Kala tengah memandangi Kava yang sedang berbaring di atas ranjang usai digendong paksa olehnya dari lobi rumah sampai ke dalam kamarnya. Kondisi mabuk berat yang Kala dapati sepulang Kava dari sebuah Bar membuat Kala justru tidak bisa memarahi Adiknya itu. Betapa sayangnya Kala pada Kava, sampai dia selalu berjanji pada dirinya sendiri kalau dia akan rela melakukan untuk Kava dan demi kebahagiaan Kava. Tapi sayangnya, Kava tidak pernah menyadari itu. Yang Kava tahu kalau Kala sangat membencinya sehingga Kala selalu bersikap tegas padanya dan sering mengancamnya dengan ancaman yang langsung membuat Kava patuh pada Kala. “Apa yang terjadi dengan kamu yang sebenarnya, Kava? Kenapa sepulang kamu dari Boston malah membuat kamu jadi seperti ini? Apa pertemuan kamu dengan Sabira di sana membuat kamu kembali mencintainya?” Kala jadi berpikir hal yang mustahil terjadi pada Kava. “Tidak. Kamu tidak pernah sekalipun mencintai Sabira. Sabiralah yang mencintai ka
“Siennna???” Kala terkejut bukan main ketika dia sadar kalau yang dipukul kencang olehnya barusan adalah Sienna. Tanpa mau melanjutkan kemarahannya pada Kava, Kala langsung menggendong tubuh Sienna dengan kedua tangannya dan bergegas membawa Sienna ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan menuju ke Rumah Sakit, Sienna terus mengerang kesakitan sambil meremas baju Kala yang sedang memeluknya. Rasa sakit yang luar biasa yang Sienna rasakan membuat wajah Sienna menjadi sangat pucat. Kala pun meminta pengawal yang sedang menyetir mobil untuk segera mempercepat laju mobil itu. Setibanya di Rumah Sakit, mereka datang cukup terlambat sehingga Seinna mengalami pendarahan dan harus mendapatkan penangan lebih dari Dokter kandungan. Kala pun tidak diizinkan untuk menemani Sienna, dengan berat hati dia harus menunggu di luar dengan perasaan khawatir dan ketakutan yang luar biasa. Bersamaan dengan kondisi Sienna yang genting, Kala
Victo melebarkan senyuman sarkas ketika akhirnya dia bisa melihat Kava bersimpuh di hadapannya sambil mengucapkan kalimat permintaan maaf. Rasa puasnya pun semakin dia rasakan saat Kava mengatakan akan melakukan apapun yang Victo perintahkan padanya asalkan keluarga Bjorka berhenti mencari masalah dengan keluarga Sailendra. “Kalau memang itu yang kamu inginkan, maka aku ingin kamu menikahi Sabira.” Mendengar permintaan Victo membuat Kava bergeming. “Kamu tampak ragu. Kenapa? Apa kamu tidak mau menikahi Adik perempuanku satu-satunya? Orang yang paling aku sayangi di dunia ini.” “Aku ini lelaki yang pernah kamu cap sebagai lelaki paling brengsek yang pernah hadir di dalam hidup Sabira. Lalu, kenapa kamu masih menginginkan aku menikahi Adik tersayangmu itu?” “Kamu pikir, aku yang menginginkannya? Sebaliknya, aku justru sangat ingin menjauhkan Sabira dari lelaki sepertimu! Namun sayangnya, Sabira sangat mencintai kamu dan dia
“Akulah Ayah kandung dari bayi itu, bayi yang berada di dalam rahim Sienna.” Saking syoknya mendengar pengakuan dari putra bungsunya, Lisa sampai bergeming sambil menahan rasa sakit di dadanya yang teramat menusuk. “Mama jangan pernah menyalahkan Sienna, karena akulah yang telah membuatnya mengandung anakku. Aku mencintai Sienna dan aku akan menikahinya setelah Kak Kala menceraikannya.” “Apa kamu sudah gila, Kava? Apa kewarasanmu sudah tidak ada lagi?” Lisa bertanya dengan suara bergetar. Tapi, Kava tidak menjawabnya. Dia tahu kemarahan Lisa tidaklah bisa terkontrol kalau dia sampai menjawab pertanyaan itu. Tanpa mau berdebat lebih lama lagi dengan Kava, Lisa pun segera membawa Kava pergi dari tempat itu dan Kava tidak menolaknya ketika Mamanya menarik tangannya. Kava hanya menurut sambil melepaskan tatapan matanya dari Sienna yang tampak bersedih melihatnya karena hidupnya menjadi seperti ini.
Kava sedang melihat peta melalui ponsel barunya. Begitu juga Sienna yang membantunya untuk menemukan alamat yang sedang mereka cari. “Uang kita tidak banyak saat ini, jadi kita harus menghematnya untuk beberapa Minggu ke depan.” “Iya.” Anggukan yang dibarengi dengan senyuman manis dari Sienna membuat hati Kava merasa lega sekaligus membuat wajah Kava jadi ikutan tersenyum. Tangan Kava pun langsung mengusap lembut kepala Sienna dengan rasa kasih sayangnya. Setelah melakukan diskusi cukup panjang, mereka berdua akhirnya memutuskan untuk tetap berada di negara mereka sendiri sampai mereka bisa mengumpulkan banyak uang, barulah mereka akan pergi ke luar negeri dan tinggal di negara tujuan mereka nanti untuk selamanya. Sambil mendorong kopernya masing-masing, Kava dan Sienna tanpa sadar sudah berjalan cukup jauh. Rasa lelah pun mulai mereka rasakan, terutama Sienna yang menyembunyikan rasa lelahnya dari Ka
Kava mulai mencari pekerjaan di beberapa Kafe dekat tempat tinggal mereka dan dia langsung mendapatkan pekerjaan sebagai Bartender setelah dua hari berkeliling mencari pekerjaan. Hampir dua bulan sudah Kava sibuk dengan pekerjaannya. Baginya, siang adalah malam dan malam adalah siang. Sejak Kava bekerja, komunikasinya dengan Sienna jadi berkurang dan hal itu membuat Sienna merasa kesepian. Hingga suatu hari... “Aku juga ingin bekerja.” Gerakan tangan Kava yang sedang memegang sendok langsung terhenti seketika begitu mendengar keinginan Sienna tersebut. Sambil merengutkan keningnya, Kava pun merespon keinginan Sienna itu. “Untuk apa kamu bekerja? Kamu kan sedang hamil dan usia kandungan kamu sudah memasuki trisemester ketiga. Aku tidak mau terjadi sesuatu yang buruk sama kamu dan bayi kita. Kejadian salah kasih kamu vitamin waktu itu cukup membuat aku merasa trauma dan aku tidak mau hal itu
Dddrrrr... dddrrr... Suara getaran ponsel di dalam laci meja kasir langsung mempercepat gerakan tangan Sienna yang sedang melayani pembeli. Setelah selesai melayani pembeli, Sienna segera melihat ponselnya tapi panggilan telpon itu sudah keburu mati duluan. Karena merasa tidak mengenal nomer itu, Sienna pun tidak menghubunginya kembali dan dia memasukkan ponselnya ke dalam laci kembali untuk melayani pembeli yang akan membayar belanjaannya. Malam harinya, setelah bergantian shift dengan staf lain, Sienna menunggu Kava datang untuk menjemputnya. Kebiasaan yang selalu Kava lakukan secara rutin itu sengaja dia luangkan di tengah kesibukannya bekerja. Beruntungnya, Bosnya mengizinkannya untuk melakukan tugasnya itu. Setiap kali Kava menjemputnya, Sienna selalu tersenyum bahagia menyambut kedatangannya dan tangan kanannya selalu dia lingkarkan di tangan kanan Kava. Perjalanan yang tidak terlalu jauh dari Mini Market ke tempat
“Apa yang terjadi pada Kava? Cepat beritahu aku.” Sienna memohon dengan lemah. Kedua tangannya meraih kemeja Kala dan meremasnya. “Kava— tertembak.” Hanya tiga detik saja Sienna mampu menahan tubuhnya, setelah itu dia terjatuh pingsan di atas pangkuan tangan Kala.** Hari itu... Sienna melambaikan tangannya ke arah Kava yang baru saja keluar dari Kafe, tempat Kava bekerja. Kava pun bergegas menghampiri Sienna dengan langkah penuh semangat. “Kejutan!” Ucap Kava. “Iya, kejutan. Aku sengaja ingin memberi kamu kejutan dengan menjemput kamu sekali saja meski kamu tidak pernah mengizinkan aku untuk melakukannya.” Tentu Kava punya alasan mengapa dia tidak pernah mengizinkan Sienna untuk datang ke tempat kerjanya. Itu karena... “KAVAAAAA!!!” Kava memiliki banyak sekali fans yang cukup fanatik. Ketampanan Kava serta keahlian Kava dalam
“Siva, cepat beritahu Kakak, apa telah terjadi sesuatu pada Ibu?” Dengan suara lemah, Siva menjawab pertanyaan Sienna. “Memangnya, apa yang Kakak harapkan dari kehidupan Ibu sekarang, setelah Ibu menjual Kakak pada rentenir itu?” Ucapan Siva yang cukup kencang membuat Sienna langsung panik karena takut ada orang yang mendengarnya. Dia pun segera menarik tangan adiknya untuk bicara dipojok ruangan agar tidak ada orang yang bisa mendengar obrolan mereka. Sienna pun terdiam sesaat sambil menatap Siva dengan resah. Sedangkan Siva, dia memalingkan wajahnya dari tatapan Sienna dengan raut wajah bimbang. “Kakak berharap, Ibu dalam keadaan baik, sehat, dan bahagia.” “Bohong.” Decitnya. “Kakak bohong menginginkan semua itu untuk hidup Ibu.” “Kakak tidak bohong. Memang itulah yang Kakak harapkan, sekalipun perbuatan Ibu sulit termaafkan.” “Kenapa Kakak tidak mendoakan saja agar Ibu cepat mati?” Mende
Cklek,Begitu mendengar suara pintu ruang perawatan itu dibuka, Sienna langsung menolehkan pandangan matanya ke arah pintu ruangan itu. Betapa terkejutnya Sienna saat dia melihat orang yang baru saja keluar dari ruangan itu adalah— “Kava???” Sienna bergumam pelan dengan mata yang membesar sempurna. Dia pun langsung mengangkat tubuhnya perlahan dari atas kursi lalu berdiri tegak di hadapan Kava. Akan tetapi, jauh di luar ekspektasinya ketika dia melihat respon dari Kava, ternyata Kava hanya diam saja dan justru tampak mempertanyakan siapa dirinya melalui raut wajahnya yang Kava tunjukkan pada Sienna saat ini. “Apa kita saling mengenal?” Deg! Pertanyaan itu sangat mengejutkan Sienna. “A-apa kamu tidak mengenali aku?” “Tidak.” Kava menggelengkan kepalanya dengan raut wajah ragu. “Sungguh?” Sienna mencoba memastikan jawaban itu. “Iya, sungguh. Aku sama sekali tidak mengenalimu. Memangnya kamu
24 “Apa berpisah dengan putramu akan membuat kamu bisa hidup lebih bahagia nantinya?” Sienna bahkan tidak menyadari akan hal itu. Pikirannya selama ini hanyalah tertuju pada dirinya sendiri, kalau hatinya sudah bulat ingin segera berpisah secepatnya dari Kala. Tanpa dia sadari kalau semakin cepat dia meminta perpisahan dengan Kala, maka semakin cepat pula dia akan berpisah dengan anaknya. Sienna bergeming dan tidak bisa menjawabnya. Butuh waktu yang lama dan sangat berat untuk Sienna akhirnya bisa mengatakan kalau dia akan menyerahkan sepenuhnya putranya kepada Kala. Betapa tersiksanya batin Sienna saat dia harus rela melepaskan putranya pada Kala, sekalipun dia melepaskannya pada orang yang tepat. Akan tetapi, tidak hanya merelakan putranya yang akan dirawat oleh Kala saja, tapi juga dia harus rela membiarkan Kala untuk mengganti nama putranya menjadi nama lain, nama yang tidak boleh diketahui oleh Sienna. Dua Mi
“Bisakah kamu pergi dari kehidupan kedua putraku?” Sienna tidak bisa menjawab pertanyaan itu ketika Lisa datang padanya secara tiba-tiba. Keberadaan Kala yang sedang tidak bersamanya membuat Sienna merasa sedikit ketakutan. “Kala tidak ingin meninggalkanmu dan juga menceraikanmu. Dia mengatakan padaku kalau dia akan membatalkan pernikahan kontrak kalian. Jadi, aku ingin memintamu untuk meninggalkan Kala dengan cara apapun.” “A-apa yang harus saya lakukan untuk meninggalkan Kala?” “Terserah. Menyakiti perasaannya pun aku izinkan. Asalkan kamu tidak pernah datang kembali ke dalam kehidupan keluargaku! Kamu mengerti?” “I-iya, mengerti.” “Aku akan memberikanmu waktu sampai Minggu depan. Kalau kamu masih belum juga pergi menghilang dari kehidupan Kala, maka bayimu yang akan menjadi tanggungannya.” “A-apa yang akan Nyonya lakukan pada bayi saya? Ba-bayi ini kan cucu Nyonya juga.” “Apa kamu sudah
Satu bulan kemudian... Dokter sedang memeriksa kandungan Sienna melalui USG dan keadaan kandungannya dalam kondisi yang sehat, baik janin maupun Ibunya. Sebelum Sienna dan Kala meninggalkan ruangan tersebut, Dokter menyarankan agar Sienna dan Kala sesering mungkin melakukan hubungan suami istri demi memudahkan jalan lahir untuk bayinya saat Sienna akan melahirkan nanti. Saran dari Dokter itu pun diiyakan oleh Kala dengan senyuman kelu, sedangkan Sienna hanya diam saja sambil menurunkan pandangan matanya tanpa merespon. Lalu, keduanya meninggalkan ruangan tersebut dan pergi ke bagian Apotek untuk menebus vitamin. Selama lima belas menit menunggu, baik Sienna maupun Kala hanya saling diam satu sama lain. Sebenarnya keduanya ingin saling bicara untuk membahas sesuatu, tapi mereka bingung harus memulai pembicaraan itu dari mana. Sampai akhirnya, Sienna yang membuka suaranya duluan. “Aku— merindukan—“ Kala menoleh lema
“Oke. Kita lakukan gencatan senjata dengan keluarga Bjorka setelah kepergianmu bersama wanita itu ke Paris nanti.” Dengan berat hati, Kala menerima perintah itu. “Iya, baik.” “Papa, Mama, dan beberapa anak buah kita akan mengadakan pertemuan tertutup di Hotel bintang 6 besok malam. Kamu tidak perlu hadir meski hanya melalui video saja. Kamu cukup percayakan pada Papa dan Mama untuk melakukan semuanya sampai selesai. Yang mereka inginkan hanyalah pernikahan Kava dengan Sabira. Mereka juga sudah sepakat untuk pertaruhkan putra kedua mereka sebagai pengganti atas nyawa Kakek yang telah mereka bunuh secara tidak sengaja.” “Apa yang akan Papa lakukan pada Argaza setelah mereka sudah menyerahkannya pada kita?” “Aku akan menjadikannya umpan saat kita membutuhkannya untuk pekerjaan kita nanti. Aku tidak akan menyentuhnya sebelum aku benar-benar membutuhkannya. Jadi, akan aku biarkan dia bebas sampai waktu yang aku inginkan tiba.”
“Apa yang terjadi pada Kava? Cepat beritahu aku.” Sienna memohon dengan lemah. Kedua tangannya meraih kemeja Kala dan meremasnya. “Kava— tertembak.” Hanya tiga detik saja Sienna mampu menahan tubuhnya, setelah itu dia terjatuh pingsan di atas pangkuan tangan Kala.** Hari itu... Sienna melambaikan tangannya ke arah Kava yang baru saja keluar dari Kafe, tempat Kava bekerja. Kava pun bergegas menghampiri Sienna dengan langkah penuh semangat. “Kejutan!” Ucap Kava. “Iya, kejutan. Aku sengaja ingin memberi kamu kejutan dengan menjemput kamu sekali saja meski kamu tidak pernah mengizinkan aku untuk melakukannya.” Tentu Kava punya alasan mengapa dia tidak pernah mengizinkan Sienna untuk datang ke tempat kerjanya. Itu karena... “KAVAAAAA!!!” Kava memiliki banyak sekali fans yang cukup fanatik. Ketampanan Kava serta keahlian Kava dalam
Dddrrrr... dddrrr... Suara getaran ponsel di dalam laci meja kasir langsung mempercepat gerakan tangan Sienna yang sedang melayani pembeli. Setelah selesai melayani pembeli, Sienna segera melihat ponselnya tapi panggilan telpon itu sudah keburu mati duluan. Karena merasa tidak mengenal nomer itu, Sienna pun tidak menghubunginya kembali dan dia memasukkan ponselnya ke dalam laci kembali untuk melayani pembeli yang akan membayar belanjaannya. Malam harinya, setelah bergantian shift dengan staf lain, Sienna menunggu Kava datang untuk menjemputnya. Kebiasaan yang selalu Kava lakukan secara rutin itu sengaja dia luangkan di tengah kesibukannya bekerja. Beruntungnya, Bosnya mengizinkannya untuk melakukan tugasnya itu. Setiap kali Kava menjemputnya, Sienna selalu tersenyum bahagia menyambut kedatangannya dan tangan kanannya selalu dia lingkarkan di tangan kanan Kava. Perjalanan yang tidak terlalu jauh dari Mini Market ke tempat
Kava mulai mencari pekerjaan di beberapa Kafe dekat tempat tinggal mereka dan dia langsung mendapatkan pekerjaan sebagai Bartender setelah dua hari berkeliling mencari pekerjaan. Hampir dua bulan sudah Kava sibuk dengan pekerjaannya. Baginya, siang adalah malam dan malam adalah siang. Sejak Kava bekerja, komunikasinya dengan Sienna jadi berkurang dan hal itu membuat Sienna merasa kesepian. Hingga suatu hari... “Aku juga ingin bekerja.” Gerakan tangan Kava yang sedang memegang sendok langsung terhenti seketika begitu mendengar keinginan Sienna tersebut. Sambil merengutkan keningnya, Kava pun merespon keinginan Sienna itu. “Untuk apa kamu bekerja? Kamu kan sedang hamil dan usia kandungan kamu sudah memasuki trisemester ketiga. Aku tidak mau terjadi sesuatu yang buruk sama kamu dan bayi kita. Kejadian salah kasih kamu vitamin waktu itu cukup membuat aku merasa trauma dan aku tidak mau hal itu