Selamat membaca.Dor!“Kau ingin membunuhku?” tanya Luna. Dia menatap takut ke arah Bara yang baru saja melepaskan satu peluru ke arahnya.Untung saja melesat.Dokumen yang Luna bawa berhamburan di lantai. Tapi tak cukup buruk dari jantungnya yang hampir copot karena ulah Bara.Dia ingin protes tapi saat melihat wajah tak bersahabat Bara, selalu menakutkan dan selalu menatap Luna dengan tatapan jijik dan muak.“Jangan pernah Luna kalau kau yang memberikanku kesempatan untuk menghancurkan hidupmu. Dan aku, MEMBERIKANMU KESEMPATAN UNTUK MEMBALASKU LUNA!”Bara mengeram. “Tapi apa yang kau lakukan? Berkeliaran, bermain dan melakukan banyak sekali drama yang tidak berguna. Kau menyukai peranmu hm?” Bara terlihat sangat frustasi.Ini pertama kalinya Bara marah padanya. Entah Luna harus senang atau dia harus sedih.“Kali ini apa yang aku lakukan?” tanya Luna serius. Dia coba untuk melawan rasa takutnya. “Haruskah kau menyalahkan atas semuanya?” Bara tak menjawab.Dan Luna tak bisa menyembun
Selamat membaca.Dua jam belum berlalu. Luna masih memiliki banyak waktu, akan tetapi ia sudah kembali.Seperti biasa, Hadar menyambutnya dengan tulus dan ramah. Dan sekali lagi mereka semua terkejut karena Hadar selalu benar—Luna selalu kembali tapi.“Rupanya sang burung membawa begitu banyak Luka.” Ejek Ella. “Apakah kali ini sayapmu patah Nona?” tanya Ella.Dia selalu penasaran pada setiap tindakan Luna. Baginya itu sangat menarik tapi ketika ia semakin dekat dengan bidak Luna. Semakin ia bisa melihat keretakan dan jurang di samping kiri dan kanannya.Itu sebabnya ia merasa kasihan.“Ella.” Hadar memperingatkan dengan tajamnya.Pria itu merangkul Luna dan membawanya untuk beristirahat saja. Tapi Luna menghentikan langkahnya.Tatapan Luna memburam dengan air mata tanpa tanya. Dia lalu mengalihkan pandangannya ke arah Clara.Melepas tangan Hadar, Luna berjalan dengan langkah panjang ke arah Clara. “Kakakmu mencarimu. Pulanglah!”“Tidak. Sampai aku mendapatkan penjelasan darimu!”“Cla
Selamat membaca.Matahari di hari yang baru telah terbit namun kisah kemarin masih belum selesai.Gedor! Gedor! Gedor!Vega dan Igel serta yang lainnya berkumpul, mereka mencoba untuk mendobrak masuk namun Hadar menghilangkan semua akses masuk.Prang!Akh! “Hadar kau…ugh!” Luna merangkak di atas tempat tidur mencoba untuk menghindari Hadar dengan nafas terengah-engah. Akan tetapi Hadar menarik kaki Luna dan membuat tubuh Luna tertarik ke arah Hadar.Kini posisi mereka saling tumpang tindih. “Kau tidak menginginkan perpisahan ku dengan Bara!”“Luna kau menyakiti dirimu sendiri.”“KAU TIDAK JUJUR HADAR!” bentak Luna.Ia menggigit bibir bawahnya menatap Hadar. “Dimana surat cerai nya?” tanya Luna baik-baik. “DIMANA HADAR? TO-TOLONG BEKERJASAMALAH.” Luna menangis. ketakuHadar mengangkat tangannya dan Luna sontak menutup wajahnya. “Kau takut padaku. Aku tidak jahat, jadi jangan takut.” Helaan nafas Hadar begitu berat di setiap kata nya. “Jangan menghindari mataku.”Luna gemetar. Dan hati
Selamat membaca.Pemadaman listrik kala itu menjadi berita paling panas yang sempat menggemparkan dunia. Beberapa orang menyebut kalau itu adalah Kematian Bulan, karena pada saat itu bulan menghilang tapi hanya satu orang saja yang tak peduli pada berita lama itu.Dan dia adalah Luna. Gadis yang kini belajar di perguruan tinggi, Fakultas ternama di kotanya hanya menghabiskan waktu duduk dan belajar dengan giat.Eridamus yang ia kenal sebagai Eridani karena ulah Hadar menentang keinginannya, tetapi Luna meminta hal itu sebagai bayaran untuk tutup mulut.Semua kembali seperti sedia kala. Ayahnya yang menganggap dia memiliki aura buruk seperti pemikiran keluarga yang lain—itu memang rencananya, tapi satu-satunya yang tidak kembali adalah Clara.Hadar menginginkan Clara, dan Bara masih tidak ingin memberikan surat perceraiannya. Ingatannya sama saja, belenggunya masih hilang.“Luna, apa kau menghayal lagi?” tanya Monika. Gadis dengan rambut blonde yang kini menjadi teman dekat Luna meski
Selamat membaca.Pemimpin Fakultas membuat pertemuan umum yang tidak diinginkan Luna terjadi.Kini Luna terkurung dalam ruangan bersama orang-orang yang menatapnya dengan tatapan marah.“Kau membuat pertukaran lagi?”Hadar terdengar sangat marah. Sedang Luna mencoba untuk tak melihat matanya, karena lebih baik bagi Luna untuk tidur sedikit lebih lama daripada bergantung pada orang yang salah.“Kau melanggar janjimu. Batas, aku juga memilikinya Luna, Aku … Mencarimu tetapi tidak ku temukan kamu di manapun. Aku juga menunggumu dengan kepercayaan yang sama tapi kamu tidak pernah datang! Apakah kebencianmu lebih besar dari rasa cintaku padamu?”Luna tak menjawab.Hal itu membuat putus asa juga sakit hati. “Hentikan pertukarannya!” titah Hadar.“Tidak mau.”“Luna.” Vega terlihat cemas tapi kali ini Hadar benar, pertukaran itu bisa membuat Luna koma dalam waktu yang lama.“Tidak mau?”“Aku harap aku tidak perlu mengulanginya untuk kedua kalinya. Dan aku harap, kau tidak mencoba untuk menung
Selamat membaca.Mata Luna mulai terbuka, dan nafasnya tidak lah stabil. Dia merasa sangat lelah dan pusing, pandangan buram itu lama-lama mulai terlihat dengan jelas.“Kau baik-baik saja?”“Hm?” Luna mencoba untuk mencari kesadarannya. Namun bukan tempat gelap, tapi UKS di kampus nya. “Ini….”“Baru beberapa menit kau hilang dari pandangan kami namun kau sudah terluka seperti ini?”“Awww.” Luna memegang kepalanya yang berdenyut. Sudah di perban dengan baik, Ella terlihat memutar bola matanya.Tak lama Hadar beserta Horna serta Igel masuk ke dalam ruangan secara bersamaan. “Vega sedang membelikan makanan.” ucap Hadar seolah tahu kalau Luna sedang mencari keberadaan Vega.Dibandingkan hal itu. Luna ingin pergi dari sini secepat mungkin namun Ella menahannya tetap di atas tempat tidur.Lalu Hadar datang dan yap. “Apa yang….”Dia langsung mencium Luna dan membuat Luka pada dahi Luna perlahan membaik. Setelah itu ia. “Maaf.” Ucap Hadar karena berani mencium Luna tanpa seizinnya.Luna denga
Selamat membaca.“Lepas!”Luna mendorong Hadar sekuat tenaganya—keanehan yang terjadi pada dirinya membuat ia tidak bisa percaya pada Hadar lagi. Harusnya begitu tapi mengapa ia harus menerima pelukan Hadar! Mungkinkah dia sudah gila?Saat terlepas, Luna mengusap air mata yang mengalir di pipinya sambil menatap Hadar dengan tatapan penuh permusuhan.“Aku tidak punya pilihan.” Jelas Hadar.“Kau ingin membalas ku karena aku berbohong padamu?”“Kamu tidak menyetujui apapun. Aku sedang menunggu, tapi kamu tidak memilih aku lagi.” Hal itu tentu saja tak bisa diterima oleh Hadar. “Ingatlah kalau aku masih ingin kamu membuat kamu menempatkan aku dalam daftar sekutu.” Ucap Hadar sambil mendekat.Tapi Luna menjauh.“Jangan mendekat. Ka-kau … kalian semua, aku membenci kalian!” bentak Luna. Dia lalu berjalan meninggalkan ruangan tersebut, dengan marah ia menarik perban di kepalanya—memang sudah tidak ada Luka tapi ia mendapatkan lebih.Mata ini. “Bukan milikku!” ucap Luna membatin.Saat hanya a
Selamat membaca.Hari sudah sangatlah malam, dan pagi akan segera datang kembali tapi orang yang ditunggu-tunggu tak pernah datang.Pintu tertutup begitu saja.Hadar yakin kalau Luna akan kembali ke tempat dimana Hadar berada tapi mengapa ia gemetar? “Harusnya ini menjadi yang terakhir.” pikir Hadar membatin..“Saya butuh persetujuan.” Horna berkata sambil tersenyum pada Hadar yang tidak ingin membuat keputusan atau memberi perintah.***Di sana. Kediaman Eridamus, Luna menengelamkan dirinya dalam bak berisi air dingin untuk melawan rasa sakit pada matanya yang perlahan mulai menyebar.Genangan air merembes keluar dari celah pintu. Clara berdecak. Sebelum keluar dari tempat tersebut menuju kediaman Hadar.Beberapa menit kemudian Horna muncul di jendela kamar Luna yang di paku sepenuhnya. Bahkan diganjal oleh kursi dan lemari penuh pakaian Luna yang berantakan.Prang!!!Sayangnya Horna berhasil masuk ke dalam dengan mudah dan membawa Luna yang basah kuyup keluar dari rumah itu begitu