Selamat membaca.Apa yang luna ucapkan rupanya bukan hanya hanya sekedar kata. Setelah dikurung selama sehari oleh Hadar, Luna pulang dengan ambisi untuk menghancurkan tujuan Hadar. Dia tak peduli lagi pada konsekuensi yang akan dia dapat nantinya.Kediaman Eridamus.Bara terlihat sangat kaget saat Luna hanya berdiri di depan pintu kamarnya sambil mengetuk-ngetuk minta untuk dibukakan.“Bara, apa kau di dalam? Bisa kita bicara, em …aku tahu aku sudah tidak berguna lagi untukmu. Tapi aku masih ingin kamu tetap…,”Pintu terbuka. Luna tersenyum senang saat melihat Bara yang sedang mau membuktikannya pintu.Namun.“Akh…Ba-bara? Apa yang…sakit!” Dia mencekik leher Luna dan menyudutkannya di tembok dengan tatapan membunuh. Katanya, “Kalau kau terus-terusan berubah pikiran. Maka kau tidak akan menjadi milik siapapun!” Ucap Bara pada Luna dengan penuh penegasan.Uhuk!Dia melepas cengkramannya dan membiarkan Luna pergi meninggalkannya. Dia tahu jika Luna takut, tapi dia tetap mencoba.Setela
Selamat membaca.Semua suara hilang. Kini hanya ada keheningan—Luna membuka matanya, dan ia langsung berpikir untuk pergi tapi menahannya.Ini adalah kamar yang selalu ia tempati bersama Hadar. Tapi ini bukan kediaman milik Hadar, sepertinya Hadar memasang kemampuannya di tempat ini.Dia tidak tahu apa tujuan Hadar, tapi ini mengganggu Luna.“Aku tidak bisa tinggal disini lebih lama lagi!”Ucapan Luna mengubah tepat yang semula indah menjadi kamar tamu yang dihias seadanya.Hadar mengerutkan keningnya sedih. “Bukankah karena alasan itu kamu terombang-ambing tanpa tahu tujuanmu.”“Kamu terlalu jauh.”“Aku sangat dekat Luna. Sangat dekat! Bisa melihatmu bukan berarti aku bisa memilikimu.” Ucap Hadar, ia menahan kedua bahu Luna dan membuat wanita itu melihat ketulusan di matanya. “Tak bisakah kamu kembali?”“Kembali pada apa Hadar? Kamu tidak bisa memaksa mawar untuk tumbuh di atas api yang menyala.”“Bagaimana kalau aku bisa?”“Kalau begitu kita akan saling menghancurkan.”Dia sangat sp
Selamat membaca.Percuma saja. Luna tak bisa menutup matanya—dalam pelukan Hadar ia merasa nyaman tetapi bahaya juga datang secara bersamaan.Hadar menyadarinya lebih dulu. “Kamu tidak mempercayai kehadiranku lagi? Haruskah aku menghilang?” tanya Hadar bertubi.Dalam heningnya malam. Luna mengedipkan matanya pelan, tak berniat untuk menjawab Hadar.Selalu mengingat kenangan yang sama. Masa lalu, ambisi juga pengkhiantan yang tak hentinya datang silih berganti dalam hidupnya.Melirik Luna singkat. Hadar mengeratkan pelukannya, meski Luna tak melihat wajahnya. Setidaknya Luna tidak memberontak.“Hadar,” sebut Luna. Lidahnya keluh untuk melanjutkan. “Kau mendengarku?”“Hm.”“Kamu mencintaiku?”“Itu sudah pasti.”“Lalu mengapa tidak kau…,”“Aku tidak bisa. Maaf, apapun. Kecuali perceraianmu dan pria itu!”Suara serak yang menjawab tanpa beban itu. Hanya membuat Luna sakit hati, harusnya ia tidak bertanya. Dan harusnya ia tidak pernah menerima Hadar sebagai bantuan untuk merubtuhkan Eridam
Selamat membaca.Bukan tidak punya pilihan tapi memang tidak pernah punya. Di tengah hujan. Hadar mengandeng tangan Luna dengan sangat erat, meski hanya sedikit tapi dinginnya hatinya selalu terasa hangat.Itu menganggu Luna.Rumput, pohon-pohon. Bahkan Luna tak merasakan kehadiran manusia lain selain dirinya. Seperti ….Kabut yang menutupi jalan perlahan mulai menghilang saat Luna dan Hadar semakin masuk ke dalam hutan.Yang lama-kelamaan mulai menampakkan beberapa orang yang sedang berkumpul di dekat sebuah pohon.Luna tahu dimana tempat ini.“Luna.” Vega langsung memeluk Luna sambil tersenyum. Namun Luna tak menunjukan ekspresi apapun ataupun membalas pelukan Vega.Vega merasa kacau. Dia melepas Luna, lalu berjalan menjauh. Tak lama muncul beberapa Diversm yang berada di bawah kendali Vega, Igel, Horna, juga Ella. Luna menundukan kepalanya. Tau kalau ini akan terjadi. “Kau akhirnya akan menghancurkanku?” “Menghancurkan? Tidak, aku menolongmu.”Dengan pelan Hadar berjalan mendek
Selamat membaca.Hadar tidak pernah ingin melukai Luna. Dia juga tidak pernah mau merebut kebebasan Luna. Dia mungkin bisa menerima ketidakhadiran Luna dalam hidupnya selamanya. Tapi ia tidak akan pernah rela jika kematian mengambilnya dan melemparnya ke dalam api yang tak akan pernah bisa padam.“Bagaimana kondisinya?”“Aku sudah mencoba semua cara untuk memberikan yang terbaik Hadar. Terapi medis tidak bisa membantu terlalu banyak, tetapi auramu mungkin bisa membantu.” Andro berkata dengan kecewa. Dia menghela nafasnya sesekali menatap ke arah Horna yang sebentar lagi akan memotong-motong tubuhnya dengan tatapannya. “Em, tapi mungkin Anda bisa membantu.”Horna tersenyum. Andro terlihat sangat lega—Andro menyukai medis yang dilakukan para manusia. Itu sebabnya belajar banyak dengan sangat cepat.Tapi keraguan muncul saat Horna menatap Hadar yang masih tidak menyetujui apapun. “Kau melakukan itu.”“Tidak ada yang meminta pendapatmu disini.”“Baiklah aku pergi.” Horna mengakat tanganny
Selamat membaca.Ada yang bilang kalau. Pria yang memperlakukan wanita dengan buruk adalah pria brengsek yang hanya mementingkan dirinya sendiri, Hadar tidak. Dia justru membantu Luna yang mencoba untuk menghancurkan dirinya sendiri karena dendam.Waktu berharga masa kini nyatanya tidak akan pernah cukup untuk mengganti waktu yang hancur di masa lalu.“Kalau kamu terus bersikap begini. Lama-lama manusia itu bisa mati, cobalah untuk membalut luka yang kau sebabkan Hadar!” minta Ella setengah marah.Hadar tetap dingin. Namun terlihat sangat sedih. “Dia tak ingin bertemu denganku. Aku hanya akan menyakitinya lebih dalam lagi.”“Aku harap aku mendengar jawaban itu lebih cepat.”Argggh!Suara Luna tentu saja membuat Ella dan Hadar saling tatap. Sebelum Igel datang tanpa mengetuk pintu—dia berlutut di hadapan Hadar. “Saya mohon tuan Hadar. Luna butuh Anda, dia terus memberontak dan melukai dirinya sendiri.”“Itu tak akan mengubah apapun.”“Tuan!”“Tidak.”Horna datang dengan pakaian berant
Selamat membaca.Setelah pembicaraan hari itu. Hadar memberikan waktu pada Luna untuk mengambil keputusan.Dia bahkan tak tidur semalam hanya karena memikirkan kira-kira apa yang akan Luna putuskan.Di meja kerjanya Hadar menatap bingkai foto kosong yang seharusnya milik Luna dengan gusar sampai, sinar matahari memantul dari kaca bingkai memantul ke arah wajah datar Hadar.Mata Hadar memancarkan kilau emas yang perlahan mulai berubah menjadi netra biasa pria dengan tatapan tajam.Tapi Igel yang berjaya di balkon melihatnya dengan cara yang berbeda. Merah.Tok!Tok!Tok!“Masuklah!” sahut Hadar dari dalam. Pintu terbuka diikuti Luna yang terlihat gugup. Hadar sudah menanti Luna, ia tahu kalau wanita itu akan datang terlebih dahulu.“Duduklah!”“Em. Tidak perlu karena aku datang hanya untuk berpamitan.”Mata Igel membelalak. Dia ingin masuk namun dengan kekuataan Hadar, jendela tak bisa dibuka! tirai ditutup.“Baiklah ku izinkan.”Luna yang gugup menjadi senang. Ia menundukan kepalany
Selamat membaca.Luna kembali ke Eridamus tanpa beban. Namun tatapan semua orang berubah, bukan tatapan mengejek atau merendahkan tapi lebih kepada ketakutan.“Kenapa? Aku datang untuk menemui suamiku?”“Kau sangat menakutkan?”Benarkah? Apakah Hadar memasang aura buruk lagi padanya? Tapi rasanya tidak, dia merasa sehat dan tidak ada yang berubah dari wajahnya.Sebuah langkah panjang mendekat. Bara tiba-tiba saja menarik tangan Luna untuk mengikutinya dari belakang.Luna tentu saja terkejut juga senang karena ini adalah pertama kalinya Bara menyentuhnya lebih dulu.Di kamar Bara. Pria itu mendorong Luna ke atas tempat tidur, kini posisi mereka ialah Bara berada di atas Luna namun saat Bara menyentuh pipi Luna rasa sakit menjalar di tubuh Luna.Luna yang tak tahan mendorong Bara tanpa sadar.“Maaf a-aku bukannya menolak tapi …” ini menyakitkan. Rasanya seperti terbakar sungguhan! “Bara?!”“Hahaha, akhirnya pria itu memainkan peran yang lebih sesuai dengan dirinya! Pedang Chimera yang j