Selamat membaca.Berjalan di tengah rasa penasaran. Luna dengan topi hitamnya dengan masker juga wig palsunya berjalan di koridor pengadilan paling layak untuk orang yang setara dengan Eridamus.Disponsori Horna. Luna bahkan tak mengajak pria itu, tapi pria itu berkata kalau tidak ada manusia yang bisa melihat Taraka, jadi dia akan tetap ikut jika Luna tak setuju sekalipun.“Padahal Hadar akan jauh lebih cepat menangani masalah yang kau punya? Ngomong-ngomong kenapa kita repot-repot ke pengadilan, apakah kau terlibat kejahatan?” Horna mengerutkan keningnya sambil berpikir. “Sepertinya tidak.” Tebaknya.Tapi Luna tak menggubrisnya dan hanya fokus mencari pria yang tak berwujud dan hanya ia kenali melalui suaranya saja. Dia sudah gila.“Mau ku bantu.”“Tidak perlu.”Selama beberapa jam berkeliling dengan sesuatu yang tidak pasti. Luna akhirnya menemukan pria yang ia cari, terlihat seperti kutu buku dengan suara cempreng nan sibuk.“Aku menemukannya.”“Hah? Menemukan, jangan bilang!” Ho
Selamat membaca.“Saya bukan pencuri!”Luna berakhir di kantor polisi, bersama Horna yang juga tertangkap. Semua petugas hanya menggelengkan kepalanya saat Luna terus mengelak dari tuduhan—memang benar dia tidak mencuri. Sebenarnya ide itu tidak buruk.Brapa! “Nona muda nan cantik, berhenti bercanda dan jujurlah. Kami punya bukti kalau kalian sedang mencuri!”“Bukti?” sontak mata Luna langsung tertuju pada Horna yang saat ini terlihat menghindari mata Luna. Dia juga meneguk salivanya kuat yang membuat Luna memicingkan matanya curiga.“Maaf.”“Pak tangkap dia. Jangan saya, dia yang mencuri dan bukan saya.”“Tapi kalian komplotan!”“Bukan.” ujar Luna.“Iya.” bersamaan dengan jawaban yang berbeda dari sang pelaku yang memasukan benda bahkan miniatur milik orang lain ke dalam sakunya selama pelarian.Dia tidak ingin masuk penjara sendiri.Sudah gila. Luna tidak tahu lagi harus bagaimana.“Kita bertemu lagi.” Hadar muncul bersama Igel yang sepertinya sedang sibuk.Memangnya ini kebetulan
Selamat membaca.Pasar Anggrek. Nama yang sangat indah, untuk tempat berkumpulnya para penjudi dari seluruh kota dan negara.Luna pikir itu sejenis bunga. Harusnya begitu, tapi saat ia tahu kalau itu ternyata adalah sandi keanggotaan khusus paling rahasia. Dia jadi ingin menendang Horna.Pria sinting itu. “Aku akan membunuhnya!”“Siapa yang akan kau bunuh?” timpal seseorang. Bertanya pada Luna yang sedikit terkejut, dia berbalik dan.“Kau?”Hadar ada disini. “Kau mengikutiku?”“Saya tidak mengikuti Anda, mungkin ini adalah sebuah kebetulan atau…,” ucapannya berhenti saat menatap Luna dengan mata berkedut tanda tak suka. “Begitulah ceritanya.”Tempat perjudian sangat ramai. Luna bahkan mendapat tatapan aneh dari beberapa tamu dan juga pelayan, kadang mereka suka menunjukan senyuman yang sangat aneh.Lalu Hadar. “Hah!”“Tuan Hadar saya mendapatkan bunga Anggrek untuk Anda.”Deg! Luna menatap Igel intens. Seolah akan menerimanya saat ini juga.Sadar akan tatapan itu, Igel memberikan bung
Selamat membaca.Luna tidak seharusnya peduli. Dan fokus pada apa yang sedang ia lakukan untuk mengubah hidupnya. “Tetapi akhirnya akan tetap sama.” racaunya di tengah malam yang masih baru saja tiba.Mobil dan orang yang lewat tampak begitu buram di mata Luna, tidak ada suara ia hanya tenggelam dalam pemikiran nya yang kacau.DING! DONG!Sontak mata Luna langsung tertuju ke arah toko jam yang berada di sebelah kanannya, waktu terus berjalan namun dia tetap sama. Tidak ada yang sepenuh nya berubah darinya, tapi dia mungkin bisa mengubah jalan orang disekitarnya.“Kau tahu. Ini sangat menyakitkan,” ucapnya pada pantulan bayangan dirinya sendiri sambil tersenyum miris.***Di tempat lain. Hadar akan pergi meninggalkan kediamannya bersama dengan Igel dihentikan oleh seseorang tiba-tiba saja muncul di depan mereka.Igel berpikir, apa Vega sudah kehilangan akal nya? Tapi saat ia menatap ke arah kiri dan tak sengaja menatap Vega. Dia tertegun terkejut.“Jadi siapa yang berdiri di depan mobi
Selamat membaca.Sebagai tanda terima kasih karena telah menciptakan keraguan pada Luna. HornaMeneri menerimanya karena itu adalah permintaan Luna.Di atap. Hadar dan Luna duduk berdampingan. “Kau tidak menyelamatkan Horna karena kasihan, tapi karena kamu sudah tahu.” Hadar melirik Luna yang menatap dunia dengan tatapan kosong.“Apakah itu menjadi masalah sekarang?”Hadar menggelengkan kepalanya. “Tidak,” jawabnya. “Aku, adalah orang yang sangat jahat.”Hadar menyunggingkan senyumanannya. “Aku pernah membaca sebuah kisah tentang seorang wanita jahat. Dan dia tak seburuk itu.”“Tapi aku memang seburuk itu.”“Kalau begitu perbaiki lah, selalu ada kesempatan untuk memperbaiki diri.”“Kau benar. Tapi Hadar,tidakkah kamu penasaran mengapa wanita dalam cerita yang kau baca menjadi jahat?”Tidak ada jawaban, karena Hadar tahu kalau jawaban yang diinginkan Luna mencerminkan dirinya.Luna mendengus keras. Dia memeluk lututnya karena angin yang menerpa tubuhnya membuat dia merinding, rambut Lu
Selamat membaca.Pertengkaran itu terus berlanjut sampai membuat penghuni dalam kediaman Hadar kebingungan.Luna tak berniat menjelaskan apapun dan Hadar terus-terusan bertengkar dengan Luna. Tak ada yang berani menyela atau memiliki niat untuk ikut campur.Mereka hanya bisa menebak-nebak.Bugh!Luna terpojok di tembok saat Hadar menatapnya dengan tatapan marah, tangan pria itu jelas tak kuasa menahan kendali karena pikiran Hadar yang putus asa.Semua barang melayang. Lalu hancur begitu saja.“Pertukaran waktu ku hampir habis. Jika kau membuangku sekarang hanya karena kamu merasa putus asa, aku ….”“Kalau begitu katakan siapa kamu?”“Aku Luna, Hadar.”Menatap nanar Luna, Hadar meninju tembok di samping Luna.Luna menutup matanya singkat, dia hendak pergi tapi Hadar menahannya. “Tinggal!”Tak ingin membuat Hadar semakin marah. Luna akhirnya tinggal dan duduk di sofa panjang sedangkan Hadar mencoba fokus pada pekerjaannya untuk menyusun daftar lawan.Beberapa jam kemudian. Luna tertidur
Selamat membaca.Bunga mawar putih bermekaran diantara perang. Dia—Hadar punya pilihan untuk memperlihatkan betapa jahatnya Luna pada dunia. Tapi tangisan Luna di dalam selimut takdir, yang diikuti suara rintihan membuat dunia melihat Hadar sebagai yang terjahat.Lengkuhan dan tarian maut saling beradu mencari kebenaran di antara rasa sakit, penyesalan, kemarahan dan keindahan yang menyatu sempurna saat mata sang putri tertutup.Udara yang dingin berubah menjadi begitu hangat. Nyanyian sang putri dan pedang sang pangeran saling beradu mencari batas untuk berhenti berdebar.Kecupan ringan Hadar perlahan mendatangkan ombak yang semakin tak bisa dikendalikan. Namun darah yang menutupi daratan bunga perlahan menghilang saat Luna mengikutinya semakin dalam dan akhirnya tenggelam di dalam lautan yang dingin.“Sesak.” keluh Luna. Dia tak bisa bernafas namun tak ingin menolak kehangatan yang ditawarkan dasar laut terdalam padanya.Ribuan tanda terukir indah dari setiap bagian kehidupan milik
Selamat membaca.Di dekat rumput tinggi, taman belakang kediaman. Vega menatap ke arah Ella, sedangkan posisi luna ada di tengah-tengah dua perempuan itu.“Manis sekali. Bagaimana kau melakukan itu Ella?” tanya Vega dengan suaranya yang seperti biasa sangat lembut dan anggun namun senyumannya sangat tidak anggun.Ella menggelengkan kepalanya. “Aku tidak tahu. Kekuatan ku seperti,”“Pulih kembali.” Timpal Luna menambahi.Vega menatap Ella bingung, dan Ella menatap telapak tangannya yang mulai gemetar saking tidak mempercayainya.“Apa kekuatan Ella bisa membunuh Hadar?”“Ya. Itu sudah pasti, karena Ella juga termasuk dalam daftar 7 pedang Chimera.”“7 apa?”“Sudah lah. Itu tidak penting sekarang masalahnya, jika kemampuan mutlak Hadar juga kembali ke setting awal maka kau akan mati.” Senyum Vega pada Ella sambil memeluk Luna seolah tak akan ada orang lain lagi di antara mereka.“Bisakah aku mendengar kata lain selain kematian?”“Kuburan.” Tambah Luna sambil tos tanpa suara dengan Vega.