarah yang luar biasa atas kebodohan yang telah Argaza lakukan. Tanpa pikir panjang, Kala langsung mendatangi Argaza yang masih berada di kediaman rumahnya. Serangan kemarahan Kala langsung menghantam seluruh wajah dan beberapa bagian tubuh dengan pukulan kuat tangannya. Para pengawa
Ting-tong... ting-tong... Sienna langsung membuka pintu rumahnya begitu dia mendengar bunyi bel berulang kali dengan jeda panjang. Tanpa melihat terlebih dahulu siapa tamu yang datang, Sienna langsung menerima kedatangan tamu itu, tamu yang sangat tidak terduga olehnya. “Halo, Sienna sayang. Apa kabar kamu?” Melihat sosok orang yang ada di hadapannya saat ini membuat Sienna ingin marah dan memakinya habis-habisan, tetapi... Tiba-tiba saja orang itu memeluk Sienna dan mengatakan, “Ibu kangen sama kamu, Sienna.” Sienna tidak ingin mempersilahkan wanita itu masuk, tapi dia juga tidak bisa menolak kehadirannya. Ranum pun langsung berjalan masuk ke dalam rumah Sienna dan duduk di atas sofa. Sementara Sienna masih dibuat syok oleh kehadiran Ranum yang muncul kembali di depannya secara tiba-tiba. Sienna diam mematung sambil memandangi pilu Ranum yang justru tampak biasa saja, seperti tidak pernah melakukan ke
“Iya, aku mau menikah sama kamu.” Dengan lantang Sabira menerima pinangan dari Kava. Pinangan yang bukan berasal dari keinginan Kava, melainkan atas dasar perintah dari kedua orang tuanya demi memperlancar gencatan senjata di antara dua keluarga itu. Karena dengan begitu hubungan dua keluarga itu akan kembali baik dan perusahaan yang semula akan mereka bangun bersama dan sempat batal, sekarang sudah bisa mereka lanjutkan kembali. Akan tetapi... Kava langsung menepikan dirinya di sebuah Gudang yang sangat luas, sebuah tempat yang berada di tengah ilalang yang berada di pinggiran Ibu kota. Tempat itu menjadi tempat rahasianya sudah selama lima tahun belakangan ini. Tempat yang menjadi curahan hatinya melalui gambar-gambar kecil yang dia lukis dengan tangannya sendiri di semua dinding kosong di Gedung itu. Setiap gambar yang dia buat selalu ada cerita sedih, bahagia, dan luka. Maka dari itu, Kava tidak ingin ada satu orang pun yang mengetah
Sienna melepaskan tatapan matanya dari Kala, lalu dia pergi meninggalkan tempat itu untuk kembali ke dalam Ballroom sebelum acara resepsi pernikahan dimulai tidak lama lagi. “Menyedihkan...” Sienna bergumam. “Sienna, kamu sangat menyedihkan sekali!” Sienna langsung berpikir klise tentang kejadian yang baru saja dia lihat, tentang Kala dan tentang wanita lain. “Punya nyali juga kamu datang ke acara pernikahan Kava.” Lisa tiba-tiba saja datang menghampirinya dan menyapanya dengan kalimat menohok. Kemunculan Lisa yang sudah lama dia jumpai membuat Sienna langsung tersentak kaget. Ucapan Lisa yang seharusnya menyakiti perasaannya, tapi Sienna tetap ingin menghormati wanita itu. “Selamat malam, Tante.” Sienna menyapa Lisa dengan sangat ramah dan dengan caranya yang anggun. Tentu saja sikap Sienna yang sudah tidak lagi terlihat takut padanya sangat mengejutkan Lisa. “Sebenarnya saya t
“Aku ingin menikahi Sienna dengan serius, tanpa ada lagi perceraian apalagi perpisahan.” Ranum langsung menertawai keinginan Kala yang terdengar tulus itu. “Hahahaa...” Melihat tertawa membuat kening Kala merengut tipis. “Apa ada yang lucu dengan keinginan saya?” “Ya, tentu saja. Hahahaaaa..., sangat lucu sekali. Sampai-sampai yang geli mendengar keinginanmu itu. Hahaahaa...” Ranum mengusap air mata yang keluar sedikit lantaran tawanya terlalu geli saking dia merasa lucunya keinginan Kala tersebut. Kala pun hanya bergeming dan tetap menatap datar Ranum yang masih belum juga berhenti tertawa. Tapi, tak lama kemudian Ranum sadar kalau sikapnya terlalu berlebihan saat menanggapi niat baik pria yang hampir berusia 40 tahun itu. “Ehemm.” Ranum berdeham sambil memperbaiki posisi duduknya. Dia pun menjadi sungkan pada Kala yang hanya diam ketik Ranum menganggap niat baiknya adalah suatu kekonyolan.