Share

Bab 209

Matahari sore memerah. Langit mulai menghitam. Rembulan pun sudah mulai terlihat jelas. Suma Sun masih terpaku duduk menatap kaki langit. Walaupun daerah situ masih ramai, setidaknya ia sudah tidak menjadi pusat perhatian lagi.

Ia duduk di bawah pohon. Luk Ping Hoo dan Ang Lin Hua membiarkannya sendirian. Mereka berdua kini malah kembali ke warung tadi dan memesan arak.

Kao Ceng Lun berkata kepada Lie Sat, “Hari sudah gelap, kau ingin kita melanjutkan perjalanan atau menginap saja?”

Cio San melirik Suma Sun sebentar, lalu berkata, “Kita menginap saja, Siauya. Toh hari sudah gelap. Lebih baik beristirahat mengumpulkan tenaga,” kata Cio San alias Lie Sat.

“Usul yang bagus,” kata Kao Ceng Lun sambil tersenyum. Ia memang hampir selalu tersenyum. Senyumnya pun menyenangkan. Seperti senyuman anak-anak.

Setelah membayar, mereka keluar dan menuju rimbunan pohon yang berada di samping warung tadi. Suma Sun duduk tidak jauh dari situ.

“Eh, Lie-ko. Kira-kira apa yang ada dalam pikiran Suma-tayhi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status