Selamat membaca.Seorang wanita memberikan kode pada Horna yang sedang makan bersama dengan Luna dari gang yang cukup gelap.Horna mengerti. Dia pamit pada Luna, sebelum menemui wanita Taraka itu.“Bagaimana targetnya?”“Sudah kami bereskan. Tapi jasadnya berada di luar kendali diversm, jadi kami hanya meletakkannya sama seperti waktu itu.” Dia menjelaskan sambil menundukan kepalanya.“Biarkan saja.”“Tapi Tuan, mengapa Anda sampai sejauh ini?” perempuan itu tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.Horna kini menatap Luna yang sedang makan dengan punggung yang terlihat gemetar. Lalu tersenyum.Dia berniat tak menjawab, tapi perempuan itu menghentikannya dengan berkata, “Pada akhirnya Anda tidak akan mendapatkan apapun.”Horna berhenti. Tanpa menatap ke arah perempuan itu, Horna menjawab dengan tenang kalau, “Luna memang tidak bilang apapun, dia juga tidak menjawab perasaan siapapun meski ia sudah tahu.”“Lalu mengapa Anda masih disisinya?”“Karena kesempatan itu masih bisa ku perjua
Selamat membaca.Senyuman menghiasi setiap wajah ketika kepingan ingatan muncul di sekitaran mereka seperti kaca yang melayang di udara. Semua mata tertuju ke atas, Ella tersenyum senang karena Luna pernah menjadi bagian dari dirinya. Teman paling berharga yang ia punya, sekaligus manusia yang membuatnya hidup penuh dengan tawa.Ingatan akan setiap kehidupan Luna juga terlihat dengan begitu jelas. Dimana hanya ada siasat jahat dan dendam, cinta dari masa lalu tentang dia yang selalu menggenggam tangan Hadar, bahkan menghabiskan waktu bersama terlihat dengan sangat jelas.Rusak.“Luna, ternyata kamu….” Ucapan Hadar berhenti ketika melihat Luna yang perlahan bangkit namun kakinya tak mampu lagi menahan kakinya, Luna terbatuk-batuk, wajahnya pucat bersamaan dengan keringat dingin yang terus bercucuran dengan nafas yang terasa sakit.Setiap helaan nafasnya membuat waktu Hadar berjalan sangat lambat.Dia dengan cepat berlari ke arah Luna dan langsung menahan kepalanya agar tak membentur la
Selamat membaca.“Sebaiknya kamu berhenti.”Luna yang sedang berdiri menatap ke luar jendela yang hancur karena serangan dari para Diversm, menoleh ke arah Hadar yang sedang duduk di ujung ranjang.Guratan emosi di wajah Hadar terlihat sangat-sangat jelas.Udara sangatlah dingin dan di luar sangatlah berbahaya. Hadar hanya cemas, tapi Luna lagi-lagi tak melihatnya begitu. “Bolehkah aku mengkhawatirkanmu?” tanya Hadar.Luna menatap dalam Hadar. “Kematian.” Luna tersenyum paksa. “Haruskah kau melakukan hal yang tidak berguna lagi dalam hidupku?”Ucapan Luna menyakiti Hadar. Dia menatap cincin di tangannya dengan tatapan penuh kebencian sedangkan Luna mengalihkan pandangannya ke arah lain.“Kau mengacaukan nya lagi.”“Apa yang harus ku lakukan agar kau tetap menjadi satu-satunya kepercayaanmu?”“Penghakiman langit memang tidak turun. Tapi Eridamus masih berdiri.”Dendam itu lagi.“Aku akan berdiri disampingmu dan menghancurkan Eridamus.”“Memangnya kau bisa?”“Apakah aku sedang dipertany
Selamat membaca.Keesokan harinya Luna gemetaran, dia terbungkus oleh selimut tebal. Terbaring kaku di atas ranjang karena masuk angin kemarin malam.Luna terus bersin.“Ini lah sebabnya Anda di sebut sebagai Diversm tidak punya hati.” Vega mengatakannya dengan sangat indah, dia bahkan juga tersenyumTan. Tanpa tahu kalau Hadar yang sedang berada di belakangnya terlihat seperti akan membunuh Vega.Igel menelan salivanya kasar. “Menurutku ada kemajuan.” timpal Igel.“Kemajuan?”“Kau menahannya. Itu sudah cukup bagus.” Igel menjelaskan dengan singkat.Ini bukan jawaban yang sempurna, tapi cukup untuk meredakan amarah Hadar yang semakin sensitif pada Luna.Andro hanya diam memeriksa tubuh manusia Luna. Sedang Ella hanya mengawasi dengan tangan yang menyilang ke belakang, Horna mengawasi kediaman bersama para Taraka.“Yang ku lihat tuanku hanya mencoba untuk membunuh Luna.” Vega menambahi dengan dua Alis yang menyatu, menatap iba ke arah Luna.Bugh!Vega di keluarkan dari kamar karena Hada
Selamat membaca.“Mengapa kita berada di kamar Hadar, Luna?” “Tentu saja untuk membuat bukti.” Jawab Luna dengan entengnya.Vega selaku orang yang begitu mengenal tuan nya tentu saja harus menghentikan tindakan yang merugikan bangsanya. Tapi jika itu Luna yang sudah dianggap sebagai adiknya sendiri. Maka dia akan berpura-pura tidak mendengar apapun atau melihat apapun.“Rencana yang bagus, tapi aku tidak berpikir kalau ini akan berhasil.”“Vidio dokumentasi selalu berhasil. Lihat dan perhatikan bagaimana sosial media bergerak, aku yakin, kamu pasti akan terkejut.”“Hadar tidak akan suka.” Cemas Vega. “Lebih baik kita keluar sekarang Luna.”“Aku tahu itu Vega. Jika berhenti sekarang, mungkin aku akan menangis sepanjang malam atau menghancurkan barang-barang di kamar ku.”“dengan senang hati akan ku bereskan.”“Aku tidak akan bicara denganmu. Lagi, selamanya.” Ucap Luna sembari menyipitkan matanya.“Oke aku akan diam.”Luna tersenyum karena ancamannya selalu saja berhasil pada Vega, en
Luna yang meninggalkan kediaman dalam keadaan marah itu tentu saja membuat Hadar cemas.“Vega.”“Ya, tuanku?”“Apa yang biasanya dilakukan manusia saat pergi dalam keadaan marah seperti itu?”“Em, biasanya mereka akan kembali pulang dan menceritakan semuanya pada keluarganya kemudian ayah dan ibunya akan memeluk sambil menepuk-nepuk punggung putri mereka tercinta untuk menyelesaikan masalah.” Jelas Vega sambil mengedipkan matanya beberapa kali.Tetapi Luna tidak punya yang disebut sebagai keluarga. “Apa jadinya jika ia tidak punya tempat untuk pulang?”“Menurut Google. Mereka sedang depresi kemudian, Kenapa ada tali pada web yang ku cari?” Tanya Vega sambil merapikan kacamatanya.***Di jalanan perkotaan, Luna terlihat kebingungan. Dia bahkan tidak bisa menggunakan peta dengan benar—sepertinya dia akan mencabut semua rambut di kepalanya sekarang.“Butuh bantuan?”“Ya. Di mana toko yang menjual tali?” “Tali? Apa sekarang akhirnya kau menemukan keberanian untuk membunuh dirimu sendiri
Jam sudah menunjukan pukul 11:30 malam.Luna yang sedang tidur di atas kasur Hadar sambil menggunakan masker dengan posisi terlentang. Hanya menatap singkat Hadar yang datang dengan piring dan segelas air di tangannya.Hadar mendengus melihat tingkah Luna yang seperti itu.“Kau manusia paling merepotkan yang pernah ada.” ucap Hadar.Duduk di samping kasur, mencoba untuk menyuapi Luna. “Bangunlah. Tidak baik makan sambil tiduran.”“Aku sedang diet.”“Hahaha, menyakiti dirimu sendiri. Sangat bodoh, sekarang makanlah! Tanganku sudah kram.”Katanya tidak ingin datang tapi Hadar selalu datang, bahkan di saat Luna tidak memikirkan pria itu.Luna sudah menikah, tapi ia seolah tak memiliki yang namanya suami. Hanya berkeliaran dengan membawa dendamnya, dan sekarang bertambah untuk yang tidak bisa disebut sebagai manusia. “Andai kau manusia. Mungkin semuanya akan menjadi lebih mudah.”“Hidupmu terlihat sulit padahal hanya ada beberapa manusia. Dan kau ingin menambah satu manusia lagi?” Hadar b
Selamat membaca.Anehnya di setiap kata-katanya Hadar, tidak tersembunyi rasa marah atau kebencian di matanya. Seolah ia adalah orang baik sedang Luna sakiti.Kepala Luna tertunduk, matanya turun karena rasa tidak menyenangkan singgah di hatinya.“Tunggulah sebentar kalau begitu.” Ucap Hadar, ketika melihat kekecewaan di mata Luna. “Kau pasti akan menang.”Luna menganggukan kepalanya mengerti sebelum kembali ke kamar dengan langkah yang jauh lebih ringan.Setelah ia pergi. Vega tersenyum sinis saat melihat tuannya yang bersedih sekarang. “Kenapa kalian tidak membuat bayi saja?” Saran Vega dengan nada mengejek.“Aku tidak merusak wanita yang ku cintai.”“Kau sedang merusaknya tuanku yang bodoh.”“Apakah aku terlalu baik!”Akh…rintihan Vega terdengar, tubuh langsing itu tiba-tiba saja jatuh ke lantai. Rasa panas seakan ada yang berjalan-jalan dalam pembuluh darah Vega yang bahkan membuat mulut Vega menganga dan mata yang melotot langsung ke langit-langit hanya dengan satu tatapan saja.