Selamat membaca.Luna tidak seharusnya peduli. Dan fokus pada apa yang sedang ia lakukan untuk mengubah hidupnya. “Tetapi akhirnya akan tetap sama.” racaunya di tengah malam yang masih baru saja tiba.Mobil dan orang yang lewat tampak begitu buram di mata Luna, tidak ada suara ia hanya tenggelam dalam pemikiran nya yang kacau.DING! DONG!Sontak mata Luna langsung tertuju ke arah toko jam yang berada di sebelah kanannya, waktu terus berjalan namun dia tetap sama. Tidak ada yang sepenuh nya berubah darinya, tapi dia mungkin bisa mengubah jalan orang disekitarnya.“Kau tahu. Ini sangat menyakitkan,” ucapnya pada pantulan bayangan dirinya sendiri sambil tersenyum miris.***Di tempat lain. Hadar akan pergi meninggalkan kediamannya bersama dengan Igel dihentikan oleh seseorang tiba-tiba saja muncul di depan mereka.Igel berpikir, apa Vega sudah kehilangan akal nya? Tapi saat ia menatap ke arah kiri dan tak sengaja menatap Vega. Dia tertegun terkejut.“Jadi siapa yang berdiri di depan mobi
Selamat membaca.Sebagai tanda terima kasih karena telah menciptakan keraguan pada Luna. HornaMeneri menerimanya karena itu adalah permintaan Luna.Di atap. Hadar dan Luna duduk berdampingan. “Kau tidak menyelamatkan Horna karena kasihan, tapi karena kamu sudah tahu.” Hadar melirik Luna yang menatap dunia dengan tatapan kosong.“Apakah itu menjadi masalah sekarang?”Hadar menggelengkan kepalanya. “Tidak,” jawabnya. “Aku, adalah orang yang sangat jahat.”Hadar menyunggingkan senyumanannya. “Aku pernah membaca sebuah kisah tentang seorang wanita jahat. Dan dia tak seburuk itu.”“Tapi aku memang seburuk itu.”“Kalau begitu perbaiki lah, selalu ada kesempatan untuk memperbaiki diri.”“Kau benar. Tapi Hadar,tidakkah kamu penasaran mengapa wanita dalam cerita yang kau baca menjadi jahat?”Tidak ada jawaban, karena Hadar tahu kalau jawaban yang diinginkan Luna mencerminkan dirinya.Luna mendengus keras. Dia memeluk lututnya karena angin yang menerpa tubuhnya membuat dia merinding, rambut Lu
Selamat membaca.Pertengkaran itu terus berlanjut sampai membuat penghuni dalam kediaman Hadar kebingungan.Luna tak berniat menjelaskan apapun dan Hadar terus-terusan bertengkar dengan Luna. Tak ada yang berani menyela atau memiliki niat untuk ikut campur.Mereka hanya bisa menebak-nebak.Bugh!Luna terpojok di tembok saat Hadar menatapnya dengan tatapan marah, tangan pria itu jelas tak kuasa menahan kendali karena pikiran Hadar yang putus asa.Semua barang melayang. Lalu hancur begitu saja.“Pertukaran waktu ku hampir habis. Jika kau membuangku sekarang hanya karena kamu merasa putus asa, aku ….”“Kalau begitu katakan siapa kamu?”“Aku Luna, Hadar.”Menatap nanar Luna, Hadar meninju tembok di samping Luna.Luna menutup matanya singkat, dia hendak pergi tapi Hadar menahannya. “Tinggal!”Tak ingin membuat Hadar semakin marah. Luna akhirnya tinggal dan duduk di sofa panjang sedangkan Hadar mencoba fokus pada pekerjaannya untuk menyusun daftar lawan.Beberapa jam kemudian. Luna tertidur
Selamat membaca.Bunga mawar putih bermekaran diantara perang. Dia—Hadar punya pilihan untuk memperlihatkan betapa jahatnya Luna pada dunia. Tapi tangisan Luna di dalam selimut takdir, yang diikuti suara rintihan membuat dunia melihat Hadar sebagai yang terjahat.Lengkuhan dan tarian maut saling beradu mencari kebenaran di antara rasa sakit, penyesalan, kemarahan dan keindahan yang menyatu sempurna saat mata sang putri tertutup.Udara yang dingin berubah menjadi begitu hangat. Nyanyian sang putri dan pedang sang pangeran saling beradu mencari batas untuk berhenti berdebar.Kecupan ringan Hadar perlahan mendatangkan ombak yang semakin tak bisa dikendalikan. Namun darah yang menutupi daratan bunga perlahan menghilang saat Luna mengikutinya semakin dalam dan akhirnya tenggelam di dalam lautan yang dingin.“Sesak.” keluh Luna. Dia tak bisa bernafas namun tak ingin menolak kehangatan yang ditawarkan dasar laut terdalam padanya.Ribuan tanda terukir indah dari setiap bagian kehidupan milik
Selamat membaca.Di dekat rumput tinggi, taman belakang kediaman. Vega menatap ke arah Ella, sedangkan posisi luna ada di tengah-tengah dua perempuan itu.“Manis sekali. Bagaimana kau melakukan itu Ella?” tanya Vega dengan suaranya yang seperti biasa sangat lembut dan anggun namun senyumannya sangat tidak anggun.Ella menggelengkan kepalanya. “Aku tidak tahu. Kekuatan ku seperti,”“Pulih kembali.” Timpal Luna menambahi.Vega menatap Ella bingung, dan Ella menatap telapak tangannya yang mulai gemetar saking tidak mempercayainya.“Apa kekuatan Ella bisa membunuh Hadar?”“Ya. Itu sudah pasti, karena Ella juga termasuk dalam daftar 7 pedang Chimera.”“7 apa?”“Sudah lah. Itu tidak penting sekarang masalahnya, jika kemampuan mutlak Hadar juga kembali ke setting awal maka kau akan mati.” Senyum Vega pada Ella sambil memeluk Luna seolah tak akan ada orang lain lagi di antara mereka.“Bisakah aku mendengar kata lain selain kematian?”“Kuburan.” Tambah Luna sambil tos tanpa suara dengan Vega.
Selamat membaca.Di dalam kamar, Hadar memeluk Luna tanpa sehelaipun pakaian. Hanya selimut yang menutupi tubuh keduanya, tak selang beberapa menit. Luka di kepala Luna perlahan membaik.***Disisi lain Vega dan Ella sedang menunggu di depan kamar dengan kecemasan yang berlebihan, itu karena mereka berdua bertengkar Ella tak sengaja melempar batu dengan kemampuannya karena Vega terus mengganggunya.Sementara itu Hadar terlihat sangat marah karena Luna nya baru saja pulih dan Luka baru membuatnya tampak seperti pasien lagi.“Kenapa masih memelukku sih.” Kesal Luna karena Hadar terus saja menempel padanya padahal pengobatannya sudah selesai.“Tidak boleh?”“Aku pakai baju lah minimal.”“Tidak usah.”Deg! Jantung Luna. “Hei aku ini masih manusia. Kau mau membunuhku karena serangan jantung?” “Apa itu sejenis penyakit. Kalau begitu biar aku sembuh kan, tunjukan dada mu. Aku ingin melihat masalahnya!”Saat tangan Hadar menyentuhnya. Tubuh Luna memanas, sontak dia pun. “ELLA!” Lagi.Brak!
Selamat membaca.Luna dan Hadar jelas menyembunyikan sesuatu, ketika Ella kembali dengan pasukannya. Semua berjaga seolah perang sedang dikibarkan.Kegelapan menyelimuti bumi dengan kabut. Hujan turun dengan sangat lebat, membuat rumah dan tempat berkumpul manusia menjadi sangat sepi.Lingkaran berwarna hitam pekat muncul dengan cahaya di sekitarnya. Semua kepala mendongak ke langit sebelum tatapan mereka tertuju ke arah Luna dan Hadar yang sedang menjaga Luna dengan sangat hebatnya.“Dia datang!” Hadar mengeraskan suaranya dan membuatnya mengambil sikap waspada.Mata mereka mengintai di setiap sisi, mencari bahaya yang di maksud. Deruan nafas terdengar sangat jelas—Luna berdiri di belakang Hadar sambil memeluk tangan kanan Hadar dengan perasaan campur aduk.Drap! Drap! Drap!Suara langkah kaki semakin jelas terdengar. Dari antara kabut, arah masuk gerbang. Muncul seorang pria dengan tudung compang camping yang tidak lain ialah. “Igel?” Ella mengerutkan keningnya. Dia menurunkan peda
Selamat membaca.Luna yang terjebak dalam ketakutannya hanya semakin lemas saja dalam pelukan Hadar. Tatapan wanita itu kosong, dan semua orang hanya menatap nanar ke arah langit.Menahan air mata yang sebentar lagi akan jatuh.“Kau sangat kuat. Kalau kau pergi sekarang siapa yang aku obati? Nama siapa yang harus ku ukir di puncak tertinggi Eridamus jika kamu tidak hanya diam saja.”Tak ada sahutan.“Luna ku, aku mohon jawablah aku!”“Tuan!” Ella mencoba menenangkan namun Hadar hanya menatap tajam siapapun yang mencoba untuk mendekat. Vega mengepalkan tangannya tak bisa menatap ke arah tubuh Luna yang tak lagi bergerak.“Saya harus apa agar kamu mau membuka mataku hm.” Dia menggoyang-goyangkan tubuh Luna namun percuma saja. Hadar tetap tidak mendapatkan respon dari Luna yang dipeluknya dengan segala luka di hati. Kesedihannya tak mengeluarkan suara hanya air mata.“Luna sudah mati, Andalah yang membunuhnya sejak awal!”Horna menyatakan hancurnya hatinya pada Hadar sebelum para Tarak