Sienna dan Kala sarapan bersama pagi ini. Suasana sarapan pun terasa sangat tegang dan suram. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Kala. Pria itu hanya makan sarapannya dengan tenang tanpa melihat ke arah Sienna yang duduk di hadapannya sedikit pun.
Kala mengakhiri sarapannya dengan meneguk sampai habis segelas air putih, lalu dia beranjak dari kursi untuk meninggalkan ruang makan.
Sienna pun bergegas menghampiri Kala saat Kala ingin pergi. Dia menghadang Kala dengan cara merentangkan kedua tangannya di depan Kala.
“Apa yang ingin kamu katakan?” Kala bertanya, lalu dia meraih tangannya dan melihat jam di tangannya. “Aku beri waktu 5 menit untuk kamu bicara.”
Tanpa basa-basi lantaran dia hanya diberi waktu lima menit saja oleh Kala untuk bicara, akhirnya Sienna pun langsung mengatakan pada poin dari hal yang ingin dia katakan pada Kala.
“Cium aku!”
Kala tercengang mendengar ucapan Sienna yang dikatakan dengan cepat. Begitu juga dengan semua orang yang ada di sana, para pelayan dan juga Kava yang baru saja tiba di ruang makan.
Ucapan Sienna langsung menghentikan gerakan tubuh Kava yang ingin memasukkan croissant ke dalam mulutnya.
“Kata Kava, Om Kala itu cerdas makanya Om Kala tahu kalau aku sudah tidak lagi—“
Hap!
Kava menutup cepat mulut Sienna saat Sienna hampir mengatakan apa yang Kava katakan padanya semalam.
Sikap kikuk yang tidak biasa Kava hadirkan di depannya langsung membuat Kala curiga.
“Sejak kapan kalian akrab dan dekat?”
“Kami tidak dekat.” Kava menjawab dengan gugup.
Sienna pun segera membanting tangan Kava yang menutupi mulutnya sampai membuatnya kesulitan untuk bernafas.
“Aku hampir mati gara-gara dekapan tangan kamu di mulut aku!” Sienna protes dengan nada kesal. Lalu, dia pun menjawab pertanyaan Kala yang tampak marah pada dia dan Kava.
“Kami tidak dekat apalagi sampai akrab. Aku hanya baru bertemu dengannya semalam saat Om mengusir aku dari kamar. Kebetulan Kava sedang merokok dan aku sedang menangis karena telah diusir oleh Om, jadilah kami ngobrol bareng. Tapi, sungguh kamu tidak akrab dan juga dekat.” Sienna memastikan itu.
Kala mendesahkan tawa sarkas. “Aku tidak punya waktu untuk meladeni kelakuan kekanak-kanakan kamu, Sienna. Belajarlah bersikap dewasa, karena aku butuh wanita dewasa dan bukannya malah harus mengajari dan menghadapi sifat serta sikap tidak dewasa kamu!!”
Deg!
Sienna sedih mendengar ucapan Kala yang dikatakan dengan bentakan.
“Jangan menangis hanya karena aku bicara seperti ini pada kamu. Aku akan pastikan soal kedewasaan kamu saat aku kembali sore nanti.” Ucap Kala, yang kemudian pergi meninggalkan Sienna.
Kepergian Kala membuat Sienna berpikir sangat jauh, betapa dia merasa terjebak pada sesuatu yang semula tidak dia sukai namun kini berubah menjadi dia harapkan, yaitu perhatian dari Kala untuknya.
Sienna menghembuskan nafas lelah. Dia pun semakin tidak bersemangat untuk sarapan.
**
Sementara itu, Kala mendatangi rumah orang tua Sienna tanpa sepengetahuan Sienna. Dia datang sambil membawa makanan dan buah.
“Terima kasih sudah repot-repot mau datang ke Gubuk kami. Seharusnya Tuan Kala memberitahu kami lebih dulu kalau mau datang ke sini, jadi kami bisa menyiapkan suguhan yang pantas untuk diberikan pada Tuan Kala.”
“Bu Ranum tidak perlu repot-repot melakukannya. Niat kedatangan saya ke sini adalah untuk memberitahu anda dan suami anda untuk berhenti menghubungi Sienna mulai sekarang sesuai dengan perjanjian kita sebelumnya. Karena Sienna sudah sepenuhnya anda dan suami anda serahkan pada saya, jadi mulai sekarang Sienna adalah tanggung jawab saya.”
Air mata Ranum langsung menglir seketika. “Tolong jaga Sienna. Dia anak yang baik dan patuh. Diusianya yang sudah 18 tahun, Sienna masih belum dewasa dalam segala hal jadi tolong bantuannya untuk membimbing Sienna dengan sabar.”
“Apapun yang akan saya lakukan pada Sienna, baik atau buruknya, Bu Ranum dan Pak Alde tidak perlu lagi ikut campur karena kalian sudah memberikan Sienna pada saya sepenuhnya. Selain itu, uang yang kalian terima tidak bisa lagi dikembalikan kalau suatu hari kalian berubah pikiran dan ingin meminta Sienna agar dikembalikan pada kalian lagi. Saya tidak akan memberikannya!”
Ada penyesalan hebat yang berkutat di dalam hati Ranum saat mendengar peringatan dari pria yang tidak bisa dia anggap sebagai menantunya.
“Satu hal lagi. Jika suatu hari kalian bertemu dengan Sienna tanpa sengaja di mana pun itu, jangan menyapanya dan berpura-puralah untuk tidak mengenalnya atau melihatnya.”
Ranum mengangguk dengan lemah. Air matanya beberapa kali dia seka lantaran tidak juga mau berhenti keluar dari kelopak matanya.
“Saya pamit. Semoga Pak Alde bisa segera pulih kembali.” Kala pun berpamitan, lalu dia pergi bersama dengan beberapa pengawalnya yang menunggunya di luar.
Setelah dari rumah orang tua Sienna, Kala segera pergi ke sebuah Gedung bertingkat 100 untuk bertemu dengan seseorang dan melakukan sebuah transaksi ilegal, yaitu penyelundupan senjata api untuk diberikan pada Pembunuh bayaran yang akan melakukan pekerjaannya di luar negeri.
Transaksi itu berlangsung dengan cepat karena Kava sudah mewakilinya duluan dan Kava telah melakukan transaksi itu dengan baik.
Kakak beradik itu pergi meninggalkan Gedung tersebut bersama. Kala pun mengajak Kava untuk naik mobil bersamanya. Kava menurut dan dia yang mengendarai mobilnya. Mereka pergi bersama ke suatu tempat untuk bicara empat mata.
“Ada yang mencurigakan antara kamu dan Sienna. Katakan padaku!”
“Tidak ada. Kami hanya baru saling mengenal semalam. Itu pun saat aku sedang merokok sendirian dekat kolam ikan. Suara ocehannya itu sangat menggangguku yang sedang ingin menyendiri.”
“Aku tidak ingin kamu berulah lagi setelah aku berkorban sejauh ini sampai menikahi gadis muda itu. Kalau kamu sampai melakukan hal yang tidak aku sukai, maka aku tidak akan segan akan mengembalikan kamu ke Paris.”
“Saat ini aku sedang berusaha untuk membantu membalaskan dendam keluarga kita atas kematian Kakek dan Nenek, jadi tolong jangan terus-menerus menghakimi kelakuan aku yang hanya melakukan kesalahan sedikit saja, seperti kedekatan aku dengan Sienna nantinya.”
“Kenapa tiba-tiba kamu jadi tertarik padanya?”
“Aku tidak tertarik padanya. Aku hanya kasihan saja padanya karena dia hanya dijadikan barang jaminan oleh orang tuanya sendiri. Padahal hutang orang tuanya tidak seberapa tapi dia malah dijadikan korban dari transaksi jual beli yang dilakukan oleh orang tuanya pada musuh bebuyutan keluarga kita. Dasar orang tua tidak tahu diri!”
“Jangan sampai Sienna mengetahui itu.”
“Aku tidak akan mengatakan padanya. Karena kalau dia sampai mengetahui kenyataan yang sebenarnya kalau suaminya adalah penolong dirinya yang sebenarnya dari penjualan anak di bawah umur, maka dia akan jatuh cinta padamu.”
“Dan, aku tidak ingin itu terjadi.”
“Apa baiknya Aluna sampai kamu rela menantinya padahal Aluna sudah mengkhianati cinta kamu yang tulus!”
“Aluna hanyalah korban dari keegoisan orang tuanya, sama seperti Sienna. Bedanya, Aluna djodohkan, sedangkan Sienna dijual.”
“Sekalipun Aluna tidak mencintai suaminya dan yang dia cintai adalah kamu. Tapi, kamu tetap tidak akan bisa memilikinya karena pria yang dijodohkan dengan Aluna adalah anak dari musuh bebuyutan kita!”
“Itulah alasannya mengapa aku ingin memenuhi keinginan Mama dan Papa yang sangat menginginkan keturunan dariku tanpa perlu aku menikah.”
“Dan, kebodohan yang kamu lakukan adalah menikahi perempuan yang tidak kamu cintai tapi kamu ingin menidurinya!”
“Realistis saja pada kehidupan nyata. Aku yang semula hanya ingin mengambil sel telurnya saja perlahan berubah pikiran setelah mengenalnya cukup dekat. Dia lugu, cantik, dan juga patuh. Tiga hal itu membuatku ingin berada di dekatnya sampai hari ke 730 nanti, di mana aku dan Aluna berjanji akan bertemu kembali.”
“Entah apa yang ada di dalam pikiranmu. Tapi, kalau Mama dan Papa sampai mengetahui hal yang sebenarnya tentang siapa suami Aluna yang sebenarnya, maka Mama dan Papa tidak akan memberi restu pada hubungan kamu dengan Aluna.”
“Aluna itu bisa menjadi senjata untuk kita membalaskan dendam kita pada Bjorka. Makanya, aku sangat membutuhkannya.”
Kava tetap tidak mempercayai hal itu.
“Itu artinya Sienna akan dibuang olehmu setelah dia melahirkan anak untukmu.”
“Aku tidak akan sejahat itu. Setidaknya aku akan memberikannya kehidupan yang baik setelah perceraian kami nanti.”
Kava hanya bergeming mendengar rencana Kala.
“Tapi, kenapa Sienna sudah tidak perawan? Hal itu masih jadi tanda tanya besar di dalam pikiranku.”
Deg!
Kava panik.
“Dengan siapa kamu telah melepaskan keperawananmu? Sedangkan, Ibumu sudah memastikan padaku kalau kamu masih perawan dan belum pernah pacaran sekalipun seumur hidup kamu. Jadi, cepat beritahu padaku sekarang juga!!” Sienna bergeming saat dia diberikan pertanyaan itu. Pertanyaan yang tidak akan bisa dia jawab dengan baik.** “Aku akan memberitahu Om Kala tentang kejadian malam itu.” Sambil memegang handycam, Kava membalas ucapan Sienna dengan pertanyaan. “Kenapa kamu jadi ingin memberitahunya?” “Karena dia terus bertanya, mendesak aku untuk menjawabnya, dan membuatku merasa jadi terpojokkan karena ancamannya.” “Lagi-lagi dia suka mengancam orang. Aku kira hanya aku saja yang diperlakukan tidak adil olehnya, ternyata kamu juga.” “Apa maksud kamu dengan diperlakukan tidak adil?” “Kala itu— egois.” Jawabnya, dengan wajah lirih setelah dia menurunkan handycamnya yang sedang merekam sesuatu.
“Dia benar-benar ingkar padaku!!” Sienna menggerutu kesal saat Kala mendadak membatalkan janjinya untuk pergi ke Pantai bersamanya hari ini. Gerutuan Sienna pun terdengar sampai ke telinganya Kava yang sedang memegang kamera dan memotret pemandangan di sekitarnya. “Dasar cewek gabut!” Decitnya dengan tawa menyudut ketika melihat Sienna sedang marah-marah sendirian di depan kolam ikan. Kava pun segera mendekatinya dan mengajaknya pergi tanpa ada basa-basi. “Ayo, pergi ke Pantai bersamaku!” Ajaknya, lalu berlalu pergi begitu saja. Tentu saja ajakan Kava mengherankan Sienna yang langsung diam mematung. Ketika menyadari kalau Sienna hanya diam saja tanpa mengikutinya, Kava pun segera membalikkan badannya dan menghampiri Sienna kembali. Desahan tawa melihat Sienna hanya diam saja sambil menatapnya dengan datar membuat Kava jengkel. Tanpa ragu, Kava langsung meraih tangan Sienna dan menariknya unt
Sudah hampir setengah jam lamanya Kala hanya terduduk diam sambil menatap Sienna yang sedang terbaring di atas ranjang dengan tangan terinfus. Ada perasaan tidak tenang yang menyelimuti perasaannya belakangan ini tetang gadis belia di depannya. Tapi, dia tidak tahu perasaan apa itu meski dia terus memikirkannya dan mencari tahu, Kala tetap belum menemukan jawabannya. Namun, suatu ketika dia pernah menerka tentang perasaannya tersebut dan yang dia pikirkan adalah perasaan suka yang tidak biasa terhadap Sienna. Akan tetapi, dia menepis keras tentang perasaan sukanya itu yang mustahil hadir di dalam dirinya karena Sienna terlalu kecil untuk bisa dia cintai. Kala pun menghembuskan nafasnya berkali-kali sambil berpikir keras dengan kening yang merengut kecil. Saat tangannya ingin menggenggam tangan Sienna yang jauh lebih kecil dari tangannya, dia pun langsung mengurungkannya dan perlahan menjauhkan kembali tangannya untuk tidak jadi menyentuh
Kava tidak percaya kalau dia akan menyaksikan pemandangan menyakitkan seperti ini. Kava pun merasa sangat dikhianati oleh Sienna yang malah lebih memihak pada Kala daripada dirinya yang sudah jelas kekasihnya, orang yang dicintainya. “Fuck!!” Kava berdecit. Dia merasa muak melihat kenaifan yang Sienna tunjukkan di hadapannya saat ini. Tanpa mau bergurau dengan hubungan kekasih dan Kakaknya, Kava pun pergi sambil menunjukkan jari tengah ke arah mereka berdua. Kepergian Kava yang seperti itu disadari betul oleh Sienna yang dianggap Kava telah membuat kesalahan besar. Akan tetapi, dia juga tidak bisa berbuat apa-apa di depan Kala karena hubungan kasihnya dengan Kava adalah hubungan yang tersembunyi. Jadi, Sienna memutuskan untuk tetap bersama Kala saat ini dan mengobati luka Kala. “A-aww...” Kala sedikit mengeluh kesakitan saat Sienna sedang mengobati lukanya. Sepanjang Sienna mengobati luka di wajah Kala yang Sienna pikirkan ada
Setelah 10 Minggu berada di Boston, akhirnya Kava pulang. Kepulangannya disambut dengan suka cita oleh Sienna. Mereka pun langsung berpelukan di dalam kamar Kava saat Kala sedang tidak berada di rumah. Keduanya saling melepaskan rasa rindu mereka dengan berciuman yang sangat mesra. “Aku sangat merindukan kamu. Sangat rindu.” Ungkap Sienna dengan mata berkaca. “Aku juga.” Pelukan Sienna yang sangat erat dan sulit untuk dilepaskan membuat Kava bingung. “Kamu kenapa, Sienna? Apa selama aku tidak ada di sisi kamu, sesuatu yang buruk terjadi?” Sienna menggelengkan kepalanya beberapa kali. Tapi, isakan tangisnya membuat Kava tidak mempercayai ucapannya. Dia pun berusaha untuk melepaskan pelukan Sienna, tapi Sienna menolak melepaskan pelukannya dan tangisannya tetap tidak berhenti. Akhirnya Kava membiarkan Sienna tetap memeluknya dan tetap menangis sampai Sienna benar-benar merasa tenang dan melepaskan sendiri
Dokter sedang memeriksa kandungan Sienna. Kala yang menemani Sienna untuk pertama kalinya ke Dokter kandungan terlihat sangat bahagia saat Dokter menunjukkan janin di dalam rahim Sienna melalui layar USG. “Bayinya sehat. Tubuhnya juga sudah sempurna dan sejauh ini tidak ada kelainan pada janin Ibu Sienna.” “Lalu, kapan bayinya akan bergerak di dalam perut istri saya?” “Sepertinya Pak Kala sudah tidak sabar ingin segera melihat calon bayinya ini aktif di perut Ibunya.” “Tentu saja Dokter.” “Nanti, bayinya akan benar-benar bergerak aktif di usia kandungan 20 Minggu.” “Itu artinya masih sekitar 8 Minggu lagi?” “Tidak, melainkan 4 Minggu lagi.” “Empat Minggu lagi? Memangnya usia kandungan istri saya berapa Minggu sekarang?” “Memasuki usia 16 Minggu.” “Tapi, kami baru menikah sekitar 12 sampai 13 Minggu. Lalu, kenapa usia kandungan istri saya melebihi usia pernikahan kami?”
Kala tengah memandangi Kava yang sedang berbaring di atas ranjang usai digendong paksa olehnya dari lobi rumah sampai ke dalam kamarnya. Kondisi mabuk berat yang Kala dapati sepulang Kava dari sebuah Bar membuat Kala justru tidak bisa memarahi Adiknya itu. Betapa sayangnya Kala pada Kava, sampai dia selalu berjanji pada dirinya sendiri kalau dia akan rela melakukan untuk Kava dan demi kebahagiaan Kava. Tapi sayangnya, Kava tidak pernah menyadari itu. Yang Kava tahu kalau Kala sangat membencinya sehingga Kala selalu bersikap tegas padanya dan sering mengancamnya dengan ancaman yang langsung membuat Kava patuh pada Kala. “Apa yang terjadi dengan kamu yang sebenarnya, Kava? Kenapa sepulang kamu dari Boston malah membuat kamu jadi seperti ini? Apa pertemuan kamu dengan Sabira di sana membuat kamu kembali mencintainya?” Kala jadi berpikir hal yang mustahil terjadi pada Kava. “Tidak. Kamu tidak pernah sekalipun mencintai Sabira. Sabiralah yang mencintai ka
“Siennna???” Kala terkejut bukan main ketika dia sadar kalau yang dipukul kencang olehnya barusan adalah Sienna. Tanpa mau melanjutkan kemarahannya pada Kava, Kala langsung menggendong tubuh Sienna dengan kedua tangannya dan bergegas membawa Sienna ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan menuju ke Rumah Sakit, Sienna terus mengerang kesakitan sambil meremas baju Kala yang sedang memeluknya. Rasa sakit yang luar biasa yang Sienna rasakan membuat wajah Sienna menjadi sangat pucat. Kala pun meminta pengawal yang sedang menyetir mobil untuk segera mempercepat laju mobil itu. Setibanya di Rumah Sakit, mereka datang cukup terlambat sehingga Seinna mengalami pendarahan dan harus mendapatkan penangan lebih dari Dokter kandungan. Kala pun tidak diizinkan untuk menemani Sienna, dengan berat hati dia harus menunggu di luar dengan perasaan khawatir dan ketakutan yang luar biasa. Bersamaan dengan kondisi Sienna yang genting, Kala
“Kak Kala!” Suara itu langsung mengangkat cepat wajah Sienna menjadi lurus tegak ke depan, tanpa berkedip sekalipun. “Kava???” Betapa terkejutnya Sienna ketika dia melihat sosok yang masih sangat dicintai itu, tiba-tiba saja hadir di hadapannya tanpa terduga sama sekali. Kala pun merasa sesak, ketika dia harus melihat tatapan mata binar dengan penuh harapan yang terpancar sempurna di raut wajah Sienna saat melihat Kava kembali. Untuk beberapa detik, Kava hanya berdiri di dekat meja sambil menatap teduh Sienna. Sikap yang Kava tunjukkan itu membuat Kala dan Sienna bingung dan bertanya-tanya. “Apa Kava sudah mengenali Sienna lagi setelah ingatannya dihapus secara permanen oleh Dokter?” Pertanyaan itu melintas di kepala Sienna dan Kala secara bersamaan. Tapi, dihitungan detik ke 50, Kava melepaskan tatapannya dan mulai melebarkan senyumannya ke segala arah. Lalu, dia duduk di sampi
Langkah kaki Kala berhenti dari kejauhan ketika akhirnya dia bisa kembali melihat raga Sienna secara nyata. “Aku merindukanmu. Sangat merindukanmu...” Kala menatap Sienna dengan teduh. Perasaannya bergejolak penuh dengan rasa cinta ingin memiliki perempuan itu. Ingatannya tentang kejadian beberapa waktu yang lalu tidak pernah berhenti menjadi alarm di saat dia sedang merindukan Sienna. Hari itu menjadi hari yang sangat kelabu untuk Kala, di mana dia harus menerima perintah dari kedua orang tua untuk melakukan sesuatu pada adik tersayangnya, yaitu menghapus ingatan Kava tentang Sienna. Ingatan itu pun benar-benar dihapus oleh Dokter mengingat kondisi Kava yang mengalami depresi hebat setelah dia sadar dari koma singkatnya. Sehingga, Kava harus diberikan obat penenangan sebanyak tiga kali dalam sehari, bahkan terkadang harus lebih dari tiga kali saking parahnya kondisi Kava pada saat itu. Kala benar-benar tidak puny
Plak!! Sienna menampar pelan pipi Siva untuk menyadarkannya. “Apa yang sebenarnya terjadi sama kamu, sampai kamu berpikir seperti itu!!? Bahkan, usia kamu masih di bawah umur. Bagaimana bisa anak yang usianya masih di bawah umur bisa bekerja seperti ini?!! Lalu, bagaimana dengan sekolah kamu?!!!” Kemarahan Sienna yang diucapkan dengan teriakkan kecil membuat Siva bergeming. “Kakak mohon, berhenti melakukan semua pekerjaan kamu, Siva. Semua kebutuhan hidup kamu akan Kakak tanggung mulai sekarang.” “Memangnya Kakak punya banyak?” Cara bertanya Siva terdengar menyindiri Sienna. “Ya, lumayan. Kakak punya cukup uang untuk membiayai hidup kita sampai beberapa bulan ke depan.” “Kalau begitu gunakan uang Kakak untuk menebus Ibu.” “Menebus Ibu???” “Sudah hampir sebulan Ibu disandera oleh pacar Ibu sendiri. Entah pria itu memang pacarnya atau pria itu memang punya tujuan lain, tapi duluny
“Siva, cepat beritahu Kakak, apa telah terjadi sesuatu pada Ibu?” Dengan suara lemah, Siva menjawab pertanyaan Sienna. “Memangnya, apa yang Kakak harapkan dari kehidupan Ibu sekarang, setelah Ibu menjual Kakak pada rentenir itu?” Ucapan Siva yang cukup kencang membuat Sienna langsung panik karena takut ada orang yang mendengarnya. Dia pun segera menarik tangan adiknya untuk bicara dipojok ruangan agar tidak ada orang yang bisa mendengar obrolan mereka. Sienna pun terdiam sesaat sambil menatap Siva dengan resah. Sedangkan Siva, dia memalingkan wajahnya dari tatapan Sienna dengan raut wajah bimbang. “Kakak berharap, Ibu dalam keadaan baik, sehat, dan bahagia.” “Bohong.” Decitnya. “Kakak bohong menginginkan semua itu untuk hidup Ibu.” “Kakak tidak bohong. Memang itulah yang Kakak harapkan, sekalipun perbuatan Ibu sulit termaafkan.” “Kenapa Kakak tidak mendoakan saja agar Ibu cepat mati?” Mende
Cklek,Begitu mendengar suara pintu ruang perawatan itu dibuka, Sienna langsung menolehkan pandangan matanya ke arah pintu ruangan itu. Betapa terkejutnya Sienna saat dia melihat orang yang baru saja keluar dari ruangan itu adalah— “Kava???” Sienna bergumam pelan dengan mata yang membesar sempurna. Dia pun langsung mengangkat tubuhnya perlahan dari atas kursi lalu berdiri tegak di hadapan Kava. Akan tetapi, jauh di luar ekspektasinya ketika dia melihat respon dari Kava, ternyata Kava hanya diam saja dan justru tampak mempertanyakan siapa dirinya melalui raut wajahnya yang Kava tunjukkan pada Sienna saat ini. “Apa kita saling mengenal?” Deg! Pertanyaan itu sangat mengejutkan Sienna. “A-apa kamu tidak mengenali aku?” “Tidak.” Kava menggelengkan kepalanya dengan raut wajah ragu. “Sungguh?” Sienna mencoba memastikan jawaban itu. “Iya, sungguh. Aku sama sekali tidak mengenalimu. Memangnya kamu
24 “Apa berpisah dengan putramu akan membuat kamu bisa hidup lebih bahagia nantinya?” Sienna bahkan tidak menyadari akan hal itu. Pikirannya selama ini hanyalah tertuju pada dirinya sendiri, kalau hatinya sudah bulat ingin segera berpisah secepatnya dari Kala. Tanpa dia sadari kalau semakin cepat dia meminta perpisahan dengan Kala, maka semakin cepat pula dia akan berpisah dengan anaknya. Sienna bergeming dan tidak bisa menjawabnya. Butuh waktu yang lama dan sangat berat untuk Sienna akhirnya bisa mengatakan kalau dia akan menyerahkan sepenuhnya putranya kepada Kala. Betapa tersiksanya batin Sienna saat dia harus rela melepaskan putranya pada Kala, sekalipun dia melepaskannya pada orang yang tepat. Akan tetapi, tidak hanya merelakan putranya yang akan dirawat oleh Kala saja, tapi juga dia harus rela membiarkan Kala untuk mengganti nama putranya menjadi nama lain, nama yang tidak boleh diketahui oleh Sienna. Dua Mi
“Bisakah kamu pergi dari kehidupan kedua putraku?” Sienna tidak bisa menjawab pertanyaan itu ketika Lisa datang padanya secara tiba-tiba. Keberadaan Kala yang sedang tidak bersamanya membuat Sienna merasa sedikit ketakutan. “Kala tidak ingin meninggalkanmu dan juga menceraikanmu. Dia mengatakan padaku kalau dia akan membatalkan pernikahan kontrak kalian. Jadi, aku ingin memintamu untuk meninggalkan Kala dengan cara apapun.” “A-apa yang harus saya lakukan untuk meninggalkan Kala?” “Terserah. Menyakiti perasaannya pun aku izinkan. Asalkan kamu tidak pernah datang kembali ke dalam kehidupan keluargaku! Kamu mengerti?” “I-iya, mengerti.” “Aku akan memberikanmu waktu sampai Minggu depan. Kalau kamu masih belum juga pergi menghilang dari kehidupan Kala, maka bayimu yang akan menjadi tanggungannya.” “A-apa yang akan Nyonya lakukan pada bayi saya? Ba-bayi ini kan cucu Nyonya juga.” “Apa kamu sudah
Satu bulan kemudian... Dokter sedang memeriksa kandungan Sienna melalui USG dan keadaan kandungannya dalam kondisi yang sehat, baik janin maupun Ibunya. Sebelum Sienna dan Kala meninggalkan ruangan tersebut, Dokter menyarankan agar Sienna dan Kala sesering mungkin melakukan hubungan suami istri demi memudahkan jalan lahir untuk bayinya saat Sienna akan melahirkan nanti. Saran dari Dokter itu pun diiyakan oleh Kala dengan senyuman kelu, sedangkan Sienna hanya diam saja sambil menurunkan pandangan matanya tanpa merespon. Lalu, keduanya meninggalkan ruangan tersebut dan pergi ke bagian Apotek untuk menebus vitamin. Selama lima belas menit menunggu, baik Sienna maupun Kala hanya saling diam satu sama lain. Sebenarnya keduanya ingin saling bicara untuk membahas sesuatu, tapi mereka bingung harus memulai pembicaraan itu dari mana. Sampai akhirnya, Sienna yang membuka suaranya duluan. “Aku— merindukan—“ Kala menoleh lema
“Oke. Kita lakukan gencatan senjata dengan keluarga Bjorka setelah kepergianmu bersama wanita itu ke Paris nanti.” Dengan berat hati, Kala menerima perintah itu. “Iya, baik.” “Papa, Mama, dan beberapa anak buah kita akan mengadakan pertemuan tertutup di Hotel bintang 6 besok malam. Kamu tidak perlu hadir meski hanya melalui video saja. Kamu cukup percayakan pada Papa dan Mama untuk melakukan semuanya sampai selesai. Yang mereka inginkan hanyalah pernikahan Kava dengan Sabira. Mereka juga sudah sepakat untuk pertaruhkan putra kedua mereka sebagai pengganti atas nyawa Kakek yang telah mereka bunuh secara tidak sengaja.” “Apa yang akan Papa lakukan pada Argaza setelah mereka sudah menyerahkannya pada kita?” “Aku akan menjadikannya umpan saat kita membutuhkannya untuk pekerjaan kita nanti. Aku tidak akan menyentuhnya sebelum aku benar-benar membutuhkannya. Jadi, akan aku biarkan dia bebas sampai waktu yang aku inginkan tiba.”