Share

Gadis yang Mengerikan

Author: Alissandra
last update Last Updated: 2024-10-18 20:54:29

Rafa melangkah masuk ke kamarnya, raut wajahnya kecewa setelah percakapan dengan ayahnya tentang keinginannya untuk pindah sekolah ditolak. Hatinya gelisah, perasaan cemas terus mengusik pikirannya. Tanpa berpikir panjang, ia berjalan menuju balkon, tempat ia sering merenung.

Angin malam menyapa wajahnya ketika ia berdiri di sana, memandang ke langit yang kelabu. Tiba-tiba, ingatan masa kecilnya kembali menyeruak. Teringat bagaimana ia dulu dengan ceroboh menyakiti orang-orang di sekitarnya, terutama Alexa.

Dialah yang dulu sering mengganggu dan bahkan memukul Alexa. Sekarang, takdir mempertemukan mereka lagi, tetapi dengan keadaan yang berbeda. Alexa, yang dulunya lemah dan selalu menjadi korban, kini berdiri di hadapannya sebagai sosok yang lebih kuat dan tak terhentikan.

Ia selalu menjadi sumber penderitaan bagi Alexa, mengejek, mengganggu, dan bahkan memukulnya. Tangisan Alexa dulu hanya dianggapnya angin lalu. Tak peduli dengan Alexa kecil memohon padanya agar tidak mengganggunya lagi.

Rafa tidak bisa menghindari kenyataan sekarang ini, orang yang pernah ia sakiti kini berubah menjadi seseorang yang jauh lebih tangguh. Ketakutan dan rasa bersalah bercampur dalam pikirannya, menghantui setiap pandangan yang ia arahkan pada Alexa.

Sekarang, Rafa yakin bahwa Alexa takkan pernah memaafkannya. Ia bisa merasakan kemarahan dan kekecewaan yang terpendam dalam diri Alexa, yang seolah siap meledak kapan saja. Dalam hatinya, Rafa bertanya-tanya apakah ada harapan untuk ia berbaikan dengan Alexa atau akankah ia akan terjebak dalam kemarahan Alexa selama di sekolah. 

Pagi hari, Rafa bersiap-siap berangkat sekolah, ibunya menemaninya hingga sampai di gerbang sekolah. Meski Rafa tersenyum lembut, hatinya tetap tak tenang. Ia takut bertemu dengan Alexa. 

Saat mereka tiba di sekolah, Rafa keluar dari mobil diikuti oleh ibunya.

"Rafa, telepon Mama pulang sekolah ya? Jangan pulang sendiri.", ucap ibunya dengan nada khawatir, seolah ingin memastikan Rafa aman sampai di sekolah.

Mendengar itu, orang-orang di sekitar menoleh, beberapa di antaranya tersenyum meledek. Rafa merasakan wajahnya memanas, malu dengan perhatian ibunya yang berlebihan. 

"Mama, jangan bilang begitu! Rafa malu!" serunya, berusaha menahan suara agar tidak terlalu keras, tapi tetap cukup untuk membuat ibunya mengangkat alis.

"Mama cuma nggak mau kamu diganggu orang lagi. Ingat, Mama selalu ada untukmu," ucap ibunya dengan nada lembut, menekankan betapa pedulinya dia terhadap Rafa.

"Iya, iya, Rafa tahu!" Rafa menjawab, mencoba mengusir rasa malu. 

"Baiklah. Dah sayang!" Ibu Rafa melambaikan tangan dengan senyuman hangat sebelum kembali masuk ke mobil dan pergi.

Rafa berdiri di depan gerbang sekolah, merasakan campuran rasa cemas. Dengan menghela napas, ia melangkah memasuki sekolah.

Tak jauh dari gerbang sekolah, ia menyadari bahwa Alexa sudah menatapnya dari tadi. Wajahnya dingin, penuh dengan amarah yang terpendam. Ia melihat bibir Alexa bergerak, meski tak mendengar suaranya, Rafa tahu persis apa yang diucapkannya: "Dasar anak manja!"

Rafa menghindari tatapan itu, memegang erat tali tasnya seolah bisa memberi rasa aman. Ia tak ingin ada konfrontasi lagi. Namun, Alexa tidak tinggal diam. Langkah kakinya semakin dekat, dan suara gertakannya terdengar semakin keras. Ketakutan mulai menyelimuti Rafa. 

Dengan cepat, Rafa memutuskan untuk lari. Kakinya bergerak secepat mungkin, sementara bayangan Alexa dibelakang membuatnya gemetar.. 

Rafa akhirnya tiba di kelas dengan napas tersengal, merasa lega karena berhasil menjauh dari Alexa. Namun, rasa lega itu hanya sementara. Geng Tiga Mawar, tiga siswi yang selalu mengerubunginya sejak ia pindah ke sekolah ini, langsung menghampirinya begitu ia duduk.

"Hei Rafa, kamu kelihatan capek. Apa kamu habis lari maraton, ya?" Tanya Erika, pura-pura khawatir sambil menyentuh bahunya.

"Kalau capek, duduk aja di sebelahku, Rafa. Biar aku yang urut punggungmu." goda Mia. 

"Eh, jangan dengar dia, Rafa. Kamu lebih cocok duduk sama aku. Aku udah siap kasih kamu semangat buat hari ini," tambah Lena. 

Rafa hanya tersenyum canggung, merasa semakin tak nyaman dengan situasi yang dihadapinya. "Uh... makasih, tapi aku baik-baik aja," jawabnya pelan, sambil mencoba menjaga jarak dari mereka.

"Ah, jangan begitu dong, Rafa. Kita kan cuma pengen bikin kamu senang. Apalagi, kamu tuh cowok paling cute di sekolah ini," ujar Erika.

Erika nyaris berhasil mengulurkan tangannya untuk mengelap keringat di dahi Rafa ketika tiba-tiba saja Alexa muncul dari belakang, menarik kuncir rambut Erika dengan kasar.

"Argh, Brengsek! Siapa yang berani menarik rambutku?!" teriak Erika, matanya berkilat penuh amarah saat dia berbalik dan menatap Alexa.

Alexa melipat tangan di depan dada, wajahnya datar namun matanya tajam. "Aku yang narik. Masalah buatmu?" tantangnya, suaranya rendah namun penuh kekuatan.

Erika terdiam sejenak, masih terkejut. Namun, begitu matanya bertemu dengan tatapan dingin Alexa, keberaniannya seakan menguap. "A-apa sih masalahmu, Alexa? Padahal kita cuma bantuin Rafa, kok!" jawab Erika, suaranya agak gemetar.

Alexa mengangkat alis, skeptis. "Bantu? Orang seperti dia nggak perlu dibantu." Dia melirik ke arah Rafa, yang hanya bisa diam dan merasakan ketegangan di antara mereka.

Rafa, merasa terjebak di tengah situasi yang tidak nyaman, mencoba mengubah topik. "Eh, aku baik-baik saja. Kalian tidak perlu khawatir," ujarnya pada geng Tiga Mawar. 

"Tapi, Rafa, kamu kelihatan lelah," ujar Erika, kembali duduk disamping Rafa. 

"Ya, mungkin dia lelah karena harus menghindari masalah yang dia buat sendiri." Cibir Alexa, sambil berlalu.

Alexa melempar tasnya ke tempat duduk dengan gerakan yang keras, suaranya menggelegar di tengah keheningan kelas. Semua orang terdiam, menahan napas seolah merasakan aura menakutkan yang mengelilingi Alexa.

Mereka tahu betul bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk bermain atau bercanda dengan teman-teman. Tatapan tajam Alexa membuat siapa pun yang berani bergerak merasa seolah sedang berjalan di atas pecahan kaca.

Ketika pelajaran Olahraga dimulai, kelas 11.3 berada di lapangan basket. Guru olahraga, berdiri di tengah lapangan dengan nada tegas.

"Baik, semua! Hari ini kita akan bermain dodgeball!" serunya, menarik perhatian semua siswa. "Kita bagi menjadi dua kelompok, dan yang kena bola akan keluar dari permainan. Siap?"

Beberapa siswa berteriak penuh semangat, sementara yang lain terlihat cemas. Guru olahraga membagi siswa menjadi dua kelompok, suasana di lapangan basket semakin memanas. Siswa-siswa bersemangat, bersiap untuk bermain dodgeball. Beberapa di antara mereka berdiskusi tentang strategi dan saling menantang.

"Ayo, kita pasti bisa menang!" seru Jodi, semangat menggenggam bola yang baru saja dia ambil. "Siapa yang mau maju dulu?"

Namun, di sudut lapangan, Alexa berdiri dengan wajah datar, memandang sekeliling dengan ekspresi bosan. Baginya, permainan seperti ini hanya membuang-buang tenaga dan waktu. "Kenapa sih mereka bersemangat banget? gumamnya dalam hati.

"Baiklah, semua! Ayo mulai semuanya, bersiap? Satu, dua, tiga!" teriak guru olahraga dengan semangat.

"Mulai!" sorak siswa-siswa, antusias menunggu peluitnya berbunyi.

Bola-bola mulai dilemparkan ke tengah lapangan, dan siswa-siswa berlarian ke berbagai arah, berusaha menghindari lemparan sambil merebut bola yang jatuh.

"Awas, Jodi!" teriak Beni, melompat untuk menghindari bola yang meluncur cepat ke arahnya.

"Nggak ada yang bisa mengenaiku!" jawab Jodi dengan percaya diri sambil berlari, berusaha menghindari serangan dari tim lawan.

Tanpa disadari bola mengarah ke Alexa yang berdiri di sudut garis. Dengan sigap ia menangkap bola. Semua orang terdiam, dan suasana menjadi mencekam. Ketegangan menyelimuti lapangan, dan beberapa siswa tampak takut akan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Alexa tersenyum bangga dengan refleksnya tapi bagi orang lain senyumnya terlihat mengerikan seolah menandakan bahwa dia sedang merencanakan sesuatu.

"Waduh, Alexa dapat bolanya!" seru salah satu siswa, nada suaranya mencerminkan kekhawatiran.

"Bagaimana ini? Aku takut kena lemparan Alexa.", gumam temannya yang lain, wajahnya pucat.

"Tahun kemarin, ketua kelas kita pingsan gara-gara dia!" lanjut mereka, mengingat kembali kejadian itu. 

Semua mata tertuju pada Alexa saat dia bersiap melempar bola. Dengan ketepatan dan tenaga yang mengerikan, dia melempar bola itu dan... Bukk! 

Rafa tidak sempat menghindar. Bola mengenai wajahnya. 

"Tidak!" teriak beberapa siswa bersamaan, tetapi sudah terlambat.

"Ugh!" suara teredam Rafa, yang langsung merasa pusing. Ia terhuyung sejenak sebelum akhirnya jatuh pingsan.

Suasana menjadi hening sejenak, semua orang terkejut dan tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

"Rafa!" seru beberapa siswa, panik berlari ke arahnya.

"Rasain" Gumam Alexa.

Related chapters

  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Pertarungan Alexa

    Di klinik sekolah, Rafa terbaring di ranjang dengan wajah pucat, sementara dahinya memerah akibat lemparan bola dari Alexa. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, menambah kesan lemah di wajahnya. Di sudut ruangan, kepala sekolah berdiri dengan ekspresi tegas."Alexa, kamu harus menjaga Rafa sampai dia bangun!" ucapnya dengan nada serius, menatap Alexa yang berdiri di dekat pintu dengan sikap santai."Kenapa harus saya, Pak?" Sahut Alexa tidak setuju dengan ide kepala sekolah. Karena kamu yang membuat Rafa pingsan," tegas kepala sekolah, suaranya mengandung penekanan."Bukan salah saya! Dia yang lemah!" jawab Alexa dengan nada defensif, berusaha mempertahankan dirinya sambil menyilangkan tangan di dada, tampak kesal."Kamu ini! Pokoknya, Bapak tidak mau tahu. Kamu harus merawat dan menjaga Rafa.", ucap kepala sekolah sambil menunjuk ke wajah Alexa. "Saya nggak mau!""Kalau kamu nggak mau, Bapak akan batalkan pertandingan kamu bulan depan." Ancam kepala sekolah, nadanya penuh peneka

    Last Updated : 2024-10-19
  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Rencana Balas Dendam

    Anak buah Darko mengepung Alexa, wajah mereka dipenuhi kebencian dan tekad untuk mengalahkannya. Tanpa menunggu aba-aba, Alexa segera melancarkan serangan pertama, tinjunya melesat cepat ke arah lawan yang terdekat. Tindakan yang mendadak itu mengejutkan mereka, tetapi hanya sebentar. Dalam hitungan detik, mereka kembali menyerang, beramai-ramai mengeroyok Alexa.Pertarungan yang tidak adil itu membuat Alexa terpojok. Jumlah lawan yang jauh lebih banyak membuatnya kesulitan untuk bertahan. Pukulan keras menghantam perutnya, membuatnya meringis, dan satu lagi menghantam wajah cantiknya, membuatnya terhuyung mundur. Ia merasakan darah hangat mengalir di sudut bibirnya.Namun, Alexa bukanlah gadis yang mudah menyerah. Dia menyeka darah di bibirnya dengan punggung tangan, kemudian kembali melawan. Pukulan demi pukulan ia layangkan tanpa ampun, kakinya berputar cepat, melayangkan tendangan ke arah perut salah satu anak buah Darko yang membuatnya terjatuh. Meskipun tubuhnya mulai memar dan

    Last Updated : 2024-10-19
  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Ayo, Lawan Aku!

    “Ah, ini benar-benar menyebalkan!” Alexa menggerutu sambil melangkah cepat menuju sekolah. Rasa kesalnya memuncak—tangannya patah, memaksanya absen dari latihan taekwondo. Saat Alexa masuk ke kelas, suasana yang semula riuh mendadak sunyi. Semua mata tertuju padanya, terutama pada gips di tangannya dan memar di wajahnya. Alexa mengabaikan tatapan mereka dan langsung duduk di kursinya, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.“Bos! Apa yang terjadi?” Jodi dan Beni segera menghampiri, terlihat khawatir.Alexa hanya mendesah pelan, masih menahan rasa kesal. “Darko dan anak buahnya... mereka menyerangku kemarin malam.”, katanya, matanya menyipit seolah mengingat kejadian itu.“Dasar brengsek! Dia sudah kalah, tapi tak mengakui kekalahannya! Seharusnya kita hajar habis-habisan mereka sampai tak berani untuk melawanmu lagi, Bos.” Jodi memaki dengan marah, mengepalkan tinjunya.“Kita harus membalas mereka, Bos!” ujar Beni penuh semangat, matanya menyala-nyala dengan dorongan balas dendam.Alexa

    Last Updated : 2024-10-23
  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Pemimpin The Thunder Crew

    Di dalam kelas 11.3, suasana masih riuh meskipun bel berbunyi sebentar lagi. Siswa siswi asyik bercakap-cakap tentang berita terbaru dari dunia olahraga sekolah. Di salah satu kelompok, pembicaraan hangat terjadi. “Dia memenangkan pertandingan lagi? Gila!” seru seorang siswa dengan antusias. “Ya, dan meskipun dia sering berantem dengan siswa sekolah lain, pihak sekolah nggak bisa mengeluarkannya karena dia berprestasi.”, jawab temannya yang lain sambil terkekeh. Tiba-tiba, percakapan mereka terhenti sejenak ketika Alexa Quinn, ketua geng The Thunder Crew, memasuki kelas. Wajahnya terlihat kacau, rambutnya berantakan, seolah baru bangun tidur, namun tetap terlihat menawan. “Selamat pagi, Bos!” teriak beberapa siswa dengan nada cemas. Semua murid di kelas segera berdiri, terkesima oleh aura ketegasan yang dimiliki Alexa. “Pagi semua!” Jawab Alexa, dengan sikap santai dan sedikit senyuman, melangkah ke mejanya. Kegembiraan di wajahnya masih samar, mungkin karena euforia kemena

    Last Updated : 2024-10-06
  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Ketemu Musuh Lama

    Dua kelompok geng sudah berkumpul di taman yang sepi saat malam hari, diselimuti suasana yang tegang. Di satu sisi, Alexa dan anggota The Thunder Crew berdiri tegak, siap menghadapi apa pun yang akan terjadi. Di sisi lain, pemimpin SMA 32, seorang lelaki dengan tubuh besar dan wajah yang sangar bernama Darko, membawa seluruh anggotanya untuk berhadapan dengan mereka. Saat Darko melihat Alexa, ekspresi terkejut jelas terpancar di wajahnya. Dia tidak menyangka bahwa gadis secantik dan kelihatan lemah itu adalah pemimpin geng yang selama ini ditakuti anak-anak sekolah di kota ini. Pikirannya berkelana, mengingat reputasi geng The Thunder Crew yang melampaui batas sekolah mereka, dan betapa cerobohnya dia menantang gengnya."Jadi, ini dia bos The Thunder Crew," ucapnya, penuh sinis. "Aku tidak percaya seorang gadis bisa memimpin geng. Harusnya kau lebih baik di rumah, menyiapkan makanan atau semacamnya."Alexa tidak terpengaruh oleh ejekan itu. Dia tetap berdiri dengan penuh percaya diri

    Last Updated : 2024-10-07
  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Sosok yang berbeda

    Saat jam istirahat, suasana di sekitar Rafa berubah menjadi ramai. Para siswi mulai berkumpul di sekelilingnya, senyum penuh harap menghiasi wajah mereka. Dia adalah geng Tiga Mawar, Erika, Lena dan Mia. Erika, dengan nada manis, membuka percakapan, "Rafa, kamu sudah punya pacar?" Mia dengan cepat menambahkan, "Kamu suka tipe gadis seperti apa?" Sementara Lena tak sabar untuk ikut berbicara, "Beritahu nomor HP-mu, dong." Rafa yang duduk di bangkunya merasa tak nyaman. Ketakutan menyelimuti dirinya akibat semua pertanyaan dari teman-teman sekelasnya. "Aku... Aku nggak punya pacar.", jawabnya pelan, wajahnya masih menunduk, tak berani menatap orang lain. Alexa, yang merasa ada keanehan dalam diri Rafa, langsung menghampirinya. "Hei, aku ingin bicara denganmu.", ucap Alexa. Tiga Mawar segera menjauh dari Rafa. Mereka terlihat kesal, tapi tak berani melawan Alexa. Sedangkan Rafa terlihat kebingungan. "Mau... bicara apa?" Suaranya bergetar, tak yakin dengan situasi ini.

    Last Updated : 2024-10-07
  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Ketua Geng The Vipers

    Tatapan Alexa tajam mengunci Rafa. Rafa yang merasakan aura intens itu menjadi gelisah dan tak fokus. Dia menghindari kontak mata dengan Alexa, namun sesekali mencuri pandang ke arah bos The Thunder itu dengan hati-hati. Degup jantung Rafa semakin kencang setiap kali tatapan mereka bertemu. Dia tak bisa menghilangkan perasaan bersalah dan takut yang menyelimuti dirinya. Alexa yang sekarang sangat berbeda dengan Alexa yang dulu dikenalnya. Gadis itu, kini terlihat kuat, percaya diri, dan... mengintimidasi. Bel pertanda usainya pelajaran berbunyi. Rafa segera merapikan bukunya dan berlari keluar kelas, berharap bisa menghindari Alexa. "Sial! Dia menghindariku!" gerutu Alexa kesal. Tanpa ragu, Alexa mengejar Rafa dan menarik ujung kerah belakang seragam cowok itu. "Kau mau lari kemana, hah?! Urusan kita belum selesai.", ucap Alexa dengan tegas. Rafa terkejut dan berbalik menghadap Alexa. Wajahnya pucat dan tubuhnya gemetar. "Ka-kamu mau apalagi? Aku sudah minta maaf padamu." "Ugh

    Last Updated : 2024-10-08

Latest chapter

  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Ayo, Lawan Aku!

    “Ah, ini benar-benar menyebalkan!” Alexa menggerutu sambil melangkah cepat menuju sekolah. Rasa kesalnya memuncak—tangannya patah, memaksanya absen dari latihan taekwondo. Saat Alexa masuk ke kelas, suasana yang semula riuh mendadak sunyi. Semua mata tertuju padanya, terutama pada gips di tangannya dan memar di wajahnya. Alexa mengabaikan tatapan mereka dan langsung duduk di kursinya, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.“Bos! Apa yang terjadi?” Jodi dan Beni segera menghampiri, terlihat khawatir.Alexa hanya mendesah pelan, masih menahan rasa kesal. “Darko dan anak buahnya... mereka menyerangku kemarin malam.”, katanya, matanya menyipit seolah mengingat kejadian itu.“Dasar brengsek! Dia sudah kalah, tapi tak mengakui kekalahannya! Seharusnya kita hajar habis-habisan mereka sampai tak berani untuk melawanmu lagi, Bos.” Jodi memaki dengan marah, mengepalkan tinjunya.“Kita harus membalas mereka, Bos!” ujar Beni penuh semangat, matanya menyala-nyala dengan dorongan balas dendam.Alexa

  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Rencana Balas Dendam

    Anak buah Darko mengepung Alexa, wajah mereka dipenuhi kebencian dan tekad untuk mengalahkannya. Tanpa menunggu aba-aba, Alexa segera melancarkan serangan pertama, tinjunya melesat cepat ke arah lawan yang terdekat. Tindakan yang mendadak itu mengejutkan mereka, tetapi hanya sebentar. Dalam hitungan detik, mereka kembali menyerang, beramai-ramai mengeroyok Alexa.Pertarungan yang tidak adil itu membuat Alexa terpojok. Jumlah lawan yang jauh lebih banyak membuatnya kesulitan untuk bertahan. Pukulan keras menghantam perutnya, membuatnya meringis, dan satu lagi menghantam wajah cantiknya, membuatnya terhuyung mundur. Ia merasakan darah hangat mengalir di sudut bibirnya.Namun, Alexa bukanlah gadis yang mudah menyerah. Dia menyeka darah di bibirnya dengan punggung tangan, kemudian kembali melawan. Pukulan demi pukulan ia layangkan tanpa ampun, kakinya berputar cepat, melayangkan tendangan ke arah perut salah satu anak buah Darko yang membuatnya terjatuh. Meskipun tubuhnya mulai memar dan

  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Pertarungan Alexa

    Di klinik sekolah, Rafa terbaring di ranjang dengan wajah pucat, sementara dahinya memerah akibat lemparan bola dari Alexa. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, menambah kesan lemah di wajahnya. Di sudut ruangan, kepala sekolah berdiri dengan ekspresi tegas."Alexa, kamu harus menjaga Rafa sampai dia bangun!" ucapnya dengan nada serius, menatap Alexa yang berdiri di dekat pintu dengan sikap santai."Kenapa harus saya, Pak?" Sahut Alexa tidak setuju dengan ide kepala sekolah. Karena kamu yang membuat Rafa pingsan," tegas kepala sekolah, suaranya mengandung penekanan."Bukan salah saya! Dia yang lemah!" jawab Alexa dengan nada defensif, berusaha mempertahankan dirinya sambil menyilangkan tangan di dada, tampak kesal."Kamu ini! Pokoknya, Bapak tidak mau tahu. Kamu harus merawat dan menjaga Rafa.", ucap kepala sekolah sambil menunjuk ke wajah Alexa. "Saya nggak mau!""Kalau kamu nggak mau, Bapak akan batalkan pertandingan kamu bulan depan." Ancam kepala sekolah, nadanya penuh peneka

  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Gadis yang Mengerikan

    Rafa melangkah masuk ke kamarnya, raut wajahnya kecewa setelah percakapan dengan ayahnya tentang keinginannya untuk pindah sekolah ditolak. Hatinya gelisah, perasaan cemas terus mengusik pikirannya. Tanpa berpikir panjang, ia berjalan menuju balkon, tempat ia sering merenung. Angin malam menyapa wajahnya ketika ia berdiri di sana, memandang ke langit yang kelabu. Tiba-tiba, ingatan masa kecilnya kembali menyeruak. Teringat bagaimana ia dulu dengan ceroboh menyakiti orang-orang di sekitarnya, terutama Alexa. Dialah yang dulu sering mengganggu dan bahkan memukul Alexa. Sekarang, takdir mempertemukan mereka lagi, tetapi dengan keadaan yang berbeda. Alexa, yang dulunya lemah dan selalu menjadi korban, kini berdiri di hadapannya sebagai sosok yang lebih kuat dan tak terhentikan. Ia selalu menjadi sumber penderitaan bagi Alexa, mengejek, mengganggu, dan bahkan memukulnya. Tangisan Alexa dulu hanya dianggapnya angin lalu. Tak peduli dengan Alexa kecil memohon padanya agar tidak mengganggun

  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Ketua Geng The Vipers

    Tatapan Alexa tajam mengunci Rafa. Rafa yang merasakan aura intens itu menjadi gelisah dan tak fokus. Dia menghindari kontak mata dengan Alexa, namun sesekali mencuri pandang ke arah bos The Thunder itu dengan hati-hati. Degup jantung Rafa semakin kencang setiap kali tatapan mereka bertemu. Dia tak bisa menghilangkan perasaan bersalah dan takut yang menyelimuti dirinya. Alexa yang sekarang sangat berbeda dengan Alexa yang dulu dikenalnya. Gadis itu, kini terlihat kuat, percaya diri, dan... mengintimidasi. Bel pertanda usainya pelajaran berbunyi. Rafa segera merapikan bukunya dan berlari keluar kelas, berharap bisa menghindari Alexa. "Sial! Dia menghindariku!" gerutu Alexa kesal. Tanpa ragu, Alexa mengejar Rafa dan menarik ujung kerah belakang seragam cowok itu. "Kau mau lari kemana, hah?! Urusan kita belum selesai.", ucap Alexa dengan tegas. Rafa terkejut dan berbalik menghadap Alexa. Wajahnya pucat dan tubuhnya gemetar. "Ka-kamu mau apalagi? Aku sudah minta maaf padamu." "Ugh

  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Sosok yang berbeda

    Saat jam istirahat, suasana di sekitar Rafa berubah menjadi ramai. Para siswi mulai berkumpul di sekelilingnya, senyum penuh harap menghiasi wajah mereka. Dia adalah geng Tiga Mawar, Erika, Lena dan Mia. Erika, dengan nada manis, membuka percakapan, "Rafa, kamu sudah punya pacar?" Mia dengan cepat menambahkan, "Kamu suka tipe gadis seperti apa?" Sementara Lena tak sabar untuk ikut berbicara, "Beritahu nomor HP-mu, dong." Rafa yang duduk di bangkunya merasa tak nyaman. Ketakutan menyelimuti dirinya akibat semua pertanyaan dari teman-teman sekelasnya. "Aku... Aku nggak punya pacar.", jawabnya pelan, wajahnya masih menunduk, tak berani menatap orang lain. Alexa, yang merasa ada keanehan dalam diri Rafa, langsung menghampirinya. "Hei, aku ingin bicara denganmu.", ucap Alexa. Tiga Mawar segera menjauh dari Rafa. Mereka terlihat kesal, tapi tak berani melawan Alexa. Sedangkan Rafa terlihat kebingungan. "Mau... bicara apa?" Suaranya bergetar, tak yakin dengan situasi ini.

  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Ketemu Musuh Lama

    Dua kelompok geng sudah berkumpul di taman yang sepi saat malam hari, diselimuti suasana yang tegang. Di satu sisi, Alexa dan anggota The Thunder Crew berdiri tegak, siap menghadapi apa pun yang akan terjadi. Di sisi lain, pemimpin SMA 32, seorang lelaki dengan tubuh besar dan wajah yang sangar bernama Darko, membawa seluruh anggotanya untuk berhadapan dengan mereka. Saat Darko melihat Alexa, ekspresi terkejut jelas terpancar di wajahnya. Dia tidak menyangka bahwa gadis secantik dan kelihatan lemah itu adalah pemimpin geng yang selama ini ditakuti anak-anak sekolah di kota ini. Pikirannya berkelana, mengingat reputasi geng The Thunder Crew yang melampaui batas sekolah mereka, dan betapa cerobohnya dia menantang gengnya."Jadi, ini dia bos The Thunder Crew," ucapnya, penuh sinis. "Aku tidak percaya seorang gadis bisa memimpin geng. Harusnya kau lebih baik di rumah, menyiapkan makanan atau semacamnya."Alexa tidak terpengaruh oleh ejekan itu. Dia tetap berdiri dengan penuh percaya diri

  • Ketua Geng VS Mantan Musuh   Pemimpin The Thunder Crew

    Di dalam kelas 11.3, suasana masih riuh meskipun bel berbunyi sebentar lagi. Siswa siswi asyik bercakap-cakap tentang berita terbaru dari dunia olahraga sekolah. Di salah satu kelompok, pembicaraan hangat terjadi. “Dia memenangkan pertandingan lagi? Gila!” seru seorang siswa dengan antusias. “Ya, dan meskipun dia sering berantem dengan siswa sekolah lain, pihak sekolah nggak bisa mengeluarkannya karena dia berprestasi.”, jawab temannya yang lain sambil terkekeh. Tiba-tiba, percakapan mereka terhenti sejenak ketika Alexa Quinn, ketua geng The Thunder Crew, memasuki kelas. Wajahnya terlihat kacau, rambutnya berantakan, seolah baru bangun tidur, namun tetap terlihat menawan. “Selamat pagi, Bos!” teriak beberapa siswa dengan nada cemas. Semua murid di kelas segera berdiri, terkesima oleh aura ketegasan yang dimiliki Alexa. “Pagi semua!” Jawab Alexa, dengan sikap santai dan sedikit senyuman, melangkah ke mejanya. Kegembiraan di wajahnya masih samar, mungkin karena euforia kemena

DMCA.com Protection Status