“Saya terima nikah dan kawinnya Safunna Senja binti Sandhya putra dengan mas kawin yang tersebut tunai.”
Sah!
Kini, Kala dan Senja telah resmi menjadi suami istri yang sah dimata agama maupun hukum negara.
Resepsi pernikahan mereka berlangsung sangat meriah. Acara tersebut diadakan di sebuah hotel bintang 5. Tak tanggung-tanggung, keluarga Duta menyewa setengah dari seluruh kamar yang ada di hotel itu untuk keluarga dan kerabat terdekat. Namun sayangnya, Senja tidak bisa mengundang semua keluarga besarnya, karena dia sadar diri tentang kesenjangan sosial antara keluarganya dan keluarga Kala. Dia tidak mau kalau keluarga Kala akan merasa malu nantinya. Untung saja Kala bisa memahami itu.
Pesta pernikahan berakhir pukul 10 malam. Semua keluarga dan kerabat masuk ke kamar mereka masing-masing karena kelelahan, termasuk pasangan suami istri yang baru saja menikah. Mereka akan tidur di kamar yang sama mulai sekarang dan sampai 6 bulan ke depan.
Kala dan Senja sudah masuk ke kamar hotel mereka. Keduanya duduk berdampingan di tepi ranjang yang telah dihias dengan bunga mawar merah berbentuk hati.
Entah mengapa, keduanya malah jadi saling merasa canggung satu sama lain. Padahal, baik Kala maupun Senja sudah pernah merasakan tubuh dan bagian inti mereka masing-masing, tapi pernikahan sah mereka membuat mereka merasa seperti benar-benar pengantin baru.
“Om tidak akan sampai membuat saya mengandung anak dari om, kan?” Senja membuka obrolan lebih dulu untuk melepaskan kecanggungan yang tengah mereka rasakan saat ini.
“Tentu saja tidak akan aku lakukan. Tapi, kalau bisa kamu jangan lagi menyebut kata saya, kamu harus menyebut diri kamu dengan sebutan aku padaku. Setuju?”
“Iya, setuju.”
“Meski pernikahan kita adalah pernikahan kontrak. Tapi, aku tetap bisa bercinta denganmu kan?”
“Berapa kali pun yang om inginkan, aku akan melayani om sampai puas. Yang penting om tidak sampai membuat aku hamil.”
“Baiklah. Kita lakukan tanpa pengaman, karena kamu bisa KB. Tapi untuk malam ini, kita lakukan menggunakan pengaman.”
Senja mengangguk, tanda dia setuju.
Keduanya mulai saling menatap. Jarak yang tidak terlalu dekat jadi mempersulit Kala untuk mencium bibir Senja. Dia pun menggeser tubuhnya perlahan untuk mendekati Senja.
Lalu, tangannya mulai dia angkat untuk meraih wajah Senja. Dia mendekatkan wajahnya dengan Senja dan mencium bibir Senja dengan bibirnya.
Hanya dalam hitungan saja, birahi Kala langsung melesat cepat. Dia nafsu pada lekuk tubuh Senja yang dia rangkul dengan tangannya. Ciuman mereka semakin mereka perdalam, sampai hubungan bercinta secara sah akhirnya mereka lakukan di malam pertama mereka sebagai suami istri.
**
“Pagi...” Senja menyapa suaminya yang baru saja bangun tidur.
Sementara dia baru selesai mandi dengan lilitan handuk berbentuk es krim di atas kepalanya, serta piyama putih yang menutupi tubuhnya.
Senja berjalan menuju meja bar untuk membuat minuman.
“Om mau minum apa? Kopi atau teh?”
“Kopi saja. Tapi kopi pahit ya, karena manisnya aku dapatkan dari menatap wajahmu.”
“Astaga, om Kala. Ternyata om pandai menggombal juga.”
“Aku tidak sedang menggombal. Kamu memang manis untukku. Selain wajahmu yang menggemaskan, kamu juga pandai sekali memuaskan aku di atas ranjang, dan ternyata kamu juga pandai melayaniku. Meski aku hanyalah suami kontrakmu.”
“Biasanya kan kalau bekerja kontrak di Perusahaan manapun harus tetap dilakukan secara profesional. Hal itu juga berlaku dalam pernikahan kita.” Senja memberikan secangkir kopi panas pada suaminya.
Dia mendekati wajah suaminya dan mengecup pipi Kala sebagai morning kiss pagi ini.
Terasa sempurna pernikahan pura-pura yang dia jalani bersama Senja. Senyuman manis langsung terukir di wajah Kala.
“Bagaimana kalau kamu memanggilku dengan sebutan sayang?”
“Boleh.” Senja tidak keberatan sama sekali.
“Dan aku akan memanggil kamu dengan sebutan cinta.”
“Good idea.” Senja tersenyum lebar. Senyuman yang langsung membuat Kala merasa gemas sekali dengan istri mudanya itu. Dia pun langsung memeluk Senja dan menciumi seluruh wajah Senja berkali-kali.
“Sudah, sayang. Tubuhku kegelian sekali karena kamu tidak berhenti menciumi wajahku.”
“Aku tidak akan berhenti mencium kamu sampai kamu mengucapkan kata mohon padaku.” Kala meledek.
“Iya... iya, sayang. Aku mohon berhenti menicumku.”
Kala pun langsung berhenti mencium Senja. Nafas keduanya kini terengah-engah.
“Ngomong-ngomong, kamu mau kita honeymoon ke mana?”
“Honeymoon?”
“Kita perlu honeymoon loh.”
“Ke mana saja. Aku terserah kamu saja.”
“Jangan terserah aku. Aku ini sudah berkeliling hampir semua negara di Eropa dan Asia.”
“Kalau terserah aku, bagaimana kalau kita honeymoon ke Korea?”
“Kok ke Korea sih? Kenapa tidak ke negara bagian Eropa saja?”
“Tadi katanya terserah aku? Sekarang malah kamu protes setelah aku menentukan tempatnya.”
“Kita ke Belanda saja.”
“Kok Belanda? Aku kan maunya ke Korea.”
“Kalau tidak mau, kita tidak jadi honeymoon.”
“Nyebelin banget. Dasar om jelek!” Decit Senja, yang kemudian beranjak dari ranjang dengan perasaan kesal dan wajah cemberut.
Kala mengabaikan kekesalan Senja yang dia anggap tidak penting.
**
Dua hari setelah menikah
Senja memutar minuman dingin di gelasnya. Dia tampak kesal gara-gara Kala.
“Cieee, pengantin baru sudah kelihatan bete saja. Memangnya begituannya tidak merasa puas ya?” Ledek Navin, yang baru datang satu jam dari waktu janjian mereka.
“Bukan hanya om Kala yang bikin gue bete setengah mampus, tapi juga elo!” Sosor Senja, penuh emosi sambil menunjuk Navin dengan sedotan kertas di tangannya.
“Sorry... sorry... soalnya tadi ada panggilan urgent. Si tante sudah kebelet.”
“Kalau memang ada yang urgent, harusnya lo kasih tahu gue lewat pesan. Bukannya malah biarin gue tunggu seperti susu basi!”
“Gimana rasanya nikah? Seru?” Navin mencoba mengalihkan topik pembicaraan Senja.
“Lumayan. Sayangnya, pernikahan gue sama om hanya pernikahan kontrak.”
“Memangnya lo berharap lebih sama pernikahan lo ini?”
“Om Kala baik banget. Selain tampan, ternyata kalau dilihat dari jarak dekat, dia manis banget. Setiap menatapnya saat dia lagi tidur, jantung gue tidak bisa berhenti berdebar. Dia candu, man.”
“Wah, gawat kalau lo sampai jatuh cinta sama om itu. Hati-hati. Nanti hati lo bisa sakit.”
“Habis gimana dong. Dia mempesona banget sebagai pria berusia 42 tahun. Makin tua bukan makin jelek, tapi malah semakin kelihatan keren.”
“Oh iya, gue hampir saja lupa kasih nomer klien baru lo.”
“Mana nomernya? Cepat kasih ke gue. Biar pekerjaan gue bisa cepat gue selesaikan.”
“Tapi, apa lo yakin tetap mau jadi sugar baby? Lo kan sudah dikontrak sama om itu untyk jadi istrinya.”
“Itu kan hanya pekerjaan sampingan gue saja. Pekerjaan utama gue ya tetap tidak akan gue tinggali.”
“Gila juga lo, berani main api di belakang suami lo.”
***
“Tante, aku mau resign dari pekerjaan ini.” “Apa maksud kamu dengan resign?” Onna masih belum paham dengan ucapan dari salah satu anak emasnya dalam dunia prostitusi. “Aku sudah tidak bisa bekerja lagi dengan tante.” “Oh. Maksud kamu, kamu sudah mendapatkan mucikari lain?” “Bukan, tante. Tapi, aku sudah tidak bisa bekerja seperti ini lagi karena aku sudah menikah.” “Kamu pikir aku peduli kalau kamu sudah menikah!?” Senja mengerutkan dahinya. “Kamu sudah menandatangani kontrak selama dua tahun untuk bekerja denganku. Selama masa kontrak itu belum selesai maka kamu tidak punya alasan untuk berhenti dari pekerjaan ini. Karena pekerjaan ini atas dasar permintaanmu dibawah kuasaku.” “Tapi, tan.” “Aku tidak peduli. Pokoknya, kamu harus tetap menuntaskan masa kontrakmu denganku, jika tidak...” Onna mendekati telingan Senja. “Aku akan membuat hidupmu menderita.”
“Om, maaf. Mendadak perut aku sakit, jadi sepertinya aku butuh istirahat.” Senja memegangi perutnya demi bisa menyempurnakan aktingnya agar rencananya untuk tidak menemani Kala ke dinner dengan klien barunya berhasil batal. “Kamu pikir aku percaya dengan kepura-puraan kamu ini?” ternyata Kala mengetahui kebohongan Senja yang sedang menipunya. “Ma-maksud om apa? Aku tidak pura-pura. Aku beneran sakit perut kok.” “Aktingmu sangat jelek, Senja. Baiknya, kalau memang kamu ingin membohongi aku lain kali, kamu harus berlatih berkali-kali.” “Huh!” Senja mendengus kesal. Dia melepaskan tangannya dari baju yang diremas olehnya sejak tadi, lalu kembali menegakkan tubuhnya di hadapan Kala. “Bagaimana om bisa tahu kalau aku sedang berbohong?” Senja bertanya sambil melirik sinis. “Jangan banyak bicara. Cepat pakai gaun ini dan lakukan dalam waktu 10 menit.” Kala melempar gaun ke arah Senja, yang kemudian Senja tang
“Bagaimana nyonya Senja? Apa rasa makanan di Restaurant ini sesuai dengan selera anda?” “I-iya, lumayan.” Kala melirik tajam ketika Senja menjawab dengan gugup pertanyaan dari istri kliennya. Sikap yang Senja tunjukkan langsung membuat Kala mencurigai dirinya. “Perjalanan bisnis kita akan berlangsung selama 3 hari dan selama tiga hari nanti, kita memiliki waktu luang yang cukup banyak untuk jalan-jalan di sana nanti. Jadi, saya akan mengajak istri saya untuk menikmati kota-kota di Turki. Apa tuan Kala juga akan mengajak istri anda dalam perjalanan bisnis kali ini?” Tuan Helmi bertanya, sambil melemparkan senyuman ke arah Senja yang sejak tadi tidak berani menatap ke arahnya. “Entahlah. Saya akan membicarakan dengan istri saya terlebih dahulu.” Kala menjawab, seraya melirik kembali ke arah Senja dengan senyuman kecil. Akhirnya, makan malam berjalan dengan lancar. Helmi dan istrinya sudah pergi lebih dulu meninggalk
“Awww!!!” Terdengar suara keluhan kencang dari pria itu ketika tubuhnya tersungkur di atas lantai setelah Senja mendorong kuat tubuh pria itu dengan mengerahkan seluruh tenaganya. Senja langsung melompat dari atas ranjang dan segera menyalakan lampu kamar. Begitu lampu sudah menyala, betapa terkejutnya Senja saat mengetahui kalau pria yang telah menyewa jasanya malam ini adalah... “Kamu???” Kara Greg. Kara langsung mengeluh dan menyesali satu hal yang tidak bisa dia lakukan barusan. “Aduh. Kenapa kamu malah mendorongku? Padahal kenikmatan dari bercinta adalah memasukkan cairannya di dalam.” Ucap Kara, yang kemudian beranjak dari lantai dan berjalan mendekati Senja yang masih berdiri di dekat stop kontak. Dengan seringai dari senyumannya yang mengerikan, Kara mengatakan dengan nakal. “Ternyata nikmat juga bercinta denganmu. Selain tubuhmu wangi, bibirmu juga candu untuk fantasi liarku.” Ucapnya sa
Senja tidak berani menatap Kala terlalu lama. Dia hanya duduk terdiam sambil terus menurunkan pandangan matanya selama duduk di samping Kala. Begitu pun Kala yang hanya mengabaikan keberadaan Senja yang ikut bersamanya dalam perjalanan bisnis kali ini untuk yang pertama kalinya. Dengan menggunakan pesawat pribadi milik keluarga Greg, Kala dan Senja pergi menuju negara Turki. Mereka pergi dengan pengawalan cukup ketat, mengingat klien barunya adalah orang yang cukup menakutkan dalam dunia kriminal. Sebagai seorang pembunuh bayaran dengan julukan silent killer, tentunya Kala tidak terlalu khawatir untuk bertemu dengan kliennya, semenakutkan apapun profesi dan pribadi para kliennya. Hanya saja, satu hal yang kini Kala takutkan kalau nantinya kliennya akan serupa seperti klien sebelumnya, yaitu pernah menjadi teman tidur Senja. “Silahkan tuan.” Seorang pramugari pribadi memberikan minuman coktail pada Kala. “Apa anda
“Om, pengkhianat!!” Senja langsung beranjak dari ranjang.Tanpa membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, Senja langsung pergi meninggalkan Kala dengan pakaian seadanya. Dia pergi tanpa tujuan dengan sisa air mata yang masih tersisa di kedua sisi matanya. Kala pun tidak mencegah kepergian Senja, lantaran dia sangat kesal pada perempuan itu karena telah berani membohonginya. Kala segera meraih ponselnya untuk menghubungi Galih. “Kamu perintahkan dua orang bodyguard untuk mengikuti istriku ke mana pun dia pergi. Pastikan kalau Senja tidak mengetahuinya kalau dia sedang diikuti oleh bodyguard suruhanku.” “[Baik, tuan.]” Malam itu, Senja berjalan di sepanjang jalan trotoar di sekitaran hotel. Karena merasa sangat asing dengan tempat dia berada saat ini, apalagi ini adalah kali pertama untuknya pergi ke luar negeri seumur hidupnya. Jadi dia tidak berani jika harus pergi terlalu jauh dari hotel karena takut kes
“Berikan anak untukku dari rahimmu langsung!!” “Apa!?” Senja terperanjat kaget mendengar permintaan Kara. “Apa kamu sedang bercanda?” “Tidak. Aku serius. Aku ingin kamu memberikan aku anak.” “Gila kamu ya!!??” “Kalau kamu tidak mau menerima cintaku, maka berikan aku anak sebagai pengganti dari diri kamu.” “Kamu memang sudah benar-benar tidak waras! Aku akan ikutan tidak waras jika aku terus bersama kamu!!” Senja langsung menarik paksa tangannya dan membanting kasar tangan Kara. Kemudian dia pergi dari hadapan Kara. Tapi dengan cepat langkah kakinya berhenti begitu dia membalik badan dan baru berjalan beberapa langkah saja. Karena ternyata dirinya diikuti oleh dua orang bodyguard suruhan Kala dari tadi. Lalu, dari balik dua badan bodyguard bertubuh besar munculah sosok Galih. Betapa terkejutnya Senja saat dirinya ke gap oleh tangan kanan suaminya. Galih menundukkan kepalanya di h
“Avanos, sebenarnya aku telah jatuh cinta pada siapa? Kala atau Kara?” Senja menghembuskan nafas kasar. Dia malah jadi bingung pada dirinya sendiri yang belakang ini merasakan sesuatu yang aneh pada perasaannya. “Avanos, sepertinya aku jatuh cinta sama Kara deh. Tapi, gimana ya? Apa aku harus jujur saja sama om Kala?” “Hemm...” Senja kembali menghembuskan nafas kasar. Tepat ketika dia membalikkan badannya dia langsung dikejutkan dengan keberadaan sosok Kara yang muncul di hadapannya secara tiba-tiba. Dengan cepat, Senja langsung menelan savilanya. Dia langsung panik bukan main saat melihat Kara, lantaran gumamannya yang dari tadi diucapkan secara lisan. “Da-dari kapan kamu ada di sini?” Senja gugup. “5 menit yang lalu.” Kara menjawab dengan senyuman lebar sambil menunjukkan lima jarinya ke arah Senja. “Ja-jangan-jangan kamu mendengar ucapan yang aku katakan sendirian tadi? Ya?”
“Selamat pagi, nyonya Senja.” Galih menyapa Senja, begitu Senja membukakan pintu kamar hotel untuknya. “Pagi.” “Tuan Kala sudah berangkat dari pagi sekali. Beliau minta saya untuk memberikan ini kepada anda.” Galih memberikan sebuah kota putih dengan pita berwarna pink yang melingkar manis di kotak tersebut. Kemudian, Galh undur dari dan Senja pun kembali masuk ke dalam kamarnya. Dia membuka kotak itu sambil berjalan menuju sofa. Saat membuka kotak itu, sebuah secarik kertas tertulis untuknya dari Kala. Kertas itu berisi pesan singkat untuk Senja. [Pakailah gaun ini dan aku akan menunggumu di sebuah tempat pukul satu siang nanti.] Setelah membaca pesan tersebut, Senja membuka kertas yang menutupi gaun tersebut. Lalu dia mengeluarkan gaunnya dan melihatnya secara keseluruhan gaun itu. “Indahnya...” Senja terpukau melihat keindahan gaun berwarna hitam yang cukup seksi itu. Dengan belaha di bagi
“Avanos, sebenarnya aku telah jatuh cinta pada siapa? Kala atau Kara?” Senja menghembuskan nafas kasar. Dia malah jadi bingung pada dirinya sendiri yang belakang ini merasakan sesuatu yang aneh pada perasaannya. “Avanos, sepertinya aku jatuh cinta sama Kara deh. Tapi, gimana ya? Apa aku harus jujur saja sama om Kala?” “Hemm...” Senja kembali menghembuskan nafas kasar. Tepat ketika dia membalikkan badannya dia langsung dikejutkan dengan keberadaan sosok Kara yang muncul di hadapannya secara tiba-tiba. Dengan cepat, Senja langsung menelan savilanya. Dia langsung panik bukan main saat melihat Kara, lantaran gumamannya yang dari tadi diucapkan secara lisan. “Da-dari kapan kamu ada di sini?” Senja gugup. “5 menit yang lalu.” Kara menjawab dengan senyuman lebar sambil menunjukkan lima jarinya ke arah Senja. “Ja-jangan-jangan kamu mendengar ucapan yang aku katakan sendirian tadi? Ya?”
“Berikan anak untukku dari rahimmu langsung!!” “Apa!?” Senja terperanjat kaget mendengar permintaan Kara. “Apa kamu sedang bercanda?” “Tidak. Aku serius. Aku ingin kamu memberikan aku anak.” “Gila kamu ya!!??” “Kalau kamu tidak mau menerima cintaku, maka berikan aku anak sebagai pengganti dari diri kamu.” “Kamu memang sudah benar-benar tidak waras! Aku akan ikutan tidak waras jika aku terus bersama kamu!!” Senja langsung menarik paksa tangannya dan membanting kasar tangan Kara. Kemudian dia pergi dari hadapan Kara. Tapi dengan cepat langkah kakinya berhenti begitu dia membalik badan dan baru berjalan beberapa langkah saja. Karena ternyata dirinya diikuti oleh dua orang bodyguard suruhan Kala dari tadi. Lalu, dari balik dua badan bodyguard bertubuh besar munculah sosok Galih. Betapa terkejutnya Senja saat dirinya ke gap oleh tangan kanan suaminya. Galih menundukkan kepalanya di h
“Om, pengkhianat!!” Senja langsung beranjak dari ranjang.Tanpa membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, Senja langsung pergi meninggalkan Kala dengan pakaian seadanya. Dia pergi tanpa tujuan dengan sisa air mata yang masih tersisa di kedua sisi matanya. Kala pun tidak mencegah kepergian Senja, lantaran dia sangat kesal pada perempuan itu karena telah berani membohonginya. Kala segera meraih ponselnya untuk menghubungi Galih. “Kamu perintahkan dua orang bodyguard untuk mengikuti istriku ke mana pun dia pergi. Pastikan kalau Senja tidak mengetahuinya kalau dia sedang diikuti oleh bodyguard suruhanku.” “[Baik, tuan.]” Malam itu, Senja berjalan di sepanjang jalan trotoar di sekitaran hotel. Karena merasa sangat asing dengan tempat dia berada saat ini, apalagi ini adalah kali pertama untuknya pergi ke luar negeri seumur hidupnya. Jadi dia tidak berani jika harus pergi terlalu jauh dari hotel karena takut kes
Senja tidak berani menatap Kala terlalu lama. Dia hanya duduk terdiam sambil terus menurunkan pandangan matanya selama duduk di samping Kala. Begitu pun Kala yang hanya mengabaikan keberadaan Senja yang ikut bersamanya dalam perjalanan bisnis kali ini untuk yang pertama kalinya. Dengan menggunakan pesawat pribadi milik keluarga Greg, Kala dan Senja pergi menuju negara Turki. Mereka pergi dengan pengawalan cukup ketat, mengingat klien barunya adalah orang yang cukup menakutkan dalam dunia kriminal. Sebagai seorang pembunuh bayaran dengan julukan silent killer, tentunya Kala tidak terlalu khawatir untuk bertemu dengan kliennya, semenakutkan apapun profesi dan pribadi para kliennya. Hanya saja, satu hal yang kini Kala takutkan kalau nantinya kliennya akan serupa seperti klien sebelumnya, yaitu pernah menjadi teman tidur Senja. “Silahkan tuan.” Seorang pramugari pribadi memberikan minuman coktail pada Kala. “Apa anda
“Awww!!!” Terdengar suara keluhan kencang dari pria itu ketika tubuhnya tersungkur di atas lantai setelah Senja mendorong kuat tubuh pria itu dengan mengerahkan seluruh tenaganya. Senja langsung melompat dari atas ranjang dan segera menyalakan lampu kamar. Begitu lampu sudah menyala, betapa terkejutnya Senja saat mengetahui kalau pria yang telah menyewa jasanya malam ini adalah... “Kamu???” Kara Greg. Kara langsung mengeluh dan menyesali satu hal yang tidak bisa dia lakukan barusan. “Aduh. Kenapa kamu malah mendorongku? Padahal kenikmatan dari bercinta adalah memasukkan cairannya di dalam.” Ucap Kara, yang kemudian beranjak dari lantai dan berjalan mendekati Senja yang masih berdiri di dekat stop kontak. Dengan seringai dari senyumannya yang mengerikan, Kara mengatakan dengan nakal. “Ternyata nikmat juga bercinta denganmu. Selain tubuhmu wangi, bibirmu juga candu untuk fantasi liarku.” Ucapnya sa
“Bagaimana nyonya Senja? Apa rasa makanan di Restaurant ini sesuai dengan selera anda?” “I-iya, lumayan.” Kala melirik tajam ketika Senja menjawab dengan gugup pertanyaan dari istri kliennya. Sikap yang Senja tunjukkan langsung membuat Kala mencurigai dirinya. “Perjalanan bisnis kita akan berlangsung selama 3 hari dan selama tiga hari nanti, kita memiliki waktu luang yang cukup banyak untuk jalan-jalan di sana nanti. Jadi, saya akan mengajak istri saya untuk menikmati kota-kota di Turki. Apa tuan Kala juga akan mengajak istri anda dalam perjalanan bisnis kali ini?” Tuan Helmi bertanya, sambil melemparkan senyuman ke arah Senja yang sejak tadi tidak berani menatap ke arahnya. “Entahlah. Saya akan membicarakan dengan istri saya terlebih dahulu.” Kala menjawab, seraya melirik kembali ke arah Senja dengan senyuman kecil. Akhirnya, makan malam berjalan dengan lancar. Helmi dan istrinya sudah pergi lebih dulu meninggalk
“Om, maaf. Mendadak perut aku sakit, jadi sepertinya aku butuh istirahat.” Senja memegangi perutnya demi bisa menyempurnakan aktingnya agar rencananya untuk tidak menemani Kala ke dinner dengan klien barunya berhasil batal. “Kamu pikir aku percaya dengan kepura-puraan kamu ini?” ternyata Kala mengetahui kebohongan Senja yang sedang menipunya. “Ma-maksud om apa? Aku tidak pura-pura. Aku beneran sakit perut kok.” “Aktingmu sangat jelek, Senja. Baiknya, kalau memang kamu ingin membohongi aku lain kali, kamu harus berlatih berkali-kali.” “Huh!” Senja mendengus kesal. Dia melepaskan tangannya dari baju yang diremas olehnya sejak tadi, lalu kembali menegakkan tubuhnya di hadapan Kala. “Bagaimana om bisa tahu kalau aku sedang berbohong?” Senja bertanya sambil melirik sinis. “Jangan banyak bicara. Cepat pakai gaun ini dan lakukan dalam waktu 10 menit.” Kala melempar gaun ke arah Senja, yang kemudian Senja tang
“Tante, aku mau resign dari pekerjaan ini.” “Apa maksud kamu dengan resign?” Onna masih belum paham dengan ucapan dari salah satu anak emasnya dalam dunia prostitusi. “Aku sudah tidak bisa bekerja lagi dengan tante.” “Oh. Maksud kamu, kamu sudah mendapatkan mucikari lain?” “Bukan, tante. Tapi, aku sudah tidak bisa bekerja seperti ini lagi karena aku sudah menikah.” “Kamu pikir aku peduli kalau kamu sudah menikah!?” Senja mengerutkan dahinya. “Kamu sudah menandatangani kontrak selama dua tahun untuk bekerja denganku. Selama masa kontrak itu belum selesai maka kamu tidak punya alasan untuk berhenti dari pekerjaan ini. Karena pekerjaan ini atas dasar permintaanmu dibawah kuasaku.” “Tapi, tan.” “Aku tidak peduli. Pokoknya, kamu harus tetap menuntaskan masa kontrakmu denganku, jika tidak...” Onna mendekati telingan Senja. “Aku akan membuat hidupmu menderita.”