Selamat membaca.Dalam perjalanan pulang, Luna bahkan tak menatap Hadar yang terus mencuri-curi pandang pada Luna.Gadisnya itu terus terusan menatap ke luar jendela dalam diam seolah sedang memikirkan sesuatu.Hadar mengeraskan rahangnya karena pulang dengan kekalahan Luna. ‘‘Aku tidak bertanggung jawab.’’ ucap Hadar membuka suara untuk memecah keheningan.Tapi Luna hanya kecewa dengan hasil akhir lomba.Saat sampai, Hadar dengan perlahan mengangkat tubuh Luna. Dengan hati-hati ia mengendong Luna dan membawanya masuk.Tentunya diamnya dua orang tersebut membuat Igel dan Vega tak bisa menegur atau mengomentari apapun karena bukan cuma Hadar, mereka juga bingung dengan hasil akhir perlombaan.Jadi kecewanya Luna itu wajar.Di kamar. Hadar membaringkan tubuh Luna dengan hati-hati. ‘‘Aku akan pergi, tapi aku akan kembali. Jadi bisakah kau menungguku Luna?’’ tanya Hadar sambil mengelus wajah Luna. ‘‘Bagaimana jika aku mengantuk?’’‘‘Kau sudah berjanji.’’Hadar menyentuh bibir Luna singka
Selamat membaca.Angin berbisik kuat, membawa ketakutan di setiap jalan yang sepi dan yang ramai akan sebuah cerita.Tampak wajah-wajah penuh ketakutan terpancar saat api berkobar di setiap tempat dan sudut paling terang dan yang paling gelap.Di sebuah museum, orang-orang berlari keluar. Namun hanya satu yang tetap berdiri tegap dengan ekspresi sedih penuh amarah yang terpancar di antara api yang berkobar. Hadar menatap tangannya sendiri. Lalu berkata, ‘‘Sudah ku bilang kalau penilaian kalian salah. Semuanya, tidak ada yang sesempurna lukisan milik Lunaku. ya, tidak ada.’’ ucapnya lirih sambil menempelkan telapak taangannya sendiri pada wajahnya yang tampak berubah saat kobaran api menyentuh dia yang abadi.Suara pemadam kebakaran terdengar di seluruh kota, seperti nyanyian sebelum tidur untuk sebuah mimpi buruk.Warna jingga itu nyatanya tidak indah saat langit sedang berwarna hitam. Vega menelan salivanya kasar. ‘‘Ini berbahaya. Kita harus menemukan keberadaan Luna.’’Ponsel Vega
Selamat membaca.“Pas sekali jemputanmu sudah sampai.”Ayah Luna menyeringai saat melihat mobil mewah milik Bara yang sedang memasuki area parkiran kediaman Arthur.Luna menyeringai. “Ayah, aku benci Ayah.”“Ayah tau nak. Ayah tau!”Keduanya saling melayangkan tatapan penuh permusuhan tapi sejujurnya tuan Arthur tak pernah ingin memusuhi Luna. Dia hanya ingin yang terbaik untuk Luna, tapi anehnya dia tak bisa menerima Luna. Keburukan seolah menyelimuti Luna dan kehancuran selalu dekat dengan keluarga mereka. ‘Maafkan aku Ayah.’ ucap Luna membatin. Dia tahu dengan jelas apa yang saat ini sedang dipikirkan oleh Ayahnya itu. Tapi, mau bagaimana lagi. Ia harus merubah semua yang lihat sang waktu–meski harus menjadikan dirinya sebagai yang terburuk di hadapan ayahnya sendiri.Drap!Suara langkah kaki mendekat dengan tergesa-gesa. Luna dan ayahnya menatap ke arah pintu yang terkunci, sang ayah berniat membuka pintu itu namun….Brak!Pintu itu didobrak secara paksa. Mata kedua nya membelala
Selamat membaca.Hadar sudah merusak rencana Luna, semuanya berantakan dan Luna tak tahu harus menyusunnya dari mana? dengan ayahnya yang menjadi sekutu Hadar tentunya akan membuat Eridani curiga. Di tambah lagi, Luna menatap Hadar singkat sebelum melanjutkan apa ia pikirkan. “Bukankah mudah mendapatkan surat perceraianku pada Bara?” Tanya Luna.Hadar tak menjawab ia hanya sibuk dengan kemudi nya.Hal itu membuat Luna curiga. “Hubungan tanpa status ini? Aku tidak menyukainya Hadar.” Ungkap Luna.“Maaf kan aku, tapi apakah kamu bisa menunggu? Aku baru saja mendapatkanmu kembali.”“Kalau begitu kapan aku bisa menyelesaikan rencanaku. Eridani semakin kuat.”“Bukankah ayahmu berada di pihakmu sekarang? Apa yang kau takutkan?”“Ayahku bukan tipe orang yang mudah dipercaya. Aku punya alasan kuat mengapa aku keluar dari keluarga ayahku. Hadar, meski terlihat baik Tuan Arthur bukanlah tipe malaikat penolong yang bisa membantu.” Itu sebabnya Luna mencoret ayahnya sendiri dari daftar sekutu kar
Selamat membaca.Ribuan kali ia berpikir bahwa ia masih berada di waktu yang lain, namun semuanya tampak nyata. Tidak ada yang pecah atau yang mengalami keretakan hanya saja sikap Hadar sedikit berbeda dari ingatan nya. “Haruskah aku mencobanya kembali,” menghilang dalam waktu dan memastikan hari ini–sambung Luna dalam hati.“Apa yang ingin kau coba?” Suara itu membuat Luna menoleh ke samping. Di mana Hadar berada, pria itu masuk dengan pakaian yang cukup berantakan–Luna tidak tahu Hadar pergi ke mana setelah menjemput nya dari rumah ayahnya. Tapi dia mencium aroma terbakar sedari tadi.“Aku akan mandi.”Luna mengerutkan keningnya bingung. “Di kamar ini? Apa di kamarmu tidak punya kamar mandi?” “Kau benar, tetapi jika aku berjalan dengan handuk saja itu tidak akan terdengar baik.”“Kenapa kau berjalan hanya dengan handuk?” Luna berpikir sambil menerka-nerka apa yang sebenarnya ingin dilakukan Hadar. “Hadar, Bukankah kita hanya akan berciuman?” tanya Luna memastikan.“Kau yakin tidak
Selamat membaca.Luna mencoba untuk mendorong tubuh Hadar agar menjauh darinya, tapi Hadar terus membuat Luna merasa nyaman dengan pemulihan yang ia lakukan.Mata Hadar menatap dalam netra mata Luna yang mulai menutup sambil mengukir senyuman kecil dari sudut bibirnya. Ia senang Karena Luna menikmatinya, meski Hadar tahu kalau kenikmatan yang Luna rasakan bukan tentang hasratnya tapi tapi lebih seperti infus bagi tubuh Luna.Hadar tidak tidak pernah keberatan, selama Luna tidak menganggapnya sebagai gangguan.Di peluklah Luna yang mulai tertidur dengan sangat erat.***Di tempat lain, seorang pria muncul dalam sebuah ruangan mewah di lantai tertinggi. Tempat pimpinan Eridani berada. Ukiran nama dan foto dalam frame besar membuat pria itu tersenyum.Dia menyentuh pelan meja besar dengan dokumen di beberapa sisi yang tidak tertata rapi. ‘‘Apa kau bukan manusia?’’Sebuah suara membuat Horna membaikan tubuhnya, pria dengan mata yang tentu saja berbeda dari manusia normal itu terlihat sed
Selamat membaca.‘‘Kalian terlihat seperti ingin berperang?’’ timpal Luna asal.Ella tersenyum pada Luna sebelum berkata, ‘‘berkat kau, kita akan berperang melawan bangsa kita sendiri.’’ Ella kini menatap Hadar. ‘‘Sangat menyenangkan saat melihat orang yang selalu membela bangsanya, ingin berperang melawan bangsanya.’’ Ella kini berkata sambil menatap ke arah Luna.Menjadikan Luna sebagai alasan utama perang yang dimaksud oleh Ella.‘‘Tidak akan ada yang berperang. Jangan berlebihan!’’ tegas Hadar.‘‘Kenapa tidak?’’‘‘Mereka tidak datang untuk membunuh Luna, Ella.’’ timpal Igel.Ella terlihat tak senang sementara Luna masih tidak mendapatkan penjelasan dari siapa yang akan datang, itu sebabnya kini ia menatap ke arah Hadar. Dengan tatapan meminta penjelasan.‘‘Siapa yang akan datang Hadar?’’‘‘Taraka dan pasukannya.’’Tunggu, Taraka dan pasukannya? Luna tersenyum kaku, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. ‘‘Taraka? kenapa?’’Hadar tak menjawab. Dia tahu alasan mereka datan
Selamat membaca.‘‘Kau tahu, ketika kau menghampiriku. Maka tidak pernah ada jalan untuk kembali.’’Luna menatap Horna yang berada di sampingnya, Pria yang saat ini sedang menatapnya dengan tatapan penuh hak mutlak, seakan tidak akan pernah melupakan Luna justru hanya membuat Luna tersenyum.Horna mengangkat satu alisnya ke atas. ‘‘Kau tersenyum?’’ ‘‘Kau ingin mendengar sebuah kisah?’’‘‘Aku bisa mendengarnya sepanjang hari.’’Dia terdengar seperti mencintai Luna, tapi Luna tak terpikir demikian. Diamnya Luna justru Horna semakin penasaran. Mata mereka bertemu, dan saat itu juga Luna berkata, ‘‘Sayangnya aku tidak akan pernah ada dalam ceritamu.’’‘‘Apa maksudmu?’’ Luna tersenyum. ‘‘Kau akan menjadi salah satu penyebab mengapa aku harus mati.’’ Luna berkata dengan tatapan lirih. Rasa sakit Luna seolah dirasakan oleh Horna, dia lalu berhenti. Kemudian menatap Luna dalam dalam.Para Taraka menatap tuan mereka yang tiba-tiba berhenti, sebelum Horna meminta mereka untuk pergi lebih du