Selamat membaca.Hari sudah sangatlah malam, dan pagi akan segera datang kembali tapi orang yang ditunggu-tunggu tak pernah datang.Pintu tertutup begitu saja.Hadar yakin kalau Luna akan kembali ke tempat dimana Hadar berada tapi mengapa ia gemetar? “Harusnya ini menjadi yang terakhir.” pikir Hadar membatin..“Saya butuh persetujuan.” Horna berkata sambil tersenyum pada Hadar yang tidak ingin membuat keputusan atau memberi perintah.***Di sana. Kediaman Eridamus, Luna menengelamkan dirinya dalam bak berisi air dingin untuk melawan rasa sakit pada matanya yang perlahan mulai menyebar.Genangan air merembes keluar dari celah pintu. Clara berdecak. Sebelum keluar dari tempat tersebut menuju kediaman Hadar.Beberapa menit kemudian Horna muncul di jendela kamar Luna yang di paku sepenuhnya. Bahkan diganjal oleh kursi dan lemari penuh pakaian Luna yang berantakan.Prang!!!Sayangnya Horna berhasil masuk ke dalam dengan mudah dan membawa Luna yang basah kuyup keluar dari rumah itu begitu
Selamat membaca.Apa yang luna ucapkan rupanya bukan hanya hanya sekedar kata. Setelah dikurung selama sehari oleh Hadar, Luna pulang dengan ambisi untuk menghancurkan tujuan Hadar. Dia tak peduli lagi pada konsekuensi yang akan dia dapat nantinya.Kediaman Eridamus.Bara terlihat sangat kaget saat Luna hanya berdiri di depan pintu kamarnya sambil mengetuk-ngetuk minta untuk dibukakan.“Bara, apa kau di dalam? Bisa kita bicara, em …aku tahu aku sudah tidak berguna lagi untukmu. Tapi aku masih ingin kamu tetap…,”Pintu terbuka. Luna tersenyum senang saat melihat Bara yang sedang mau membuktikannya pintu.Namun.“Akh…Ba-bara? Apa yang…sakit!” Dia mencekik leher Luna dan menyudutkannya di tembok dengan tatapan membunuh. Katanya, “Kalau kau terus-terusan berubah pikiran. Maka kau tidak akan menjadi milik siapapun!” Ucap Bara pada Luna dengan penuh penegasan.Uhuk!Dia melepas cengkramannya dan membiarkan Luna pergi meninggalkannya. Dia tahu jika Luna takut, tapi dia tetap mencoba.Setela
Selamat membaca.Semua suara hilang. Kini hanya ada keheningan—Luna membuka matanya, dan ia langsung berpikir untuk pergi tapi menahannya.Ini adalah kamar yang selalu ia tempati bersama Hadar. Tapi ini bukan kediaman milik Hadar, sepertinya Hadar memasang kemampuannya di tempat ini.Dia tidak tahu apa tujuan Hadar, tapi ini mengganggu Luna.“Aku tidak bisa tinggal disini lebih lama lagi!”Ucapan Luna mengubah tepat yang semula indah menjadi kamar tamu yang dihias seadanya.Hadar mengerutkan keningnya sedih. “Bukankah karena alasan itu kamu terombang-ambing tanpa tahu tujuanmu.”“Kamu terlalu jauh.”“Aku sangat dekat Luna. Sangat dekat! Bisa melihatmu bukan berarti aku bisa memilikimu.” Ucap Hadar, ia menahan kedua bahu Luna dan membuat wanita itu melihat ketulusan di matanya. “Tak bisakah kamu kembali?”“Kembali pada apa Hadar? Kamu tidak bisa memaksa mawar untuk tumbuh di atas api yang menyala.”“Bagaimana kalau aku bisa?”“Kalau begitu kita akan saling menghancurkan.”Dia sangat sp
Selamat membaca.Percuma saja. Luna tak bisa menutup matanya—dalam pelukan Hadar ia merasa nyaman tetapi bahaya juga datang secara bersamaan.Hadar menyadarinya lebih dulu. “Kamu tidak mempercayai kehadiranku lagi? Haruskah aku menghilang?” tanya Hadar bertubi.Dalam heningnya malam. Luna mengedipkan matanya pelan, tak berniat untuk menjawab Hadar.Selalu mengingat kenangan yang sama. Masa lalu, ambisi juga pengkhiantan yang tak hentinya datang silih berganti dalam hidupnya.Melirik Luna singkat. Hadar mengeratkan pelukannya, meski Luna tak melihat wajahnya. Setidaknya Luna tidak memberontak.“Hadar,” sebut Luna. Lidahnya keluh untuk melanjutkan. “Kau mendengarku?”“Hm.”“Kamu mencintaiku?”“Itu sudah pasti.”“Lalu mengapa tidak kau…,”“Aku tidak bisa. Maaf, apapun. Kecuali perceraianmu dan pria itu!”Suara serak yang menjawab tanpa beban itu. Hanya membuat Luna sakit hati, harusnya ia tidak bertanya. Dan harusnya ia tidak pernah menerima Hadar sebagai bantuan untuk merubtuhkan Eridam
Selamat membaca.Bukan tidak punya pilihan tapi memang tidak pernah punya. Di tengah hujan. Hadar mengandeng tangan Luna dengan sangat erat, meski hanya sedikit tapi dinginnya hatinya selalu terasa hangat.Itu menganggu Luna.Rumput, pohon-pohon. Bahkan Luna tak merasakan kehadiran manusia lain selain dirinya. Seperti ….Kabut yang menutupi jalan perlahan mulai menghilang saat Luna dan Hadar semakin masuk ke dalam hutan.Yang lama-kelamaan mulai menampakkan beberapa orang yang sedang berkumpul di dekat sebuah pohon.Luna tahu dimana tempat ini.“Luna.” Vega langsung memeluk Luna sambil tersenyum. Namun Luna tak menunjukan ekspresi apapun ataupun membalas pelukan Vega.Vega merasa kacau. Dia melepas Luna, lalu berjalan menjauh. Tak lama muncul beberapa Diversm yang berada di bawah kendali Vega, Igel, Horna, juga Ella. Luna menundukan kepalanya. Tau kalau ini akan terjadi. “Kau akhirnya akan menghancurkanku?” “Menghancurkan? Tidak, aku menolongmu.”Dengan pelan Hadar berjalan mendek
Selamat membaca.Hadar tidak pernah ingin melukai Luna. Dia juga tidak pernah mau merebut kebebasan Luna. Dia mungkin bisa menerima ketidakhadiran Luna dalam hidupnya selamanya. Tapi ia tidak akan pernah rela jika kematian mengambilnya dan melemparnya ke dalam api yang tak akan pernah bisa padam.“Bagaimana kondisinya?”“Aku sudah mencoba semua cara untuk memberikan yang terbaik Hadar. Terapi medis tidak bisa membantu terlalu banyak, tetapi auramu mungkin bisa membantu.” Andro berkata dengan kecewa. Dia menghela nafasnya sesekali menatap ke arah Horna yang sebentar lagi akan memotong-motong tubuhnya dengan tatapannya. “Em, tapi mungkin Anda bisa membantu.”Horna tersenyum. Andro terlihat sangat lega—Andro menyukai medis yang dilakukan para manusia. Itu sebabnya belajar banyak dengan sangat cepat.Tapi keraguan muncul saat Horna menatap Hadar yang masih tidak menyetujui apapun. “Kau melakukan itu.”“Tidak ada yang meminta pendapatmu disini.”“Baiklah aku pergi.” Horna mengakat tanganny
Selamat membaca.Ada yang bilang kalau. Pria yang memperlakukan wanita dengan buruk adalah pria brengsek yang hanya mementingkan dirinya sendiri, Hadar tidak. Dia justru membantu Luna yang mencoba untuk menghancurkan dirinya sendiri karena dendam.Waktu berharga masa kini nyatanya tidak akan pernah cukup untuk mengganti waktu yang hancur di masa lalu.“Kalau kamu terus bersikap begini. Lama-lama manusia itu bisa mati, cobalah untuk membalut luka yang kau sebabkan Hadar!” minta Ella setengah marah.Hadar tetap dingin. Namun terlihat sangat sedih. “Dia tak ingin bertemu denganku. Aku hanya akan menyakitinya lebih dalam lagi.”“Aku harap aku mendengar jawaban itu lebih cepat.”Argggh!Suara Luna tentu saja membuat Ella dan Hadar saling tatap. Sebelum Igel datang tanpa mengetuk pintu—dia berlutut di hadapan Hadar. “Saya mohon tuan Hadar. Luna butuh Anda, dia terus memberontak dan melukai dirinya sendiri.”“Itu tak akan mengubah apapun.”“Tuan!”“Tidak.”Horna datang dengan pakaian berant
Selamat membaca.Setelah pembicaraan hari itu. Hadar memberikan waktu pada Luna untuk mengambil keputusan.Dia bahkan tak tidur semalam hanya karena memikirkan kira-kira apa yang akan Luna putuskan.Di meja kerjanya Hadar menatap bingkai foto kosong yang seharusnya milik Luna dengan gusar sampai, sinar matahari memantul dari kaca bingkai memantul ke arah wajah datar Hadar.Mata Hadar memancarkan kilau emas yang perlahan mulai berubah menjadi netra biasa pria dengan tatapan tajam.Tapi Igel yang berjaya di balkon melihatnya dengan cara yang berbeda. Merah.Tok!Tok!Tok!“Masuklah!” sahut Hadar dari dalam. Pintu terbuka diikuti Luna yang terlihat gugup. Hadar sudah menanti Luna, ia tahu kalau wanita itu akan datang terlebih dahulu.“Duduklah!”“Em. Tidak perlu karena aku datang hanya untuk berpamitan.”Mata Igel membelalak. Dia ingin masuk namun dengan kekuataan Hadar, jendela tak bisa dibuka! tirai ditutup.“Baiklah ku izinkan.”Luna yang gugup menjadi senang. Ia menundukan kepalany
Selamat membaca.Kain yang dibungkus asal pada tangan Luna lepas. Perlahan senyuman pada wajah Vega berubah saat melihat tiga cincin yang ada pada jari Luna yang terluka.Seperti bekas seseorang mencoba untuk melepasnya secara paksa. “Apa ini?” Vega bertanya sambil mengerutkan kedua keningnya pada Luna yang terlihat sedang menelan salivanya kasar.“Tunggu itu…”Igel mendekat, dia mengamati cincin yang coba Luna sembunyikan.“Ini bukan apa-apa. Igel, lepaskan tanganku.”“Kau menyakiti Lunaku.” Hadar berucap sambil mencengkram pergelangan tangan Igel. Ia menatap Igel seperti ingin membunuhnya saat ini juga.Hadar tahu kalau mereka sangat penasaran tapi itu membebani Luna. Dan Hadar tidak menyukainya.Igel yang takut menarik tangannya dari Luna. “Maafkan aku.”“Tidak apa-apa…” ucapan Hadar berhenti saat mata tajam itu menatap ke arah cincin yang ada di tangan Luna. “Boleh ku lepaskan?” tanya Hadar.Dengan cepat Luna menggelengkan kepalanya. Dan itu membuat reaksi yang lainnya terlihat sa
Selamat membaca.Menyadari adanya masalah. Luna buru-buru menutupi cincin yang ada pada jarinya dengan selimut agar Hadar tak mengetahuinya.Setelah hari yang panjang, Luna hampir kesulitan untuk melanjutkan tidurnya namun karena kelelahan. Dia tertidur dengan sendirinya, untungnya Hadar tak tidur dengannya semalam. Dan hanya berjaga sebentar saja.“Huh! Syukurlah.” Luna sangat bersyukur.Dia menatap ke arah jam kuno yang terpasang dekat pintu masuk kamar, sebelum melempar selimut dan bergegas ke kamar mandi.Di kamar mandi.“Sttt!” Luna merintih sakit.Darah perlahan menetes dari pergelangan tangannya. Karena ia tak berhati-hati dalam melangkah. Itu menjadi masalah besar bagi Luna. “Sial! Apa yang harus ku lakukan?” Panik. Luna memikirkan sebuah ide untuk menutupi pergelangan tangannya yang terkilir dan sedikit terluka.Buru-buru ia membuka lemari dan merobek beberapa pakaian guna membuat sarung tangan yang tidak akan dicurigai oleh mereka semua nantinya.“Menyebalkan.”“Apanya yang
selamat membaca.Kehadiran bangsa Mimosa tentu saja menimbulkan pertanyaan besar bagi orang baru seperti Lerna—dia berpikir kalau kekuatan yang dikumpulkan oleh Hadar melebihi bantu sandungan juga pilar terkuat yang pernah diciptakan.Dalam hal ini. Mata Lerna tertuju pada Luna, satu-satunya orang yang mungkin menjadi dalang dalam semua ini.Kini ia bisa sedikit percaya pada semua yang ia lihat kala itu.Bangsa Mimosa muncul namun Hadar melihat pemimpin mereka. “Dimana…”“Maaf. Kami sedang berduka.”Mendengar itu Hadar tak bertanya lebih karena ia pasti sudah mengetahui dan membuat rencana untuk kelangsungan hidup bangsa mereka.Tetapi Hadar cukup senang karena mereka tetap datang seperti yang telah dikatakan sebelumnya. “Kami akan membantu mendapatkan Val. Sebagai gantinya, temukan orang-orang yang memegang pengawasan atas hutan ini.”Bangsa Mimosa yang bisa berubah wujud jelas bisa membantu untuk mengintai tanpa ada tahu.Mereka setuju. Dan kelihatannya Luna cukup senang akan bantua
Selamat membaca.Saat hari semakin malam. Diantara pohon-pohon, seorang pria melesat dengan sangat cepat ke area Villa. Di dekat pegunungan dia berhenti.“Aku hanya bisa mengantar kalian sampai disini.”Setelahnya dia kembali pergi.Luna menganggukan kepalanya sekali penuh hormat sebelum ia tersenyum pada Lerna yang terlihat sangat sedih, ketika melihat punggung Antares menjauh darinya.Tapi ini adalah pilihannya. Antares memilih untuk mengikuti perintah raja dan ratu dan Lerna memutuskan untuk mengikuti Luna. Karena ia tak ingin berakhir mengenaskan.Memang pada awalnya Lerna tak percaya pada Luna bahkan sejak awal mereka bertemu, Lerna tak begitu peduli tapi saat Luna memainkan perannya dia tidak ingin mengambil pilihan yang salah lagi.Kehadiran Luna pada perbatasan perlindungan membuat Igel memberi izin untuk melepas sebagian kekuatan.Sambil bergandengan tangan Luna membawa Lerna bersama dengannya. Dengan malu Lerna meraih tangan Luna.***Beberapa menit setelah Lerna bergabung.
Selamat membaca.6 jam kemudian. Luna berbaring di atas tempat tidur, dia tidak pernah merasa sesakit dan selemah ini sebelumnya.Pipinya terus merona dan otaknya sepertinya sudah sangat kacau.Andro dan Horna, Igel menemani Luna, Clara membantu Luna minum dan Vega serta Ella menjaga pintu agar tetap tertutup.“Tulang mu patah, ku rasa kalian sudah bermain tanpa menggunakan otak dan kesadaran kalian.”“Ini berlebihan.” Clara meneguk salivanya kasar, dia berujar sambil menatap paha Luna. Sebelum tatapannya tertuju pada Igel. “Aku takut.”“Aku tak akan mematahkan tubuh mu, aku bukan Hadar.”Sementara mereka sangat serius, Luna malah tertawa dan itu membuat Vega dan Ella naik darah karena Luna terlalu bebas membiarkan Hadar. Mereka sangat lah marah. “Kami tahu emosi kalian sedang baik-baik saja tapi perhatikan tubuhmu.”Em. Sebenarnya Luna sudah meminta untuk berhenti pada Hadar, tapi Hadar tak membiarkannya berhenti dan akhirnya enam jam itu menjadi maut. Luna harus bersyukur karena ha
Selamat membaca.Ini adalah suatu keuntungan bagi Luna, karena Hadar selalu menuruti dan mengikuti apa yang ia mau.Dia cukup senang sekarang, sebuah senyuman manis merekah di sudut kedua bibirnya.Luna segera meraih gagang pintu jendela, akan tetapi senyumnya tiba-tiba saja menghilang saat ia merasakan tangan Hadar yang sedang melingkar pada pinggang rampingnya.Mendapati hal itu. Luna menoleh sedikit ke arah Hadar yang malah semakin memeluknya dengan erat. Dalam hati Luna berujar, “habis lah aku!” Sesalnya kemudian.Dia mencoba untuk tetap tenang. “Hadar?”“Hm?”“Apa kau sedang mencoba untuk menahanku?”“Tidak.”Jawaban yang masuk akal tapi. APA MAKSUDNYA INI?! Luna menghela nafasnya kasar dan Hadar juga mengikuti apa yang Luna lakukan. “Aku tidak boleh?” tanya Luna setengah memelas. Tahu kalau Hadar pada akhirnya tidak setuju dan hanya memancingnya untuk menggali kebenaran tanpa bertanya sedikit pun.Maaf kan dia Val. Dia terlalu percaya diri, meski saat ini Luna pasti akan berada
Selamat membaca.Ini mungkin akan menjadi hari yang sulit bagi Luna. Pasalnya Hadar hanya diam saja, ini tidak berarti baik tapi juga tidak berarti buruk entah nama yang harus Luna rayakan.Hadar mendekat dengan segelas air yang ia sodorkan pada Luna yang malah menggigit bibir bawahnya cemas.Dia lalu menguatkan dirinya untuk bertanya. “Jadi hanya diam?” Mungkin seperti sebuah pertanyaan yang akan membakarnya.Hadar tersenyum. “Aku tak ingin menyakiti kamu dengan membentakmu, cobalah untuk mengerti kalau aku bukanlah ancaman sampai harus mendapatkan tatapan menyebalkanmu saat ini my Luna.” Elusan ringan mendarat pada dagu Luna.Wanita itu menatap Hadar yang terlihat santai naik ke atas ranjang sedang dia hanya menatap gelas air yang penuh di tangannya.Prang!Tiba-tiba gelas ditangan Luna terlepas dari tangan Luna—melayang selama beberapa saat sebelum membentuk tembok kamarnya.Sontak Luna menatap ke arah Hadar. “Jangan membuat aku cemburu pada segelas air!” Pria itu menangis sambil
Selamat membaca.Saat semuanya berkumpul dan membuat semacam kelompok untuk saling berbagi cerita dan rahasia yang lucu, Luna justru m duduk diluar sambil mengawasi Clara dari jarak jauh.Dan dia benar. Clara memalingkan wajahnya dari Luna saat mata keduanya bertemu..Luna meyipitkan matanya. “Kau tidak boleh mencurigai Clara.” Seolah membaca pikiran Luna. Hadar menatap Clara yang membuat kebingungan dimata Luna.Dia benar. Mungkin Luna terlalu waspada pada salah satu orang yang berakhir sebagai temannya dan bukannya musuhnya.“Semakin dijelaskan semakin mengacaukan isi pikiranku.” “Pikiranmu bisa kacau?”Mereka berdua saling tatap. Luna lalu menganggukan kepalanya sebagai jawaban pada Hadar dengan tatapan yang cukup tajam.Tiba-tiba!BRUK!Krak!Prang!!!Igel jatuh dari atap menyambar meja kaca yang langsung hancur dibuatnya—mereka mengambil sikap waspada.Hadar menarik Luna kebelakangnya dan Ella serta yang lainnya mengakat pedang mereka bersiap untuk bertarung.“Ho. Kau ternyata
Selamat membaca.Dari balik pohon-pohon, semak-semak tinggi beberapa bayangan terlihat bergerak, mengintai di tengah kesunyian sebelum meninggalkan daerah tersebut.Hujan sudah berhenti tetapi langit tetap mendung.“Apa pembicaraan kalian berjalan dengan lancar?” tanya Igel penasaran.Luna menatap ke arah belakang Igel seolah sedang mencari seseorang. “Clara ada dimana?”“Aku menyuruhnya untuk tidur siang.”“Kenapa kau tak menemani nya?”“Itu…” Luna mengangkat satu alisnya ke atas saat Igel spontan memegang pipinya yang artinya Clara merasakan bahaya saat bersama dengan Igel.Sangat menarik.Luna tersenyum. Hal itu membuat Igel merasa malu. “Jika kau hanya ingin mengejekku sebaiknya me,nying,kir,lah dari jalanku?”“Kau yang menyapaku lebih dulu. Ingat!” Luna mendengus kesal. “Ngomong-ngomong mengapa kalian seenaknya memanggil Hadar dengan namanya dan kadang dengan sebutan Tuan?”“Sulit mendapatkan kepercayaan pria itu. Jadi jika kami kesal dan terdesak memanggilnya dengan sopan dapat