Senja tidak berani menatap Kala terlalu lama. Dia hanya duduk terdiam sambil terus menurunkan pandangan matanya selama duduk di samping Kala. Begitu pun Kala yang hanya mengabaikan keberadaan Senja yang ikut bersamanya dalam perjalanan bisnis kali ini untuk yang pertama kalinya. Dengan menggunakan pesawat pribadi milik keluarga Greg, Kala dan Senja pergi menuju negara Turki. Mereka pergi dengan pengawalan cukup ketat, mengingat klien barunya adalah orang yang cukup menakutkan dalam dunia kriminal. Sebagai seorang pembunuh bayaran dengan julukan silent killer, tentunya Kala tidak terlalu khawatir untuk bertemu dengan kliennya, semenakutkan apapun profesi dan pribadi para kliennya. Hanya saja, satu hal yang kini Kala takutkan kalau nantinya kliennya akan serupa seperti klien sebelumnya, yaitu pernah menjadi teman tidur Senja. “Silahkan tuan.” Seorang pramugari pribadi memberikan minuman coktail pada Kala. “Apa anda
“Om, pengkhianat!!” Senja langsung beranjak dari ranjang.Tanpa membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, Senja langsung pergi meninggalkan Kala dengan pakaian seadanya. Dia pergi tanpa tujuan dengan sisa air mata yang masih tersisa di kedua sisi matanya. Kala pun tidak mencegah kepergian Senja, lantaran dia sangat kesal pada perempuan itu karena telah berani membohonginya. Kala segera meraih ponselnya untuk menghubungi Galih. “Kamu perintahkan dua orang bodyguard untuk mengikuti istriku ke mana pun dia pergi. Pastikan kalau Senja tidak mengetahuinya kalau dia sedang diikuti oleh bodyguard suruhanku.” “[Baik, tuan.]” Malam itu, Senja berjalan di sepanjang jalan trotoar di sekitaran hotel. Karena merasa sangat asing dengan tempat dia berada saat ini, apalagi ini adalah kali pertama untuknya pergi ke luar negeri seumur hidupnya. Jadi dia tidak berani jika harus pergi terlalu jauh dari hotel karena takut kes
“Berikan anak untukku dari rahimmu langsung!!” “Apa!?” Senja terperanjat kaget mendengar permintaan Kara. “Apa kamu sedang bercanda?” “Tidak. Aku serius. Aku ingin kamu memberikan aku anak.” “Gila kamu ya!!??” “Kalau kamu tidak mau menerima cintaku, maka berikan aku anak sebagai pengganti dari diri kamu.” “Kamu memang sudah benar-benar tidak waras! Aku akan ikutan tidak waras jika aku terus bersama kamu!!” Senja langsung menarik paksa tangannya dan membanting kasar tangan Kara. Kemudian dia pergi dari hadapan Kara. Tapi dengan cepat langkah kakinya berhenti begitu dia membalik badan dan baru berjalan beberapa langkah saja. Karena ternyata dirinya diikuti oleh dua orang bodyguard suruhan Kala dari tadi. Lalu, dari balik dua badan bodyguard bertubuh besar munculah sosok Galih. Betapa terkejutnya Senja saat dirinya ke gap oleh tangan kanan suaminya. Galih menundukkan kepalanya di h
“Avanos, sebenarnya aku telah jatuh cinta pada siapa? Kala atau Kara?” Senja menghembuskan nafas kasar. Dia malah jadi bingung pada dirinya sendiri yang belakang ini merasakan sesuatu yang aneh pada perasaannya. “Avanos, sepertinya aku jatuh cinta sama Kara deh. Tapi, gimana ya? Apa aku harus jujur saja sama om Kala?” “Hemm...” Senja kembali menghembuskan nafas kasar. Tepat ketika dia membalikkan badannya dia langsung dikejutkan dengan keberadaan sosok Kara yang muncul di hadapannya secara tiba-tiba. Dengan cepat, Senja langsung menelan savilanya. Dia langsung panik bukan main saat melihat Kara, lantaran gumamannya yang dari tadi diucapkan secara lisan. “Da-dari kapan kamu ada di sini?” Senja gugup. “5 menit yang lalu.” Kara menjawab dengan senyuman lebar sambil menunjukkan lima jarinya ke arah Senja. “Ja-jangan-jangan kamu mendengar ucapan yang aku katakan sendirian tadi? Ya?”
“Selamat pagi, nyonya Senja.” Galih menyapa Senja, begitu Senja membukakan pintu kamar hotel untuknya. “Pagi.” “Tuan Kala sudah berangkat dari pagi sekali. Beliau minta saya untuk memberikan ini kepada anda.” Galih memberikan sebuah kota putih dengan pita berwarna pink yang melingkar manis di kotak tersebut. Kemudian, Galh undur dari dan Senja pun kembali masuk ke dalam kamarnya. Dia membuka kotak itu sambil berjalan menuju sofa. Saat membuka kotak itu, sebuah secarik kertas tertulis untuknya dari Kala. Kertas itu berisi pesan singkat untuk Senja. [Pakailah gaun ini dan aku akan menunggumu di sebuah tempat pukul satu siang nanti.] Setelah membaca pesan tersebut, Senja membuka kertas yang menutupi gaun tersebut. Lalu dia mengeluarkan gaunnya dan melihatnya secara keseluruhan gaun itu. “Indahnya...” Senja terpukau melihat keindahan gaun berwarna hitam yang cukup seksi itu. Dengan belaha di bagi
Suara desahan panjang berakhir setelah Kala mengeluarkan cairannya di dalam pengaman usai menumbuk lembut area inti seorang perempuan muda. Aktifitas surga dunia yang baru saja dia lakukan bersama perempuan kenalannya membuat tubuh Kala kelelahan. Dia langsung membaringkan tubuhnya di samping perempuan yang bernama Senja. “Tak kusangka, ternyata kamu pandai sekali bermain di atas ranjang. Aku merasa tidak sia-sia telah membayarmu mahal hanya untuk melayaniku satu jam saja. Besok, aku ingin melakukannya lagi denganmu. Asistenku akan menghubungimu nanti.” “Tidak bisa, om. Aku hanya akan melayani om sekali saja. Aku tidak terbiasa melayani seorang pria lebih dari satu kali.” “Sombong sekali kamu ini. Aku akan membayarmu dua kali lipat dari bayaranmu sekarang.” “Aku tetap tidak bisa. Meski om mau membayarku 10 kali lipat sekalipun.” Senja langsung bangkit dari atas ranjang lalu berjalan masuk ke dalam kamar man
Sebuah tawaran yang sangat menggiurkan. Hanya untuk beberapa jam saja, Kala meminta Senja untuk menjadi kekasihnya di depan kedua orang tuanya nanti. Senja pun langsung menyetujuinya. Karena untuk mendapatkan uang sebanyak itu, biasanya Senja membutuhkan waktu sampai satu tahun lamanya untuk melayani banyak pria hidung belang. Sedangkan, Kala hanya memintanya menjadi kekasihnya tanpa memintanya untuk bercinta. “Kalau begitu, kita bertemu di Kafe Wilson jam 7 malam. Saya akan menjemput kamu di sana. Pakailah pakaian yang sangat anggun dan elegan, agar mamaku percaya kalau kamu adalah kekasihku sungguhan, bukan kekasih bayaran.” “Okey. Deal.” Senja menyetujuinya.**19:00 at Kafe Wilson Kala membuka pintu Kafe, dan kedua matanya langsung berkeliling mencari sosok Senja. Dia langsung bisa menemukan keberedaan perempuan itu, karena Senja langsung berdiri ketika Kala tiba di Kafe. Senyuman manis dari Senja yang belum p
Kala memohon-mohon pada Senja agar Senja mau melanjutkan drama kepalsuan mereka pada kedua orang tua Kala. “Om ini gimana sih? Perjanjian kita kan hanya sampai jam 12 teng, tapi kenapa om malah ingkar.” Tentu Senja tidak bisa menerima permintaan Kala. “Please, Senja. Masa kamu tidak mau membantu saya sih?” “Lagian, salah om. Kenapa membohongi orang tua om soal kekasih om? Kenapa sih tidak cari kekasih asli saja untuk dijadikan pacar? Saya ini kan bukan perempuan baik untuk bisa dijadikan kekasihan sungguhan om.” Senja bersedekap. Dia memalingkan pandangannya karena kesal dengan tingkah Kala. “Memangnya cari kekasih yang tulus dan baik semudah seperti membalikkan tangan? Saya ini sudah kapok cari perempuan yang bisa benar-benar tulus mencintai saya. Apalagi sampai bisa disukai oleh kedua orang tua saya. Hanya kamu perempuan satu-satunya yang bisa disukai oleh kedua orang tua saya.” “Memangnya biasanya kedua orang tua
“Selamat pagi, nyonya Senja.” Galih menyapa Senja, begitu Senja membukakan pintu kamar hotel untuknya. “Pagi.” “Tuan Kala sudah berangkat dari pagi sekali. Beliau minta saya untuk memberikan ini kepada anda.” Galih memberikan sebuah kota putih dengan pita berwarna pink yang melingkar manis di kotak tersebut. Kemudian, Galh undur dari dan Senja pun kembali masuk ke dalam kamarnya. Dia membuka kotak itu sambil berjalan menuju sofa. Saat membuka kotak itu, sebuah secarik kertas tertulis untuknya dari Kala. Kertas itu berisi pesan singkat untuk Senja. [Pakailah gaun ini dan aku akan menunggumu di sebuah tempat pukul satu siang nanti.] Setelah membaca pesan tersebut, Senja membuka kertas yang menutupi gaun tersebut. Lalu dia mengeluarkan gaunnya dan melihatnya secara keseluruhan gaun itu. “Indahnya...” Senja terpukau melihat keindahan gaun berwarna hitam yang cukup seksi itu. Dengan belaha di bagi
“Avanos, sebenarnya aku telah jatuh cinta pada siapa? Kala atau Kara?” Senja menghembuskan nafas kasar. Dia malah jadi bingung pada dirinya sendiri yang belakang ini merasakan sesuatu yang aneh pada perasaannya. “Avanos, sepertinya aku jatuh cinta sama Kara deh. Tapi, gimana ya? Apa aku harus jujur saja sama om Kala?” “Hemm...” Senja kembali menghembuskan nafas kasar. Tepat ketika dia membalikkan badannya dia langsung dikejutkan dengan keberadaan sosok Kara yang muncul di hadapannya secara tiba-tiba. Dengan cepat, Senja langsung menelan savilanya. Dia langsung panik bukan main saat melihat Kara, lantaran gumamannya yang dari tadi diucapkan secara lisan. “Da-dari kapan kamu ada di sini?” Senja gugup. “5 menit yang lalu.” Kara menjawab dengan senyuman lebar sambil menunjukkan lima jarinya ke arah Senja. “Ja-jangan-jangan kamu mendengar ucapan yang aku katakan sendirian tadi? Ya?”
“Berikan anak untukku dari rahimmu langsung!!” “Apa!?” Senja terperanjat kaget mendengar permintaan Kara. “Apa kamu sedang bercanda?” “Tidak. Aku serius. Aku ingin kamu memberikan aku anak.” “Gila kamu ya!!??” “Kalau kamu tidak mau menerima cintaku, maka berikan aku anak sebagai pengganti dari diri kamu.” “Kamu memang sudah benar-benar tidak waras! Aku akan ikutan tidak waras jika aku terus bersama kamu!!” Senja langsung menarik paksa tangannya dan membanting kasar tangan Kara. Kemudian dia pergi dari hadapan Kara. Tapi dengan cepat langkah kakinya berhenti begitu dia membalik badan dan baru berjalan beberapa langkah saja. Karena ternyata dirinya diikuti oleh dua orang bodyguard suruhan Kala dari tadi. Lalu, dari balik dua badan bodyguard bertubuh besar munculah sosok Galih. Betapa terkejutnya Senja saat dirinya ke gap oleh tangan kanan suaminya. Galih menundukkan kepalanya di h
“Om, pengkhianat!!” Senja langsung beranjak dari ranjang.Tanpa membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, Senja langsung pergi meninggalkan Kala dengan pakaian seadanya. Dia pergi tanpa tujuan dengan sisa air mata yang masih tersisa di kedua sisi matanya. Kala pun tidak mencegah kepergian Senja, lantaran dia sangat kesal pada perempuan itu karena telah berani membohonginya. Kala segera meraih ponselnya untuk menghubungi Galih. “Kamu perintahkan dua orang bodyguard untuk mengikuti istriku ke mana pun dia pergi. Pastikan kalau Senja tidak mengetahuinya kalau dia sedang diikuti oleh bodyguard suruhanku.” “[Baik, tuan.]” Malam itu, Senja berjalan di sepanjang jalan trotoar di sekitaran hotel. Karena merasa sangat asing dengan tempat dia berada saat ini, apalagi ini adalah kali pertama untuknya pergi ke luar negeri seumur hidupnya. Jadi dia tidak berani jika harus pergi terlalu jauh dari hotel karena takut kes
Senja tidak berani menatap Kala terlalu lama. Dia hanya duduk terdiam sambil terus menurunkan pandangan matanya selama duduk di samping Kala. Begitu pun Kala yang hanya mengabaikan keberadaan Senja yang ikut bersamanya dalam perjalanan bisnis kali ini untuk yang pertama kalinya. Dengan menggunakan pesawat pribadi milik keluarga Greg, Kala dan Senja pergi menuju negara Turki. Mereka pergi dengan pengawalan cukup ketat, mengingat klien barunya adalah orang yang cukup menakutkan dalam dunia kriminal. Sebagai seorang pembunuh bayaran dengan julukan silent killer, tentunya Kala tidak terlalu khawatir untuk bertemu dengan kliennya, semenakutkan apapun profesi dan pribadi para kliennya. Hanya saja, satu hal yang kini Kala takutkan kalau nantinya kliennya akan serupa seperti klien sebelumnya, yaitu pernah menjadi teman tidur Senja. “Silahkan tuan.” Seorang pramugari pribadi memberikan minuman coktail pada Kala. “Apa anda
“Awww!!!” Terdengar suara keluhan kencang dari pria itu ketika tubuhnya tersungkur di atas lantai setelah Senja mendorong kuat tubuh pria itu dengan mengerahkan seluruh tenaganya. Senja langsung melompat dari atas ranjang dan segera menyalakan lampu kamar. Begitu lampu sudah menyala, betapa terkejutnya Senja saat mengetahui kalau pria yang telah menyewa jasanya malam ini adalah... “Kamu???” Kara Greg. Kara langsung mengeluh dan menyesali satu hal yang tidak bisa dia lakukan barusan. “Aduh. Kenapa kamu malah mendorongku? Padahal kenikmatan dari bercinta adalah memasukkan cairannya di dalam.” Ucap Kara, yang kemudian beranjak dari lantai dan berjalan mendekati Senja yang masih berdiri di dekat stop kontak. Dengan seringai dari senyumannya yang mengerikan, Kara mengatakan dengan nakal. “Ternyata nikmat juga bercinta denganmu. Selain tubuhmu wangi, bibirmu juga candu untuk fantasi liarku.” Ucapnya sa
“Bagaimana nyonya Senja? Apa rasa makanan di Restaurant ini sesuai dengan selera anda?” “I-iya, lumayan.” Kala melirik tajam ketika Senja menjawab dengan gugup pertanyaan dari istri kliennya. Sikap yang Senja tunjukkan langsung membuat Kala mencurigai dirinya. “Perjalanan bisnis kita akan berlangsung selama 3 hari dan selama tiga hari nanti, kita memiliki waktu luang yang cukup banyak untuk jalan-jalan di sana nanti. Jadi, saya akan mengajak istri saya untuk menikmati kota-kota di Turki. Apa tuan Kala juga akan mengajak istri anda dalam perjalanan bisnis kali ini?” Tuan Helmi bertanya, sambil melemparkan senyuman ke arah Senja yang sejak tadi tidak berani menatap ke arahnya. “Entahlah. Saya akan membicarakan dengan istri saya terlebih dahulu.” Kala menjawab, seraya melirik kembali ke arah Senja dengan senyuman kecil. Akhirnya, makan malam berjalan dengan lancar. Helmi dan istrinya sudah pergi lebih dulu meninggalk
“Om, maaf. Mendadak perut aku sakit, jadi sepertinya aku butuh istirahat.” Senja memegangi perutnya demi bisa menyempurnakan aktingnya agar rencananya untuk tidak menemani Kala ke dinner dengan klien barunya berhasil batal. “Kamu pikir aku percaya dengan kepura-puraan kamu ini?” ternyata Kala mengetahui kebohongan Senja yang sedang menipunya. “Ma-maksud om apa? Aku tidak pura-pura. Aku beneran sakit perut kok.” “Aktingmu sangat jelek, Senja. Baiknya, kalau memang kamu ingin membohongi aku lain kali, kamu harus berlatih berkali-kali.” “Huh!” Senja mendengus kesal. Dia melepaskan tangannya dari baju yang diremas olehnya sejak tadi, lalu kembali menegakkan tubuhnya di hadapan Kala. “Bagaimana om bisa tahu kalau aku sedang berbohong?” Senja bertanya sambil melirik sinis. “Jangan banyak bicara. Cepat pakai gaun ini dan lakukan dalam waktu 10 menit.” Kala melempar gaun ke arah Senja, yang kemudian Senja tang
“Tante, aku mau resign dari pekerjaan ini.” “Apa maksud kamu dengan resign?” Onna masih belum paham dengan ucapan dari salah satu anak emasnya dalam dunia prostitusi. “Aku sudah tidak bisa bekerja lagi dengan tante.” “Oh. Maksud kamu, kamu sudah mendapatkan mucikari lain?” “Bukan, tante. Tapi, aku sudah tidak bisa bekerja seperti ini lagi karena aku sudah menikah.” “Kamu pikir aku peduli kalau kamu sudah menikah!?” Senja mengerutkan dahinya. “Kamu sudah menandatangani kontrak selama dua tahun untuk bekerja denganku. Selama masa kontrak itu belum selesai maka kamu tidak punya alasan untuk berhenti dari pekerjaan ini. Karena pekerjaan ini atas dasar permintaanmu dibawah kuasaku.” “Tapi, tan.” “Aku tidak peduli. Pokoknya, kamu harus tetap menuntaskan masa kontrakmu denganku, jika tidak...” Onna mendekati telingan Senja. “Aku akan membuat hidupmu menderita.”