Secara heroik dan mengesankan, Harpi menyelamatkan Kinara dengan membidikkan anak panah ke arah Yeti biru tepat di bagian jantungnya. Yeti biru mundur dua langkah ke belakang. Racun menyebar ke seluruh tubuh mengikuti aliran darahnya. Ia kesakitan, jatuh, dan berguling-guling di atas tanah penuh salju. Ia melolong sangat keras hingga menarik perhatian Yeti cokelat.
Situasi sekarang menguntungkan untuk Kinara dan teman-temannya. Harpi segera membawa Kinara terbang menjauh. Rhara mengikutinya dari bawah dengan berlari sekuat tenaga. Jarak mereka semakin menjauh dari dua monster salju yang ganas dan mengerikan. Harpi menurunkan Kinara dan bersama-sama dengan Rhara memapahnya untuk terus melanjutkan perjalanan.
Matahari tenggelam dan langit berubah menjadi gelap pekat. Rhara menyalakan api unggun. Mereka bertiga duduk melingkar untuk makan,
“Tolong aku!” wanita itu berusaha menggapai tangan Kinara. Kinara reflek menjerit dan mundur ke belakang. Kaki serta tangannya gemetaran. Terlalu aneh untuk dinalar. Seorang wanita entah muncul dari mana tiba-tiba mendekat ke arah Kinara dan teman-temannya. Penampilannya jauh berbeda dari yang lain. Sebenarnya terlalu mengerikan melihat sosoknya seperti itu. Rhara juga ikut takut. Ia malah jatuh terduduk didekat wanita misterius itu. “Kinara, Kinara! Jangan tinggalkan aku!” Rhara menangis karena tidak bisa berbuat apa-apa. Hujan salju mendadak berhenti. Harpi mengajak Kinara untuk mendekat ke arah Rhara. Mereka bertiga saling berpegangan. Wanita itu berhenti menangis. Kemudian ia menyibakkan rambutnya ke belakang. “Ijinkan aku untuk bergabung bersama kalian. Aku sendirian selama berhari-hari di tempat yang dingin dan be
Semerbak wangi aroma bunga warna-warni di sebuah taman meembuat siapa saja yang menciumnya akan merasa nyaman. Rumput hijau tumbuh di sekelilingnya. Kinara duduk di sebuah alas dari anyaman batang berwarna cokelat tua. Tersedia berbagai makanan lezat di depannya. Langit tampak jingga ke ungu-unguan menambah suasana romantis di senja yang masih menggantung. Harpi memandang dari kejauhan penuh kekaguman.“Harpi mendekatlah! Aku telah menyiapkan pesta kecil khusus untuk kita berdua.” Kinara melambaikan satu tangan ke arah Harpi. Senyumnya terlihat tulus dan penuh kasih. Kejutan seperti itu sungguh tidak pernah terduga. Harpi melangkah maju. Lalu terdengar sebuah alunan musik yang menentramkan jiwa entah berasal dari mana. Angin bertiup semilir menggoyangkan daun-daunan dan rerumputan. Kinara terlihat begitu bersinar. Ia memberikan senyum sekali lagi. Rasanya Harpi benar-benar takhluk, tid
“Hei lihat! Akhirnya kita sampai di depan labirin. Usaha kita membuahkan hasil yang memuaskan,” Kinara berteriak lantang.“Hah? Mana-mana? Asik kita akhirnya terbebas dari siksaan salju yang dingin. Kita bisa kembali menikmati suhu udara normal.” Rhara melompat-lompat kegirangan.Mereka membuat api dan segera menyantap makanan. Kinara berencana tidur sejenak karena badannya terasa lemas. Yuki Onna menyedot energinya begitu banyak. Kini saatnya mengembalikan tenaga. Di sisi lain Rhara makan sambil berjemur di bawah terik matahari. Saking senangnya ia bahkan lupa bahwa pertanyaannya belum dijawab oleh Harpi.Sebuah pohon yang tinggi dan rindang menjadi tempat yang cocok untuk Harpi menyendiri. Ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa apa yang baru saja ia alami bersama Kinara hanya sebuah ilusi belaka. Yuki Ona memang sungguh keterlaluan. Ia telah mempermainkan perasaan Harpi. Kini ia merasa rapuh. Memang benar ia memimpikan Kinara bisa
“Hhh...hhhh...!” Harpi kesulitan bernapas.“Kau kenapa Harpi?” Rhara tersadar dan mencoba menolong temannya. Harpi memegangi lehernya. Ia masih kesulitan menghirup oksigen. Rhara bingung menatap Harpi yang mirip ikan kehabisan air. Mendengar kegaduhan di belakangnya, Kinara menjadi terusik. Ia kaget melihat Harpi berjuang keras untuk bernapas. Lalu Kinara berlari, mendudukkan Harpi, memegang pundak kirinya, dan menekan tulang belakangnya ke depan.“Hah...hah...hah...,” Harpi mulai bernapas pelan-pelan.“Ya ampun. Aku ketakutan setengah mati,” kata Rhara.“Yang kulakukan hanya pertolongan sementara. Mungkin Harpi pobia tempat sempit,” Kinara mencoba menebak.“Lalu kita harus bagaimana?” tanya Rhara.“Teka-teki pintu harus segera dipecahkan!” suara Kinara mirip detektif di serial tv
Jebakan baru saja mengenai Kinara dan kawan-kawannya. Kali ini penyebabnya adalah keteledoran Rhara. Untungnya Kinara baik-baik saja tanpa ada luka sedikitpun. Ia berhasil lolos dari anak panah yang datang dari segala penjuru. Lalu ia mengecek keadaan Rhara. Mukanya kelihatan pucat karena shock. Tangan dan kakinya gemetaran. Salah satu telingga panjangnya berdiri dan sedikit berlubang di bagian tepi akibat terkena panah. Beberapa tetes darah segar menetes ke badannya. Kinara mendapati Harpi merintih kesakitan. Celaka, dua buah anak panah mengenai betis kaki kanan Harpi. Ia memegangi kakinya sambil menangis. Kucuran darah membuat keadaan harpi memprihatinkan. Kinara berlari kearahnya dan segera mencabutnya. Jeritan Harpi bergema di sepanjang lorong labirin.“Maafkan aku. Semua ini salahku. Aku tidak menyangka akan ada serangan mendadak akibat kebodohanku.” Rhara hampir menangis memandangi gad
Suasana menjadi sangat berisik akibat percikan api yang semakin banyak. Rhara tampak bergairah untuk menakhlukkan mayat hidup yang selama menjadi mimpi buruk baginya. Tidak pernah ia sangka akan bertemu langsung dengan vampir sungguhan dan melawan mereka dalam jarak dekat.“Apa yang sebaiknya kulakukan?” Kinara sudah terbang tepat di atas teman-temannya.“Tanyakan kepada Harpi. Aku tidak paham apa-apa tanpa arahan darinya.” Rhara masih tersenyum puas melempari mayat hidup yang sudah kuwalahan menghadapi sinar cahaya. Kini Kinara berada didekat Harpi. Gadis burung itu tetap pada posisinya semula agar vampir-vampir tidak tenang.“Kau! Bagus sekali. Sekarang waktunya menidurkan mereka. Cepat tempelkan tulisan mantra yang telah kubuat dari potongan kulit kayu ke muka para vampir!” perintah Harpi.“Tempel pada muka sebelah mana?” Kinara per
Udara bebas di alam terbuka benar-benar menyegarkan. Meski langit di Falseland tidak terlihat biru, tetapi warna putih dan hijau yang diselingi kuning tetap membuat hati tampak nyaman. Rumput setinggi mata kaki yang menghijau sejauh mata memandang tumbuh subur di antara bunga-bunga kecil seputih kapas. Wanginya semerbak menyerupai parfum merk terkenal yang harganya selangit. Sekitar padang rumput ditumbuhan pepohonan rindang dengan aneka buah-buahan segar.Kinara menghirup napas dalam-dalam dan menikmati kebebasannya. Bisa keluar hidup-hidup dari labirin maut sungguh sebuah prestasi yang patut dibanggakan. Anggota tubuhnya masih lengkap. Kedua temannya baik-baik saja dan sedang melakukan hal yang sama.Kinara masih mengingat saat labirin yang besar dan luas tertutup secara mendadak membuat siapa saja yang berada di dalamnya merasa seperti terkurung di dalam penjara. Meskipun tanpa sel-sel dari jeruji besi, tetap saja blokade dari pohon bambu yang membentuk pola rumit d
“Suit.” Rhara bersiul keras membuat kedua temannya menghadap ke arahnya.“Helo! Jangan membuat gaduh suasana perpustakaan yang damai,” Kinara tampak marah.“Lihatlah apa yang berhasil kutemukan! Segeralah turun dan cari kebutuhan paling penting. Jangan asal-asalan mengambil buku. Aku yakin Kinara berasa menemukan surga ilmu. Namun, kita harus paham bahwa ini anugerah sekaligus cobaan. Jangan terlena dengan buku-buku menarik yang tersedia di sini. Tujuan Ganesha memberi Kinara kunci perpustakaan adalah untuk mendapatkan petunjuk tentang misinya.” Rhara berjalan santai. Harpi dan Kinara terang menuju tempat Rhara. Sesampainya di sana, mereka secara bergantian melihat katalog.“Tebal sekali katalognya. Pentingkah aku memaca tentang kamus Falseland?” tanya Kinara.“Memangnya ada berapa halaman?” sebenarnya Rhara juga ingin tahu
Ah, benar-benar minim pengetahuan. Kinara menghirup napas panjang dan mengeluarkannya pelan-pelan. Ia ingin merelaksasi diri. Bisakah ia melakukan koprol di sini? Tentu saja tidak akan ada yang berkomentar tentang perilakunya yang aneh. Huh, pernyataan Camazotz membuatnya tidak berkutik. Seandainya Rhara tidak hilang, ia tidak harus menanggung malu.“Kinara, aku ada urusan sebentar. Temuilah manusia angsa lebih dulu. Nanti kita berkumpul lagi di tempat manusia cumi-cumi tinggal,” Harpi meminta ijin.“Memangnya ada keperluan apa? Mengapa kita tidak pergi bersama-sama?” tanya Kinara penasaran.“Ada hal pribadi yang mau aku urus. Menyangkut masalah perempuan. Aku tidak melibatkanmu dalam masalah ini,” Harpi tersipu malu.“Maaf, kupikir hal biasa.” Kinara jadi salah tingkah. “Yang terpenting nanti kita bisa bertemu lagi tepat waktu. Jangan sampai kita terpisah. Kau paham kan? Aku masih trauma dengan kejadi
Keceriaan manusia kelinci yang selalu mengisi hari-hari Kinara, kini menguap bagai air yang mendidih, menyusut, lalu habis tanpa sisa. Cita-cita besar untuk bisa kembali ke dunia asal bersama-sama seakan terputus. Kinara merasa seperti ulat yang gagal bermetamorfosis sebagai kupu-kupu. Berbagai tahapan telah dilalui dengan baik. Sayangnya, takdir berkata lain.“Ku rasa, kita memang harus melanjutkan perjalanan. Jika terus-menerus di sini, aku tetap mengingat Rhara.” Kinara bangkit dan mengepakkan sayapnya. Harpi membimbing Kinara agar terbang berdampingan. Mereka menuju gua harapan. Kinara sekarang berpikir lebih logis. Ia beruntung memiliki teman dekat seperti Harpi. Selain cantik, Harpi cepat move on dari peristiwa kelam yang dilaluinya. Ia tetap sedih, tapi tidak terlarut-larut. Mungkin Harpi sadar bahwa tindakan seperti itu menghabiskan energi.
Udara semakin dingin. Hujan es sedikit reda. Tanah dipenuhi es padat. Terasa sakit saat kaki telanjang menginjaknya. Hawa dingin dari es memicu rasa ngilu. Suhu badanpun menurun drastis.Kinara histeris. “Rhara... Rhara!” teriaknya membabi buta.Harpi berbalik dan menggapai Kinara. “Kendalikan dirimu, Kinara! Rhara jatuh ke bawah!” Harpi memegangi tubuh Kinara yang terus berontak.“Lepaskan! Lepaskan aku! Aku harus turun ke bawah. Rhara akan ku selamatkan.” Tangis Kinara pecah di sela hujan es.Harpi memeluk erat Kinara. “Ini kecelakaan. Bukan salah siapapun. Tenanglah Kinara, kumohon! Kita bisa celaka semuanya jika turun ke jurang sekarang!” Harpi ikut menangis dan berusaha menenangkan Kinara yang masih shock atas jatuhnya Rhara.“Teman terbaiku jatuh. Aku belum tahu bagaimana keadaannya. Biarkan aku mencarinya ke bawah!” Kinara tetap meronta-ronta. Kali ini pelukan Harpi lepas. Hampir sa
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di Falseland, tugas utama Kinara adalah mencari Kinari. Perjalanan panjang penuh liku-liku telah dialaminya. Kemudian, ia merasa senang bisa berjuang dan dibantu dalam banyak hal oleh Rhara. Betapa sepi hidupnya jika harus berjuang seorang diri hingga ke titik ini. Naik turun gunung es tidak akan berhasil tanpa bantuan dari Rhara. Semua tentang manusia kelinci itu membawa kebaikan dan selalu mengingatkan pada keberhasilan misi. Awalnya, Harpi kelihatan polos di mata Kinara. Ia juga takut jika gadis burung itu akan merepotkan. Ternyata, tebakannya melenceng jauh. Harpi terlalu kuat, mandiri, cerdas, dan cantik. Semua itu terlalun keren bagi Kinara. Hingga pada suatu hari yang tidak ditentukan, hatinya meleleh. Setengah dari dirinya mengharapkan Harpi. Sisanya mengukir dalam nama Kinari. Makhluk mitolog
Kinara menyiapkan makanan bersama Harpi. Rhara sibuk membuat terowongan. Tugas masing-masing selesai dengan cepat. Kinara makan tidak terlalu lahap. Sesekali ia memandang ke arah Harpi. Ada getaran-getaran aneh memasuki relung hatinya. Saat mengunyah, bibir Harpi terlihat eksotis di mata Kinara. Merah muda, tipis, dan bergoyang-goyang. Lalu lidah Harpi menyapu bibirnya dengan gerakan lambat. Hal itu semakin membuat Kinara menjadi gemas.Plak! Rhara menepuk jidat Kinara dengan keras.“Aduh, sakit sekali. Kau kenapa lagi sih?” Kinara melompat saking kagetnya.“Ada nyamuk besar dijidatmu!” Rhara asal menjawab. Sebenarnya ia sedikit gerah melihat kelakuan Kinara.“Mana ada hewan seperti itu di tempat ini? Lama-lama kau ngelantur,” Kinara agak kesal.“Hmmm... kalian berulah lagi. Ini sudah larut. Ayo hentikan! Aku ingin segera tidur cantik di atas dedaunan pohon yang rindang.” Harpi bangkit menuju ke arah
Kedua tangan Kinara memegang kepalanya. Ada apa sebenarnya dengan kedua sahabat dekatnya itu? Awalnya, Kinara yang merasa keberatan dengan kehadiran Harpi. Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama. Untungnya Rhara ramah dan mengajak mereka untuk bisa rukun serta berjuang bersama. Kali ini justru Rhara ingin Harpi pergi. Ah, masalah yang kecil mampu membuat rusak pertemanan yang dijalin dengan susah payah.Kinara merangkul Rhara dan membawanya agah menjauh.”Rhara, apa yang merasukimu? Mengapa kau mendadak kejam? Sadarlah, perjalanan kita sudah cukup jauh. Redamlah egomu dan biarkan Harpi tetap bersama kita,”“Jangan, Kinara! Perjuangan kita terlalu berharga jika rusak dan gagal hanya karena gadis burung pembohong. Aku tidak mau usaha kita berujung sia-sia. Demi impian seluruh penghuni Falseland. Buatlah keputusan yang paling bijak!”“Percayalah padaku Rhara. Aku tidak akan mengecewakan siapapun.” Kinara menjabat tangan Rhara
Waktu bergulir cepat. Kinara sudah hampir hafal semua gerakan tari kesetiaan. Rhara masih terpekur membaca buku yang tidak diketahui judulnya oleh orang lain.“Apakah kau sudah hafal bagian terakhirnya?” tanya Kinara kepada Harpi.“Se... dikit,” Harpi kehilangan kendali.“Mengapa kau begitu canggung bicara padaku?” Kinara mendekatkan badannya. Harpi mundur dua langkah. Ia tidak bisa menguasai diri. Gejolak cintanya tumbuh lebih besar. Ia ingin terbang sembari berpelukan dan bersandar pada dada Kinara yang lapang. Tidak bisakah dirinya yang melakukan tarian kesetiaan di bawah pohon kalpataru bersama Kinara? Toh sama saja ia dan Kinari adalah gadis burung.“Kinara, apakah kalian sudah selesai?” Rhara mulai merapikan buku-buku dan bersiap meninggalkan perpustakaan.“Apa yang baru saja kau baca?” Kinara sudah duduk di sa
“Apa sih yang sedang kita cari? Kenapa masih belum ditemukan juga?” Harpi menggerutu sambil memasang muka cemberut.“Buku yang sangat spesial dan menentukan masa depan Kinara,” jawab Rhara. Harpi hilang fokus mendengar jawaban temannya. Ia tidak memperhatikan senderan kayu di sampingnya yang sudah rapuh. Lalu terdengar suara kayu patah agak keras. Akibatnya senderan roboh bersama badan Harpi. Untung saja Kinara sigap dan menangkap Harpi dalam pelukannya. Mereka saling memangdang satu sama lain lumayan lama. Kinara mendekatkan wajahnya ke arah Harpi. Deg! Jantung Harpi serasa berhenti berdetak. Akankah Kinara melakukan sesuatu yang membuatnya semakin cinta? Terasa angin kecil meniup matanya. Ternyata Kinara hanya meniup alis Harpi untuk menghilangkan debu yang menempel agar tidak masuk ke dalam mata.
Tujuan utama Harpi sekarang adalah menggeser kedudukan Kinari dari hati Kinara. Ia bertekad melawan takdir. Selama Kinari belum ditemukan, rencananya bisa dijalankan dengan lembut dan hati-hati. Ia membutuhkan situasi yang mendukung agar targetnya lebih perhatian dari pada sebelumnya. Mungkin waktu yang tersisa sangat terbatas mengingat misi Kinara sudah hampir selesai. Seperti kata Ganesha, setelah melewati gunung es, maka mereka memasuki labirin maut. Selanjutnya, Kinara hanya perlu mencari petunjuk terakhir di dalam perpustakaan ini. Rhara adalah batu sandungan terbesar yang nyata. Harpi tahu bahwa posisi Rhara adalah sebagai pelindung bagi Kinara untuk tetap konsisten dalan menjalankan misi. Selain itu, Rhara juga sebagai pengingat bahwa pasangan penari burung harus segera dipertemukan. Maka, rencana Harpi harus dilakukan tanpa menimbulkan kecurigaan. Misi rahasia untuk menghapus Kinari akan terwujud denga