Chapter: Perasaan yang Sebenarnya“Apa maksudmu, Revan? Jelaskan padaku,” tanyaku sangat penasaran, suaraku terdengar lebih lembut dari yang kuharapkan, meskipun di dalam hatiku ada gelombang emosi yang siap meledak. Revan menghela napas, seperti menyiapkan diri untuk sebuah pengakuan yang berat. “Pernikahan kita lebih dari sekedar perjodohan. Aku tak tahu pasti alasannya, tapi ada lebih banyak hal yang tersembunyi di balik ini semua. Dan aku... aku tidak punya pilihan lain.” Aku terdiam, menunggu kata-kata berikutnya. Setiap detik yang berlalu terasa seperti selamanya, sampai akhirnya dia melanjutkan. “Ayahku memberikan ultimatum—menikah denganmu atau dia akan menyakiti Nadira. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi.” “Nggak mungkin Om Roy melakukan hal itu. Ayahmu nggak kelihatan seperti orang jahat.”, ujarku. Revan tersenyum tipis, senyum pahit yang hanya menambah kebingunganku. “Ayahku memang pintar menyembunyikan sisi gelapnya, Alya. Dia terlihat ramah, penuh karisma di depan orang-orang. Tapi di balik semua
Last Updated: 2024-10-22
Chapter: Kepingan MisteriSudah tiga malam berlalu, dan Revan belum juga pulang ke rumah. Tidak ada kabar, tidak ada pesan. Kecemasan menggerogoti pikiranku setiap saat. Aku tahu hubungan kami tidak pernah berjalan mulus, pernikahan ini pun bukan karena cinta. Tetapi tetap saja, aku tidak bisa mengabaikan fakta bahwa dia menghilang begitu saja. Dua hari ini, aku menahan diri untuk tidak menghubungi keluarganya. Meski ada dorongan kuat untuk melakukannya, aku tahu ini adalah masalah antara aku dan Revan. Campur tangan keluarga hanya akan memperkeruh keadaan.Langit malam di luar apartemen semakin gelap, seolah mencerminkan suasana hatiku yang penuh keraguan dan pertanyaan. Aku duduk di pinggir tempat tidur, menatap kosong ke arah jendela yang memantulkan bayanganku. Ke mana Revan? Kenapa dia tidak memberi kabar sedikit pun?Tiba-tiba, suara pintu depan yang terbuka memecah keheningan. Aku langsung berdiri, hati berdebar-debar. Revan? Dengan langkah cepat, aku keluar dari kamar dan mendapati Revan masuk dengan t
Last Updated: 2024-10-18
Chapter: Kebohongan yang Semakin RumitPanik menyelimuti pikiranku. Revan melihatnya! Aku harus segera bertindak sebelum situasi semakin buruk. Tanpa berpikir panjang, aku menarik tangan Rakha keluar dari kantin, berharap bisa menjauh dari kerumunan yang terus berbisik di belakang kami."Apa yang kamu lakukan?" tanyaku dengan nada mendesak begitu kami sampai di luar. "Kita nggak pacaran, Rakha. Kenapa kamu bilang begitu?"Rakha menatapku dengan ekspresi tenang, meski aku tahu dia menyadari kegelisahanku. "Setidaknya mereka diam dan nggak mengganggumu lagi," jawabnya sambil mengangkat bahu seolah-olah yang baru saja terjadi bukan hal besar.Aku terdiam sejenak, mencoba mencerna logikanya. Memang benar, dengan pengakuannya tadi, semua spekulasi dan gosip di kantin mungkin akan berhenti. Tapi ini bukan solusi yang kuinginkan. "Tapi, ini bukan caranya," kataku pelan. "Kamu tahu kalau ini bisa membuat semuanya lebih rumit, kan? Aku nggak mau buat orang lain salah paham."Rakha menghela napas dan menatapku dengan tatapan serius
Last Updated: 2024-10-17
Chapter: Kehebohan yang Terjadi"Kenapa dia menciumku?" Pertanyaan itu terus berputar-putar di kepalaku, mengganggu pikiranku sejak kemarin. Rasanya semua terjadi begitu cepat, dan sekarang aku tak bisa menghilangkan sensasi ciuman itu dari pikiranku. Namun, setelah kejadian itu, Revan seperti menghindariku. Dia tidak mengucapkan apa-apa setelah menciumku. Bahkan pagi ini, ketika aku bangun, dia sudah pergi. Tidak ada pesan, tidak ada jejak. Aku menghela napas, perasaan canggung dan kebingungan bercampur menjadi satu. Apa dia menyesal? Atau dia hanya tidak tahu bagaimana harus bersikap setelah itu? Mungkin... mungkin aku yang terlalu memikirkan hal ini. Aku hampir jatuh karena tersandung, tapi sebelum tubuhku benar-benar menyentuh lantai, sebuah tangan kuat menarikku dengan cepat. "Hati-hati dong, Al!" Suara itu terdengar akrab. Aku menoleh dan melihat Rakha, tersenyum seperti biasanya. Dia berdiri di depanku, masih memegang lenganku dengan ringan, memastikan aku benar-benar seimbang. "Rakha?" tanyaku, masih se
Last Updated: 2024-10-16
Chapter: First KissDi dalam mobil, suasana terasa canggung. Revan diam, fokus pada jalan di depannya, sementara aku hanya menatap keluar jendela, melihat lampu-lampu kota yang berpendar di malam hari. Angin malam yang sejuk masuk melalui celah jendela, membuatku sedikit menggigil. Aku mencuri pandang ke arah Revan yang sesekali mengetukkan jarinya pada setir, seperti menahan diri untuk tidak memulai percakapan. Namun, meski kami saling diam, ada sesuatu yang menggantung di antara kami, sebuah pertanyaan yang tak terucap, atau mungkin suasana aneh yang mulai terasa sejak tadi di rumah ibuku. Aku menarik napas pelan, mencoba mencari kata-kata untuk memecah kesunyian. Tapi, apa yang harus aku katakan? Pikiran tentang 'tidur bersama yang tidak biasa' terus berputar di kepalaku. Semua ini gara-gara ibu. Ngapain coba, bicara tentang hal ‘itu’? Aku sendiri bahkan belum pernah berciuman dengan cowok, apalagi memikirkan yang lebih jauh dari itu. Malu rasanya setiap kali ingat wajah Revan yang tiba-tiba memerah
Last Updated: 2024-10-15
Chapter: Fakta Teman BaruBel sekolah baru saja berdering, aku dan Seira berjalan keluar gerbang, meninggalkan segala keributan di belakang kami. Langit sore sudah mulai merona, tapi aku merasa seolah ada awan gelap yang terus menggantung di atas kepalaku. Suasana sore itu harusnya tenang, tapi tidak buat ku. Seira melirik ke arahku, jelas dia tahu ada yang tidak beres. "Masih kepikiran soal Cindy, ya?" Seira bertanya pelan, nadanya penuh simpati. Aku mengangguk, berat rasanya buat ngomong. "Iya. Rasanya semua orang ngeliatin aku kayak aku habis ngelakuin sesuatu yang salah." Seira mendesah, kelihatan dia juga bingung harus bagaimana bantu aku. "Padahal jelas-jelas itu nggak benar." Kami terus berjalan ke parkiran, dan saat itu aku melihat Rakha berdiri di samping motornya. Dia menatap kami dengan wajah yang lebih serius dari biasanya. Ada yang aneh dari tatapannya, dan aku bisa ngerasain sesuatu yang buruk akan segera terungkap. "Alya, kita perlu bicara sesuatu," ucap Rakha, suaranya terdengar lebih seriu
Last Updated: 2024-10-13
Chapter: Ayo, Lawan Aku!“Ah, ini benar-benar menyebalkan!” Alexa menggerutu sambil melangkah cepat menuju sekolah. Rasa kesalnya memuncak—tangannya patah, memaksanya absen dari latihan taekwondo. Saat Alexa masuk ke kelas, suasana yang semula riuh mendadak sunyi. Semua mata tertuju padanya, terutama pada gips di tangannya dan memar di wajahnya. Alexa mengabaikan tatapan mereka dan langsung duduk di kursinya, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.“Bos! Apa yang terjadi?” Jodi dan Beni segera menghampiri, terlihat khawatir.Alexa hanya mendesah pelan, masih menahan rasa kesal. “Darko dan anak buahnya... mereka menyerangku kemarin malam.”, katanya, matanya menyipit seolah mengingat kejadian itu.“Dasar brengsek! Dia sudah kalah, tapi tak mengakui kekalahannya! Seharusnya kita hajar habis-habisan mereka sampai tak berani untuk melawanmu lagi, Bos.” Jodi memaki dengan marah, mengepalkan tinjunya.“Kita harus membalas mereka, Bos!” ujar Beni penuh semangat, matanya menyala-nyala dengan dorongan balas dendam.Alexa
Last Updated: 2024-10-23
Chapter: Rencana Balas DendamAnak buah Darko mengepung Alexa, wajah mereka dipenuhi kebencian dan tekad untuk mengalahkannya. Tanpa menunggu aba-aba, Alexa segera melancarkan serangan pertama, tinjunya melesat cepat ke arah lawan yang terdekat. Tindakan yang mendadak itu mengejutkan mereka, tetapi hanya sebentar. Dalam hitungan detik, mereka kembali menyerang, beramai-ramai mengeroyok Alexa.Pertarungan yang tidak adil itu membuat Alexa terpojok. Jumlah lawan yang jauh lebih banyak membuatnya kesulitan untuk bertahan. Pukulan keras menghantam perutnya, membuatnya meringis, dan satu lagi menghantam wajah cantiknya, membuatnya terhuyung mundur. Ia merasakan darah hangat mengalir di sudut bibirnya.Namun, Alexa bukanlah gadis yang mudah menyerah. Dia menyeka darah di bibirnya dengan punggung tangan, kemudian kembali melawan. Pukulan demi pukulan ia layangkan tanpa ampun, kakinya berputar cepat, melayangkan tendangan ke arah perut salah satu anak buah Darko yang membuatnya terjatuh. Meskipun tubuhnya mulai memar dan
Last Updated: 2024-10-19
Chapter: Pertarungan AlexaDi klinik sekolah, Rafa terbaring di ranjang dengan wajah pucat, sementara dahinya memerah akibat lemparan bola dari Alexa. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, menambah kesan lemah di wajahnya. Di sudut ruangan, kepala sekolah berdiri dengan ekspresi tegas."Alexa, kamu harus menjaga Rafa sampai dia bangun!" ucapnya dengan nada serius, menatap Alexa yang berdiri di dekat pintu dengan sikap santai."Kenapa harus saya, Pak?" Sahut Alexa tidak setuju dengan ide kepala sekolah. Karena kamu yang membuat Rafa pingsan," tegas kepala sekolah, suaranya mengandung penekanan."Bukan salah saya! Dia yang lemah!" jawab Alexa dengan nada defensif, berusaha mempertahankan dirinya sambil menyilangkan tangan di dada, tampak kesal."Kamu ini! Pokoknya, Bapak tidak mau tahu. Kamu harus merawat dan menjaga Rafa.", ucap kepala sekolah sambil menunjuk ke wajah Alexa. "Saya nggak mau!""Kalau kamu nggak mau, Bapak akan batalkan pertandingan kamu bulan depan." Ancam kepala sekolah, nadanya penuh peneka
Last Updated: 2024-10-19
Chapter: Gadis yang MengerikanRafa melangkah masuk ke kamarnya, raut wajahnya kecewa setelah percakapan dengan ayahnya tentang keinginannya untuk pindah sekolah ditolak. Hatinya gelisah, perasaan cemas terus mengusik pikirannya. Tanpa berpikir panjang, ia berjalan menuju balkon, tempat ia sering merenung. Angin malam menyapa wajahnya ketika ia berdiri di sana, memandang ke langit yang kelabu. Tiba-tiba, ingatan masa kecilnya kembali menyeruak. Teringat bagaimana ia dulu dengan ceroboh menyakiti orang-orang di sekitarnya, terutama Alexa. Dialah yang dulu sering mengganggu dan bahkan memukul Alexa. Sekarang, takdir mempertemukan mereka lagi, tetapi dengan keadaan yang berbeda. Alexa, yang dulunya lemah dan selalu menjadi korban, kini berdiri di hadapannya sebagai sosok yang lebih kuat dan tak terhentikan. Ia selalu menjadi sumber penderitaan bagi Alexa, mengejek, mengganggu, dan bahkan memukulnya. Tangisan Alexa dulu hanya dianggapnya angin lalu. Tak peduli dengan Alexa kecil memohon padanya agar tidak mengganggun
Last Updated: 2024-10-18
Chapter: Ketua Geng The VipersTatapan Alexa tajam mengunci Rafa. Rafa yang merasakan aura intens itu menjadi gelisah dan tak fokus. Dia menghindari kontak mata dengan Alexa, namun sesekali mencuri pandang ke arah bos The Thunder itu dengan hati-hati. Degup jantung Rafa semakin kencang setiap kali tatapan mereka bertemu. Dia tak bisa menghilangkan perasaan bersalah dan takut yang menyelimuti dirinya. Alexa yang sekarang sangat berbeda dengan Alexa yang dulu dikenalnya. Gadis itu, kini terlihat kuat, percaya diri, dan... mengintimidasi. Bel pertanda usainya pelajaran berbunyi. Rafa segera merapikan bukunya dan berlari keluar kelas, berharap bisa menghindari Alexa. "Sial! Dia menghindariku!" gerutu Alexa kesal. Tanpa ragu, Alexa mengejar Rafa dan menarik ujung kerah belakang seragam cowok itu. "Kau mau lari kemana, hah?! Urusan kita belum selesai.", ucap Alexa dengan tegas. Rafa terkejut dan berbalik menghadap Alexa. Wajahnya pucat dan tubuhnya gemetar. "Ka-kamu mau apalagi? Aku sudah minta maaf padamu." "Ugh
Last Updated: 2024-10-08
Chapter: Sosok yang berbedaSaat jam istirahat, suasana di sekitar Rafa berubah menjadi ramai. Para siswi mulai berkumpul di sekelilingnya, senyum penuh harap menghiasi wajah mereka. Dia adalah geng Tiga Mawar, Erika, Lena dan Mia. Erika, dengan nada manis, membuka percakapan, "Rafa, kamu sudah punya pacar?" Mia dengan cepat menambahkan, "Kamu suka tipe gadis seperti apa?" Sementara Lena tak sabar untuk ikut berbicara, "Beritahu nomor HP-mu, dong." Rafa yang duduk di bangkunya merasa tak nyaman. Ketakutan menyelimuti dirinya akibat semua pertanyaan dari teman-teman sekelasnya. "Aku... Aku nggak punya pacar.", jawabnya pelan, wajahnya masih menunduk, tak berani menatap orang lain. Alexa, yang merasa ada keanehan dalam diri Rafa, langsung menghampirinya. "Hei, aku ingin bicara denganmu.", ucap Alexa. Tiga Mawar segera menjauh dari Rafa. Mereka terlihat kesal, tapi tak berani melawan Alexa. Sedangkan Rafa terlihat kebingungan. "Mau... bicara apa?" Suaranya bergetar, tak yakin dengan situasi ini.
Last Updated: 2024-10-07