Selamat membaca.Di dalam kamar, Hadar memeluk Luna tanpa sehelaipun pakaian. Hanya selimut yang menutupi tubuh keduanya, tak selang beberapa menit. Luka di kepala Luna perlahan membaik.***Disisi lain Vega dan Ella sedang menunggu di depan kamar dengan kecemasan yang berlebihan, itu karena mereka berdua bertengkar Ella tak sengaja melempar batu dengan kemampuannya karena Vega terus mengganggunya.Sementara itu Hadar terlihat sangat marah karena Luna nya baru saja pulih dan Luka baru membuatnya tampak seperti pasien lagi.“Kenapa masih memelukku sih.” Kesal Luna karena Hadar terus saja menempel padanya padahal pengobatannya sudah selesai.“Tidak boleh?”“Aku pakai baju lah minimal.”“Tidak usah.”Deg! Jantung Luna. “Hei aku ini masih manusia. Kau mau membunuhku karena serangan jantung?” “Apa itu sejenis penyakit. Kalau begitu biar aku sembuh kan, tunjukan dada mu. Aku ingin melihat masalahnya!”Saat tangan Hadar menyentuhnya. Tubuh Luna memanas, sontak dia pun. “ELLA!” Lagi.Brak!
Selamat membaca.Luna dan Hadar jelas menyembunyikan sesuatu, ketika Ella kembali dengan pasukannya. Semua berjaga seolah perang sedang dikibarkan.Kegelapan menyelimuti bumi dengan kabut. Hujan turun dengan sangat lebat, membuat rumah dan tempat berkumpul manusia menjadi sangat sepi.Lingkaran berwarna hitam pekat muncul dengan cahaya di sekitarnya. Semua kepala mendongak ke langit sebelum tatapan mereka tertuju ke arah Luna dan Hadar yang sedang menjaga Luna dengan sangat hebatnya.“Dia datang!” Hadar mengeraskan suaranya dan membuatnya mengambil sikap waspada.Mata mereka mengintai di setiap sisi, mencari bahaya yang di maksud. Deruan nafas terdengar sangat jelas—Luna berdiri di belakang Hadar sambil memeluk tangan kanan Hadar dengan perasaan campur aduk.Drap! Drap! Drap!Suara langkah kaki semakin jelas terdengar. Dari antara kabut, arah masuk gerbang. Muncul seorang pria dengan tudung compang camping yang tidak lain ialah. “Igel?” Ella mengerutkan keningnya. Dia menurunkan peda
Selamat membaca.Luna yang terjebak dalam ketakutannya hanya semakin lemas saja dalam pelukan Hadar. Tatapan wanita itu kosong, dan semua orang hanya menatap nanar ke arah langit.Menahan air mata yang sebentar lagi akan jatuh.“Kau sangat kuat. Kalau kau pergi sekarang siapa yang aku obati? Nama siapa yang harus ku ukir di puncak tertinggi Eridamus jika kamu tidak hanya diam saja.”Tak ada sahutan.“Luna ku, aku mohon jawablah aku!”“Tuan!” Ella mencoba menenangkan namun Hadar hanya menatap tajam siapapun yang mencoba untuk mendekat. Vega mengepalkan tangannya tak bisa menatap ke arah tubuh Luna yang tak lagi bergerak.“Saya harus apa agar kamu mau membuka mataku hm.” Dia menggoyang-goyangkan tubuh Luna namun percuma saja. Hadar tetap tidak mendapatkan respon dari Luna yang dipeluknya dengan segala luka di hati. Kesedihannya tak mengeluarkan suara hanya air mata.“Luna sudah mati, Andalah yang membunuhnya sejak awal!”Horna menyatakan hancurnya hatinya pada Hadar sebelum para Tarak
Selamat membaca.Ella menebas kepala Igel karena marah, namun saat Igel membalikan kepalanya. Itu bukan Igel, “Ho-horna?!” Merasa bersalah, Ella dengan cepat menancapkan pedangnya pada dirinya sendiri.Diversm tanpa tujuan hidup akan akan mati dengan mudah.Namun saat ia terjatuh dan tak sadarkan diri. Sebuah tangan menariknya, “Ella, kau harus sadar.” Andro membantunya sadar.Dia bangkit dan terkejut saat melihat semua sedang berusaha untuk saling membantu menyadarkan yang lainnya.Ella memegang kepalanya. Dia bangkit meski pandangannya masih kabur, dia tak menyangka kalau dia akan terjebak dalam kekuatan Igel. Pria yang berdiri di depannya saat ini, membelakanginya dari jarak lima langkah.Ella menatap ke arah Luna dan Andro juga Hadar yang sedang menuju ke arah Horna yang sepertinya masih terjebak.Dia bangkit perlahan, sebelum tersenyum. Ella berlari untuk memeluk Igel, dan berterima kasih karena tidak benar-benar mati namun.Jleb!“Ukh!” Igel berbalik sebelum akhirnya ia kehilan
Selamat membaca.Luna berdiri di sudut kamar samping jendela sambil menggenggam gorden dengan gelisah. Vega menggigit kukunya sambil terus menatap Hadar dengan cemas dari lubang pintu. Sementara Igel berdiri tepat di sisi Hadar yang sedang melayangkan tatapan tajamnya pada Luna sambil menyilangkan kakinya. Luna bahkan tak bisa berkeluh kesah sekarang, dia sepenuhnya pasrah pada apa yang akan Hadar tanyakan padanya.“Diversm tidak menyegel kemampuan Diversm lain tanpa mahkota kekuasaan di atas kepalanya. Diversm bisa kalah, tapi kekuatan dari yang kalah tidak pernah hilang kecuali, Diversm itu lenyap.”“Aku manusia.”“Itu sebabnya aku bertanya. Manusia? Bukankah alasannya terlalu bertentangan.”Luna hanya menghembuskan nafasnya. Dia tak berani menatap Hadar karena tak ingin menjawab pria licik itu.“Tidak akan ada yang percaya meski kau menangis dan berkata kalau kamu manusia. Luna, kami hanya perlu sedikit kejujuran mu.”“Untuk apa?”“Tentu saja melindungimu. Bagaimana bisa aku melind
Selamat membaca.Ella berteriak kesakitan, dan Hadar mencoba untuk mengendalikan kemampuan Ella yang mulai melahap tubuh Ella.Luna berdiri di dekat Igel. Tak lama Ella akhirnya mendapatkan kewarasannya kembali. Mereka yang takut kalau Ella akan berakhir seperti Igel terakhir kali, menatap Luna dengan tatapan melindungi. Tapi seolah tahu segalanya, Luna terlihat cukup tenang.Tatapannya dan Ella bertemu. Tapi Ella menundukan kepalanya semakin dalam. “Aku tidak bisa melindung mu.” “Aku tidak memintanya.”Hadar menatap Luna. “Siapa melindungi siapa?” Horna bertanya karena penasaran. “Kau melindungi Luna dari siapa?”Lama terdiam Ella akhirnya menjawab dengan lantang juga marah pada pria yang berdiri tepat di samping Luna dengan posesif.“Hadar.”“Pernyataan mu tak akan mengubah apapun.”“Sudah putus. Anda tidak bisa bersama dengannya?”“Tapi aku ingin bersama dengan nya sekarang.” sahut Luna malu-malu.Horna cukup terkejut. Dia juga sedikit sakit hati karena Luna tak berada pada jala
Selamat membaca.Seorang wanita memberikan kode pada Horna yang sedang makan bersama dengan Luna dari gang yang cukup gelap.Horna mengerti. Dia pamit pada Luna, sebelum menemui wanita Taraka itu.“Bagaimana targetnya?”“Sudah kami bereskan. Tapi jasadnya berada di luar kendali diversm, jadi kami hanya meletakkannya sama seperti waktu itu.” Dia menjelaskan sambil menundukan kepalanya.“Biarkan saja.”“Tapi Tuan, mengapa Anda sampai sejauh ini?” perempuan itu tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.Horna kini menatap Luna yang sedang makan dengan punggung yang terlihat gemetar. Lalu tersenyum.Dia berniat tak menjawab, tapi perempuan itu menghentikannya dengan berkata, “Pada akhirnya Anda tidak akan mendapatkan apapun.”Horna berhenti. Tanpa menatap ke arah perempuan itu, Horna menjawab dengan tenang kalau, “Luna memang tidak bilang apapun, dia juga tidak menjawab perasaan siapapun meski ia sudah tahu.”“Lalu mengapa Anda masih disisinya?”“Karena kesempatan itu masih bisa ku perjua
Selamat membaca.Senyuman menghiasi setiap wajah ketika kepingan ingatan muncul di sekitaran mereka seperti kaca yang melayang di udara. Semua mata tertuju ke atas, Ella tersenyum senang karena Luna pernah menjadi bagian dari dirinya. Teman paling berharga yang ia punya, sekaligus manusia yang membuatnya hidup penuh dengan tawa.Ingatan akan setiap kehidupan Luna juga terlihat dengan begitu jelas. Dimana hanya ada siasat jahat dan dendam, cinta dari masa lalu tentang dia yang selalu menggenggam tangan Hadar, bahkan menghabiskan waktu bersama terlihat dengan sangat jelas.Rusak.“Luna, ternyata kamu….” Ucapan Hadar berhenti ketika melihat Luna yang perlahan bangkit namun kakinya tak mampu lagi menahan kakinya, Luna terbatuk-batuk, wajahnya pucat bersamaan dengan keringat dingin yang terus bercucuran dengan nafas yang terasa sakit.Setiap helaan nafasnya membuat waktu Hadar berjalan sangat lambat.Dia dengan cepat berlari ke arah Luna dan langsung menahan kepalanya agar tak membentur la