Share

Ketemu Musuh Lama

Author: Alissandra
last update Last Updated: 2024-10-07 00:28:51

Dua kelompok geng sudah berkumpul di taman yang sepi saat malam hari, diselimuti suasana yang tegang. Di satu sisi, Alexa dan anggota The Thunder Crew berdiri tegak, siap menghadapi apa pun yang akan terjadi. Di sisi lain, pemimpin SMA 32, seorang lelaki dengan tubuh besar dan wajah yang sangar bernama Darko, membawa seluruh anggotanya untuk berhadapan dengan mereka. 

Saat Darko melihat Alexa, ekspresi terkejut jelas terpancar di wajahnya. Dia tidak menyangka bahwa gadis secantik dan kelihatan lemah itu adalah pemimpin geng yang selama ini ditakuti anak-anak sekolah di kota ini. Pikirannya berkelana, mengingat reputasi geng The Thunder Crew yang melampaui batas sekolah mereka, dan betapa cerobohnya dia menantang gengnya.

"Jadi, ini dia bos The Thunder Crew," ucapnya, penuh sinis. "Aku tidak percaya seorang gadis bisa memimpin geng. Harusnya kau lebih baik di rumah, menyiapkan makanan atau semacamnya."

Alexa tidak terpengaruh oleh ejekan itu. Dia tetap berdiri dengan penuh percaya diri.

"Aku di sini bukan untuk bermain-main. Jika kalian terus mengganggu teman-teman kami lagi, kalian akan merasakan akibatnya."

Anggota The Thunder Crew bersiap-siap, merapatkan barisan di belakang Alexa, siap untuk bertindak jika situasi memanas. Ketegangan malam itu semakin terasa, dan semua orang tahu bahwa ini adalah momen yang menentukan bagi kedua geng.

Pemimpin geng SMA 32 mendekati Alexa dengan langkah sombong, senyum sinis terlukis di wajahnya. Dia tampak yakin bahwa intimidasi adalah cara terbaik untuk menundukkan lawan-lawannya. Beni bersiap untuk menghajar lelaki itu, ia merasakan kemarahan menggelegak di dalam dirinya. Namun, gerakan tangan Alexa menahannya untuk tidak ikut campur. 

"Aku bisa menanganinya.", ucap Alexa dengan nada tegas, menatap Beni dengan penuh keyakinan. Suaranya tidak menunjukkan sedikit pun keraguan, membuat Beni terpaksa menahan marahnya.

Darko terus melangkah lebih dekat, wajahnya kini hanya beberapa inci dari wajah Alexa. Dengan sikap merendahkan, dia menyentuh wajah Alexa, jari-jarinya menyentuh pipi cantiknya dengan lembut.

"Kau memang cantik, tetapi ini adalah dunia yang keras. Kau tidak akan bertahan lama di sini."

"Kalau begitu, mari kita buktikan. Aku tidak takut pada siapa pun, termasuk kau.", jawabnya, suaranya mantap dan jelas.

Dengan gerakan cepat, Alexa mencengkeram jari-jari pria itu, memutarnya dengan kekuatan yang mengejutkan. Jeritan kesakitan langsung meluncur dari mulutnya, menggema di seluruh taman. Alexa tidak memberi kesempatan musuh untuk membalas, dia melanjutkan aksinya dengan tendangan keras yang membuat pria itu terjatuh ke tanah dengan suara yang membentur permukaan keras.

Kekuatan dan keterampilan yang ditunjukkan Alexa membuat anggota geng SMA 32 tertegun, tidak menyangka bahwa seorang gadis bisa begitu tangguh. Dalam sekejap, suasana di sekitar mereka berubah, kekaguman sekaligus ketakutan terlihat di wajah mereka. 

"Kau kira bisa mengganggu siswa sekolah ku tanpa konsekuensi, hah?! Sekarang kau tahu siapa yang seharusnya kau hadapi!" kata Alexa.

Matanya seakan menantang siapa pun yang berani melangkah maju. Anggota The Thunder Crew di belakangnya saling berbisik, merasakan energi kemarahan yang mengalir dari pemimpin mereka. Alexa menunjukkan bahwa ia tidak hanya ingin membela teman-temannya, tetapi juga membuktikan pada orang lain bahwa dia patut diperhitungkan di dunia ini.

Melihat ketua geng mereka terjatuh di tanah, anggota SMA 32 segera bergerak untuk menyerang Alexa sebagai balasan. Namun, sebelum mereka bisa mendekat, Jodi dan Beni melangkah maju, menghadang serangan dengan sigap. Dengan kecepatan yang dimiliki, mereka melancarkan serangan lebih dulu, memukul dan menendang lawan mereka dengan keterampilan yang telah diasah selama bertahun-tahun bersama Alexa.

Suasana di taman yang sepi itu seketika berubah menjadi arena pertempuran. Suara tinju yang menghantam tubuh, teriakan, dan raungan penuh semangat menggema di udara malam. Alexa, tidak mau ketinggalan, langsung bergabung dalam pertempuran, memanfaatkan momen kekalutan yang melanda geng SMA 32.

"Jangan biarkan mereka mengalahkan kita!" teriak salah satu anggota SMA 32, berusaha membangkitkan semangat teman-temannya. Tetapi Jodi dan Beni terus menggempur dengan cepat, tidak memberikan kesempatan kepada lawan untuk mengatur strategi.

Gadis itu meluncur dengan gesit, menghindari pukulan dan membalas dengan gerakan presisi yang membuat lawan-lawan terdesak. Satu persatu, anggota SMA 32 berusaha untuk menguasai situasi, tetapi kekuatan Alexa dan keahlian timnya membuat mereka terpaksa mundur.

Pertarungan semakin intens, dengan setiap gerakan menunjukkan kekuatan dan ketangguhan The Thunder Crew. Alexa, yang menjadi pusat perhatian, menunjukkan kehebatan dan keberaniannya, semakin memperkuat posisinya sebagai pemimpin yang ditakuti di sekolah ini.

Geng SMA 32 akhirnya mengakui kekalahan, terlihat dengan wajah-wajah mereka yang babak belur dan penuh luka. Alexa mendekati mereka, menarik kerah baju ketua geng yang tergeletak di tanah, mengangkatnya sedikit agar wajahnya berada lebih dekat.

"Jika anggotamu berani mengganggu anak-anak SMA Tunas Muda, aku pastikan kalian akan berakhir di rumah sakit selama sebulan!" ancam Alexa, tatapannya tajam menunjukkan bahwa dia serius.

The Thunder Crew telah mengalahkan hampir semua ketua geng sekolah di kota itu. Nama mereka semakin terkenal sebagai geng yang kuat, yang dipimpin oleh gadis cantik, namun berbahaya. 

Di SMA Tunas Muda, suasana pagi itu dipenuhi dengan bisik-bisik dan gossip yang berkeliaran di antara para siswa. Dari koridor hingga ruang kelas, semua orang membicarakan pertarungan yang terjadi semalam antara The Thunder Crew dan anggota dari SMA 32. Kemenangan Alexa dan anak buahnya menjadi topik utama, seolah-olah itu adalah berita hangat yang tak boleh dilewatkan.

"Jadi, mereka benar-benar mengalahkan geng SMA 32?!" seru seorang siswa bersama kelompoknya. 

"Benar! Aku tidak percaya Alexa sekuat itu. Kita semua tahu dia jago taekwondo, tapi melawan seluruh geng di kota ini? Itu luar biasa!"

"Dan aku dengar saat perkelahian one on one, Alexa menang telak melawan ketua geng SMA 32. Lihat, bahkan wajahnya nggak terluka sedikit pun."

Di sudut kelas, sekelompok gadis berbisik-bisik sambil melirik ke arah Alexa yang sedang duduk santai di mejanya, mengunyah roti lapis dengan tenang.

"Dia terlihat biasa saja. Seakan nggak ada yang terjadi." Salah satu dari mereka berkomentar, masih terkesima dengan aksi heroiknya.

Sementara itu, Beni dan Jodi terlihat dengan jelas memar di beberapa bagian wajahnya, mencerminkan betapa brutalnya pertarungan semalam. Meski begitu, Alexa bahkan tidak mendapat satu pukulan pun dari musuh, dan itu semakin menambah aura kehebatannya. Mereka berdua duduk di dekatnya, mencoba menyembunyikan rasa sakit sambil sesekali melirik ke arah teman-teman sekelas mereka yang membicarakan kejadian itu.

Beni yang memegang pipinya yang bengkak berbisik kepada Jodi.

"Setidaknya kita berada di pihak yang benar. Dan kita punya Alexa di sisi kita."

Jodi mengangguk setuju, meskipun wajahnya juga terlihat memar.

"Ya, tapi rasanya kita harus lebih berhati-hati. Mereka pasti tidak akan membiarkan ini begitu saja.", jawabnya, khawatir dengan kemungkinan balas dendam dari SMA 32.

Saat semua mata terfokus pada Alexa, dia hanya mengangkat bahu dan melanjutkan makannya, tidak terlalu peduli dengan keributan yang terjadi di sekitarnya. Dia tahu kekuatannya dan lebih dari siap untuk menghadapi apa pun yang datang ke arahnya. 

Suasana di kelas mulai tenang saat bel berbunyi, menandakan pelajaran akan segera dimulai. Para siswa yang sebelumnya asyik membicarakan kejadian semalam segera kembali ke tempat duduk mereka, menyiapkan buku dan alat tulis. Pintu kelas terbuka, dan guru mereka, Pak Surya, masuk dengan ekspresi serius di wajahnya.

"Selamat pagi, semua," sapanya sambil menempatkan tasnya di meja. "Sebelum kita mulai pelajaran hari ini, saya punya berita baru."

Semua mata tertuju pada Pak Surya, rasa penasaran mulai menggelora di antara para siswa. "Sekolah kita kedatangan seorang siswa pindahan dari luar kota yang akan belajar di sini. ", lanjut Pak Surya.

"Siapa dia?" bisik salah seorang siswa di barisan belakang, tampak bersemangat.

"Dia akan bergabung dengan kelas kita," ujar Pak Surya, sambil memandang ke arah pintu kelas. "Mari kita sambut dia."

Di saat yang sama, seorang siswa baru melangkah masuk. Seorang remaja dengan penampilan menarik, mengenakan seragam SMA Tunas Muda yang masih baru. Dia tampak sedikit canggung dan takut. Beberapa siswa berbisik satu sama lain, membicarakan siapa dia dan bagaimana dia akan beradaptasi dengan lingkungan baru ini. 

Siswi-siswi di kelas itu mulai ribut melihat anak pindahan itu. "Lihat, dia tampan sekali!" bisik seorang siswi bernama Mia, dengan wajah bersemu merah.

"Hidungnya sangat indah, matanya juga!” seru gadis yang lain, sambil menatap Rafael yang berdiri di depan kelas. 

"Ini adalah... Rafael.", kata Pak Surya memperkenalkan siswa baru tersebut. "Silakan, Rafael, perkenalkan dirimu."

"R-rafael Pradana," ucapnya dengan gugup, raut wajahnya memperlihatkan ketakutan saat semua bertatap muka dengan siswa lain. Ia menunduk, berharap mereka tidak mengoloknya. 

"Bahkan namanya pun sangat keren. Dia pasti bisa membuat siapa pun jatuh hati.", timpal ketua Geng Tiga Mawar, Erika, matanya tidak bisa lepas dari sosok Rafael yang tampan. 

Alexa yang tadinya tak peduli dengan kedatangan anak baru itu langsung terkejut. "Rafael Pradana? Rafa?" gumamnya pelan, mengingat nama itu dari masa lalu yang kelam.

Dia adalah Rafael atau biasa dipaggil Rafa, cowok yang tinggal bertetangga dengannya saat ia berumur tujuh tahun. Alexa sangat membenci Rafa karena Rafa sering memukul dan membulinya saat mereka bermain bersama teman-teman. Kenangan itu kembali mengingatkannya, membangkitkan perasaan marah yang sudah lama terpendam.

Karena Rafa lah ia belajar taekwondo mati-matian agar tidak diganggu oleh orang seperti Rafa lagi. Namun, sebelum Alexa bisa membalas perlakuannya, Rafa sudah terlebih dahulu pindah rumah, tak tahu ke mana. Sejak saat itu, dia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak membiarkan siapa pun, merendahkan dan menyakitinya lagi.

Sekarang, melihat Rafa berdiri di depannya, rasa benci dan dendam itu muncul kembali.

"Aku akan menghajarnya. Sekarang, aku lebih kuat, dia nggak akan bisa menggangguku lagi," ucap Alexa pelan, suaranya tegas meski hanya untuk dirinya sendiri.

Dengan setiap detakan jantungnya, Alexa merasakan dorongan untuk mengambil tindakan. Dia tahu bahwa ini bukan sekadar tentang balas dendam, ini tentang membuktikan kepada dirinya sendiri bahwa dia telah berubah dan tidak akan pernah lagi menjadi mangsa orang-orang jahat.

Rafa duduk di barisan depan, menundukkan kepala, mencoba menghindari pandangan orang-orang yang terus memperhatikannya. Hatinya berdebar, perasaan cemas dan takut menguasainya. Meski begitu, dia belum menyadari bahwa di sekolah yang sama, seseorang dari masa lalunya juga berada di sana.

Related chapters

  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Sosok yang berbeda

    Saat jam istirahat, suasana di sekitar Rafa berubah menjadi ramai. Para siswi mulai berkumpul di sekelilingnya, senyum penuh harap menghiasi wajah mereka. Dia adalah geng Tiga Mawar, Erika, Lena dan Mia. Erika, dengan nada manis, membuka percakapan, "Rafa, kamu sudah punya pacar?" Mia dengan cepat menambahkan, "Kamu suka tipe gadis seperti apa?" Sementara Lena tak sabar untuk ikut berbicara, "Beritahu nomor HP-mu, dong." Rafa yang duduk di bangkunya merasa tak nyaman. Ketakutan menyelimuti dirinya akibat semua pertanyaan dari teman-teman sekelasnya. "Aku... Aku nggak punya pacar.", jawabnya pelan, wajahnya masih menunduk, tak berani menatap orang lain. Alexa, yang merasa ada keanehan dalam diri Rafa, langsung menghampirinya. "Hei, aku ingin bicara denganmu.", ucap Alexa. Tiga Mawar segera menjauh dari Rafa. Mereka terlihat kesal, tapi tak berani melawan Alexa. Sedangkan Rafa terlihat kebingungan. "Mau... bicara apa?" Suaranya bergetar, tak yakin dengan situasi ini.

    Last Updated : 2024-10-07
  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Ketua Geng The Vipers

    Tatapan Alexa tajam mengunci Rafa. Rafa yang merasakan aura intens itu menjadi gelisah dan tak fokus. Dia menghindari kontak mata dengan Alexa, namun sesekali mencuri pandang ke arah bos The Thunder itu dengan hati-hati. Degup jantung Rafa semakin kencang setiap kali tatapan mereka bertemu. Dia tak bisa menghilangkan perasaan bersalah dan takut yang menyelimuti dirinya. Alexa yang sekarang sangat berbeda dengan Alexa yang dulu dikenalnya. Gadis itu, kini terlihat kuat, percaya diri, dan... mengintimidasi. Bel pertanda usainya pelajaran berbunyi. Rafa segera merapikan bukunya dan berlari keluar kelas, berharap bisa menghindari Alexa. "Sial! Dia menghindariku!" gerutu Alexa kesal. Tanpa ragu, Alexa mengejar Rafa dan menarik ujung kerah belakang seragam cowok itu. "Kau mau lari kemana, hah?! Urusan kita belum selesai.", ucap Alexa dengan tegas. Rafa terkejut dan berbalik menghadap Alexa. Wajahnya pucat dan tubuhnya gemetar. "Ka-kamu mau apalagi? Aku sudah minta maaf padamu." "Ugh

    Last Updated : 2024-10-08
  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Gadis yang Mengerikan

    Rafa melangkah masuk ke kamarnya, raut wajahnya kecewa setelah percakapan dengan ayahnya tentang keinginannya untuk pindah sekolah ditolak. Hatinya gelisah, perasaan cemas terus mengusik pikirannya. Tanpa berpikir panjang, ia berjalan menuju balkon, tempat ia sering merenung. Angin malam menyapa wajahnya ketika ia berdiri di sana, memandang ke langit yang kelabu. Tiba-tiba, ingatan masa kecilnya kembali menyeruak. Teringat bagaimana ia dulu dengan ceroboh menyakiti orang-orang di sekitarnya, terutama Alexa. Dialah yang dulu sering mengganggu dan bahkan memukul Alexa. Sekarang, takdir mempertemukan mereka lagi, tetapi dengan keadaan yang berbeda. Alexa, yang dulunya lemah dan selalu menjadi korban, kini berdiri di hadapannya sebagai sosok yang lebih kuat dan tak terhentikan. Ia selalu menjadi sumber penderitaan bagi Alexa, mengejek, mengganggu, dan bahkan memukulnya. Tangisan Alexa dulu hanya dianggapnya angin lalu. Tak peduli dengan Alexa kecil memohon padanya agar tidak mengganggun

    Last Updated : 2024-10-18
  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Pertarungan Alexa

    Di klinik sekolah, Rafa terbaring di ranjang dengan wajah pucat, sementara dahinya memerah akibat lemparan bola dari Alexa. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, menambah kesan lemah di wajahnya. Di sudut ruangan, kepala sekolah berdiri dengan ekspresi tegas."Alexa, kamu harus menjaga Rafa sampai dia bangun!" ucapnya dengan nada serius, menatap Alexa yang berdiri di dekat pintu dengan sikap santai."Kenapa harus saya, Pak?" Sahut Alexa tidak setuju dengan ide kepala sekolah. Karena kamu yang membuat Rafa pingsan," tegas kepala sekolah, suaranya mengandung penekanan."Bukan salah saya! Dia yang lemah!" jawab Alexa dengan nada defensif, berusaha mempertahankan dirinya sambil menyilangkan tangan di dada, tampak kesal."Kamu ini! Pokoknya, Bapak tidak mau tahu. Kamu harus merawat dan menjaga Rafa.", ucap kepala sekolah sambil menunjuk ke wajah Alexa. "Saya nggak mau!""Kalau kamu nggak mau, Bapak akan batalkan pertandingan kamu bulan depan." Ancam kepala sekolah, nadanya penuh peneka

    Last Updated : 2024-10-19
  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Rencana Balas Dendam

    Anak buah Darko mengepung Alexa, wajah mereka dipenuhi kebencian dan tekad untuk mengalahkannya. Tanpa menunggu aba-aba, Alexa segera melancarkan serangan pertama, tinjunya melesat cepat ke arah lawan yang terdekat. Tindakan yang mendadak itu mengejutkan mereka, tetapi hanya sebentar. Dalam hitungan detik, mereka kembali menyerang, beramai-ramai mengeroyok Alexa.Pertarungan yang tidak adil itu membuat Alexa terpojok. Jumlah lawan yang jauh lebih banyak membuatnya kesulitan untuk bertahan. Pukulan keras menghantam perutnya, membuatnya meringis, dan satu lagi menghantam wajah cantiknya, membuatnya terhuyung mundur. Ia merasakan darah hangat mengalir di sudut bibirnya.Namun, Alexa bukanlah gadis yang mudah menyerah. Dia menyeka darah di bibirnya dengan punggung tangan, kemudian kembali melawan. Pukulan demi pukulan ia layangkan tanpa ampun, kakinya berputar cepat, melayangkan tendangan ke arah perut salah satu anak buah Darko yang membuatnya terjatuh. Meskipun tubuhnya mulai memar dan

    Last Updated : 2024-10-19
  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Ayo, Lawan Aku!

    “Ah, ini benar-benar menyebalkan!” Alexa menggerutu sambil melangkah cepat menuju sekolah. Rasa kesalnya memuncak—tangannya patah, memaksanya absen dari latihan taekwondo. Saat Alexa masuk ke kelas, suasana yang semula riuh mendadak sunyi. Semua mata tertuju padanya, terutama pada gips di tangannya dan memar di wajahnya. Alexa mengabaikan tatapan mereka dan langsung duduk di kursinya, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.“Bos! Apa yang terjadi?” Jodi dan Beni segera menghampiri, terlihat khawatir.Alexa hanya mendesah pelan, masih menahan rasa kesal. “Darko dan anak buahnya... mereka menyerangku kemarin malam.”, katanya, matanya menyipit seolah mengingat kejadian itu.“Dasar brengsek! Dia sudah kalah, tapi tak mengakui kekalahannya! Seharusnya kita hajar habis-habisan mereka sampai tak berani untuk melawanmu lagi, Bos.” Jodi memaki dengan marah, mengepalkan tinjunya.“Kita harus membalas mereka, Bos!” ujar Beni penuh semangat, matanya menyala-nyala dengan dorongan balas dendam.Alexa

    Last Updated : 2024-10-23
  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Pemimpin The Thunder Crew

    Di dalam kelas 11.3, suasana masih riuh meskipun bel berbunyi sebentar lagi. Siswa siswi asyik bercakap-cakap tentang berita terbaru dari dunia olahraga sekolah. Di salah satu kelompok, pembicaraan hangat terjadi. “Dia memenangkan pertandingan lagi? Gila!” seru seorang siswa dengan antusias. “Ya, dan meskipun dia sering berantem dengan siswa sekolah lain, pihak sekolah nggak bisa mengeluarkannya karena dia berprestasi.”, jawab temannya yang lain sambil terkekeh. Tiba-tiba, percakapan mereka terhenti sejenak ketika Alexa Quinn, ketua geng The Thunder Crew, memasuki kelas. Wajahnya terlihat kacau, rambutnya berantakan, seolah baru bangun tidur, namun tetap terlihat menawan. “Selamat pagi, Bos!” teriak beberapa siswa dengan nada cemas. Semua murid di kelas segera berdiri, terkesima oleh aura ketegasan yang dimiliki Alexa. “Pagi semua!” Jawab Alexa, dengan sikap santai dan sedikit senyuman, melangkah ke mejanya. Kegembiraan di wajahnya masih samar, mungkin karena euforia kemena

    Last Updated : 2024-10-06

Latest chapter

  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Ayo, Lawan Aku!

    “Ah, ini benar-benar menyebalkan!” Alexa menggerutu sambil melangkah cepat menuju sekolah. Rasa kesalnya memuncak—tangannya patah, memaksanya absen dari latihan taekwondo. Saat Alexa masuk ke kelas, suasana yang semula riuh mendadak sunyi. Semua mata tertuju padanya, terutama pada gips di tangannya dan memar di wajahnya. Alexa mengabaikan tatapan mereka dan langsung duduk di kursinya, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.“Bos! Apa yang terjadi?” Jodi dan Beni segera menghampiri, terlihat khawatir.Alexa hanya mendesah pelan, masih menahan rasa kesal. “Darko dan anak buahnya... mereka menyerangku kemarin malam.”, katanya, matanya menyipit seolah mengingat kejadian itu.“Dasar brengsek! Dia sudah kalah, tapi tak mengakui kekalahannya! Seharusnya kita hajar habis-habisan mereka sampai tak berani untuk melawanmu lagi, Bos.” Jodi memaki dengan marah, mengepalkan tinjunya.“Kita harus membalas mereka, Bos!” ujar Beni penuh semangat, matanya menyala-nyala dengan dorongan balas dendam.Alexa

  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Rencana Balas Dendam

    Anak buah Darko mengepung Alexa, wajah mereka dipenuhi kebencian dan tekad untuk mengalahkannya. Tanpa menunggu aba-aba, Alexa segera melancarkan serangan pertama, tinjunya melesat cepat ke arah lawan yang terdekat. Tindakan yang mendadak itu mengejutkan mereka, tetapi hanya sebentar. Dalam hitungan detik, mereka kembali menyerang, beramai-ramai mengeroyok Alexa.Pertarungan yang tidak adil itu membuat Alexa terpojok. Jumlah lawan yang jauh lebih banyak membuatnya kesulitan untuk bertahan. Pukulan keras menghantam perutnya, membuatnya meringis, dan satu lagi menghantam wajah cantiknya, membuatnya terhuyung mundur. Ia merasakan darah hangat mengalir di sudut bibirnya.Namun, Alexa bukanlah gadis yang mudah menyerah. Dia menyeka darah di bibirnya dengan punggung tangan, kemudian kembali melawan. Pukulan demi pukulan ia layangkan tanpa ampun, kakinya berputar cepat, melayangkan tendangan ke arah perut salah satu anak buah Darko yang membuatnya terjatuh. Meskipun tubuhnya mulai memar dan

  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Pertarungan Alexa

    Di klinik sekolah, Rafa terbaring di ranjang dengan wajah pucat, sementara dahinya memerah akibat lemparan bola dari Alexa. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, menambah kesan lemah di wajahnya. Di sudut ruangan, kepala sekolah berdiri dengan ekspresi tegas."Alexa, kamu harus menjaga Rafa sampai dia bangun!" ucapnya dengan nada serius, menatap Alexa yang berdiri di dekat pintu dengan sikap santai."Kenapa harus saya, Pak?" Sahut Alexa tidak setuju dengan ide kepala sekolah. Karena kamu yang membuat Rafa pingsan," tegas kepala sekolah, suaranya mengandung penekanan."Bukan salah saya! Dia yang lemah!" jawab Alexa dengan nada defensif, berusaha mempertahankan dirinya sambil menyilangkan tangan di dada, tampak kesal."Kamu ini! Pokoknya, Bapak tidak mau tahu. Kamu harus merawat dan menjaga Rafa.", ucap kepala sekolah sambil menunjuk ke wajah Alexa. "Saya nggak mau!""Kalau kamu nggak mau, Bapak akan batalkan pertandingan kamu bulan depan." Ancam kepala sekolah, nadanya penuh peneka

  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Gadis yang Mengerikan

    Rafa melangkah masuk ke kamarnya, raut wajahnya kecewa setelah percakapan dengan ayahnya tentang keinginannya untuk pindah sekolah ditolak. Hatinya gelisah, perasaan cemas terus mengusik pikirannya. Tanpa berpikir panjang, ia berjalan menuju balkon, tempat ia sering merenung. Angin malam menyapa wajahnya ketika ia berdiri di sana, memandang ke langit yang kelabu. Tiba-tiba, ingatan masa kecilnya kembali menyeruak. Teringat bagaimana ia dulu dengan ceroboh menyakiti orang-orang di sekitarnya, terutama Alexa. Dialah yang dulu sering mengganggu dan bahkan memukul Alexa. Sekarang, takdir mempertemukan mereka lagi, tetapi dengan keadaan yang berbeda. Alexa, yang dulunya lemah dan selalu menjadi korban, kini berdiri di hadapannya sebagai sosok yang lebih kuat dan tak terhentikan. Ia selalu menjadi sumber penderitaan bagi Alexa, mengejek, mengganggu, dan bahkan memukulnya. Tangisan Alexa dulu hanya dianggapnya angin lalu. Tak peduli dengan Alexa kecil memohon padanya agar tidak mengganggun

  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Ketua Geng The Vipers

    Tatapan Alexa tajam mengunci Rafa. Rafa yang merasakan aura intens itu menjadi gelisah dan tak fokus. Dia menghindari kontak mata dengan Alexa, namun sesekali mencuri pandang ke arah bos The Thunder itu dengan hati-hati. Degup jantung Rafa semakin kencang setiap kali tatapan mereka bertemu. Dia tak bisa menghilangkan perasaan bersalah dan takut yang menyelimuti dirinya. Alexa yang sekarang sangat berbeda dengan Alexa yang dulu dikenalnya. Gadis itu, kini terlihat kuat, percaya diri, dan... mengintimidasi. Bel pertanda usainya pelajaran berbunyi. Rafa segera merapikan bukunya dan berlari keluar kelas, berharap bisa menghindari Alexa. "Sial! Dia menghindariku!" gerutu Alexa kesal. Tanpa ragu, Alexa mengejar Rafa dan menarik ujung kerah belakang seragam cowok itu. "Kau mau lari kemana, hah?! Urusan kita belum selesai.", ucap Alexa dengan tegas. Rafa terkejut dan berbalik menghadap Alexa. Wajahnya pucat dan tubuhnya gemetar. "Ka-kamu mau apalagi? Aku sudah minta maaf padamu." "Ugh

  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Sosok yang berbeda

    Saat jam istirahat, suasana di sekitar Rafa berubah menjadi ramai. Para siswi mulai berkumpul di sekelilingnya, senyum penuh harap menghiasi wajah mereka. Dia adalah geng Tiga Mawar, Erika, Lena dan Mia. Erika, dengan nada manis, membuka percakapan, "Rafa, kamu sudah punya pacar?" Mia dengan cepat menambahkan, "Kamu suka tipe gadis seperti apa?" Sementara Lena tak sabar untuk ikut berbicara, "Beritahu nomor HP-mu, dong." Rafa yang duduk di bangkunya merasa tak nyaman. Ketakutan menyelimuti dirinya akibat semua pertanyaan dari teman-teman sekelasnya. "Aku... Aku nggak punya pacar.", jawabnya pelan, wajahnya masih menunduk, tak berani menatap orang lain. Alexa, yang merasa ada keanehan dalam diri Rafa, langsung menghampirinya. "Hei, aku ingin bicara denganmu.", ucap Alexa. Tiga Mawar segera menjauh dari Rafa. Mereka terlihat kesal, tapi tak berani melawan Alexa. Sedangkan Rafa terlihat kebingungan. "Mau... bicara apa?" Suaranya bergetar, tak yakin dengan situasi ini.

  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Ketemu Musuh Lama

    Dua kelompok geng sudah berkumpul di taman yang sepi saat malam hari, diselimuti suasana yang tegang. Di satu sisi, Alexa dan anggota The Thunder Crew berdiri tegak, siap menghadapi apa pun yang akan terjadi. Di sisi lain, pemimpin SMA 32, seorang lelaki dengan tubuh besar dan wajah yang sangar bernama Darko, membawa seluruh anggotanya untuk berhadapan dengan mereka. Saat Darko melihat Alexa, ekspresi terkejut jelas terpancar di wajahnya. Dia tidak menyangka bahwa gadis secantik dan kelihatan lemah itu adalah pemimpin geng yang selama ini ditakuti anak-anak sekolah di kota ini. Pikirannya berkelana, mengingat reputasi geng The Thunder Crew yang melampaui batas sekolah mereka, dan betapa cerobohnya dia menantang gengnya."Jadi, ini dia bos The Thunder Crew," ucapnya, penuh sinis. "Aku tidak percaya seorang gadis bisa memimpin geng. Harusnya kau lebih baik di rumah, menyiapkan makanan atau semacamnya."Alexa tidak terpengaruh oleh ejekan itu. Dia tetap berdiri dengan penuh percaya diri

  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Pemimpin The Thunder Crew

    Di dalam kelas 11.3, suasana masih riuh meskipun bel berbunyi sebentar lagi. Siswa siswi asyik bercakap-cakap tentang berita terbaru dari dunia olahraga sekolah. Di salah satu kelompok, pembicaraan hangat terjadi. “Dia memenangkan pertandingan lagi? Gila!” seru seorang siswa dengan antusias. “Ya, dan meskipun dia sering berantem dengan siswa sekolah lain, pihak sekolah nggak bisa mengeluarkannya karena dia berprestasi.”, jawab temannya yang lain sambil terkekeh. Tiba-tiba, percakapan mereka terhenti sejenak ketika Alexa Quinn, ketua geng The Thunder Crew, memasuki kelas. Wajahnya terlihat kacau, rambutnya berantakan, seolah baru bangun tidur, namun tetap terlihat menawan. “Selamat pagi, Bos!” teriak beberapa siswa dengan nada cemas. Semua murid di kelas segera berdiri, terkesima oleh aura ketegasan yang dimiliki Alexa. “Pagi semua!” Jawab Alexa, dengan sikap santai dan sedikit senyuman, melangkah ke mejanya. Kegembiraan di wajahnya masih samar, mungkin karena euforia kemena

DMCA.com Protection Status