Selamat membaca.Pemimpin Fakultas membuat pertemuan umum yang tidak diinginkan Luna terjadi.Kini Luna terkurung dalam ruangan bersama orang-orang yang menatapnya dengan tatapan marah.“Kau membuat pertukaran lagi?”Hadar terdengar sangat marah. Sedang Luna mencoba untuk tak melihat matanya, karena lebih baik bagi Luna untuk tidur sedikit lebih lama daripada bergantung pada orang yang salah.“Kau melanggar janjimu. Batas, aku juga memilikinya Luna, Aku … Mencarimu tetapi tidak ku temukan kamu di manapun. Aku juga menunggumu dengan kepercayaan yang sama tapi kamu tidak pernah datang! Apakah kebencianmu lebih besar dari rasa cintaku padamu?”Luna tak menjawab.Hal itu membuat putus asa juga sakit hati. “Hentikan pertukarannya!” titah Hadar.“Tidak mau.”“Luna.” Vega terlihat cemas tapi kali ini Hadar benar, pertukaran itu bisa membuat Luna koma dalam waktu yang lama.“Tidak mau?”“Aku harap aku tidak perlu mengulanginya untuk kedua kalinya. Dan aku harap, kau tidak mencoba untuk menung
Selamat membaca.Mata Luna mulai terbuka, dan nafasnya tidak lah stabil. Dia merasa sangat lelah dan pusing, pandangan buram itu lama-lama mulai terlihat dengan jelas.“Kau baik-baik saja?”“Hm?” Luna mencoba untuk mencari kesadarannya. Namun bukan tempat gelap, tapi UKS di kampus nya. “Ini….”“Baru beberapa menit kau hilang dari pandangan kami namun kau sudah terluka seperti ini?”“Awww.” Luna memegang kepalanya yang berdenyut. Sudah di perban dengan baik, Ella terlihat memutar bola matanya.Tak lama Hadar beserta Horna serta Igel masuk ke dalam ruangan secara bersamaan. “Vega sedang membelikan makanan.” ucap Hadar seolah tahu kalau Luna sedang mencari keberadaan Vega.Dibandingkan hal itu. Luna ingin pergi dari sini secepat mungkin namun Ella menahannya tetap di atas tempat tidur.Lalu Hadar datang dan yap. “Apa yang….”Dia langsung mencium Luna dan membuat Luka pada dahi Luna perlahan membaik. Setelah itu ia. “Maaf.” Ucap Hadar karena berani mencium Luna tanpa seizinnya.Luna denga
Selamat membaca.“Lepas!”Luna mendorong Hadar sekuat tenaganya—keanehan yang terjadi pada dirinya membuat ia tidak bisa percaya pada Hadar lagi. Harusnya begitu tapi mengapa ia harus menerima pelukan Hadar! Mungkinkah dia sudah gila?Saat terlepas, Luna mengusap air mata yang mengalir di pipinya sambil menatap Hadar dengan tatapan penuh permusuhan.“Aku tidak punya pilihan.” Jelas Hadar.“Kau ingin membalas ku karena aku berbohong padamu?”“Kamu tidak menyetujui apapun. Aku sedang menunggu, tapi kamu tidak memilih aku lagi.” Hal itu tentu saja tak bisa diterima oleh Hadar. “Ingatlah kalau aku masih ingin kamu membuat kamu menempatkan aku dalam daftar sekutu.” Ucap Hadar sambil mendekat.Tapi Luna menjauh.“Jangan mendekat. Ka-kau … kalian semua, aku membenci kalian!” bentak Luna. Dia lalu berjalan meninggalkan ruangan tersebut, dengan marah ia menarik perban di kepalanya—memang sudah tidak ada Luka tapi ia mendapatkan lebih.Mata ini. “Bukan milikku!” ucap Luna membatin.Saat hanya a
Selamat membaca.Hari sudah sangatlah malam, dan pagi akan segera datang kembali tapi orang yang ditunggu-tunggu tak pernah datang.Pintu tertutup begitu saja.Hadar yakin kalau Luna akan kembali ke tempat dimana Hadar berada tapi mengapa ia gemetar? “Harusnya ini menjadi yang terakhir.” pikir Hadar membatin..“Saya butuh persetujuan.” Horna berkata sambil tersenyum pada Hadar yang tidak ingin membuat keputusan atau memberi perintah.***Di sana. Kediaman Eridamus, Luna menengelamkan dirinya dalam bak berisi air dingin untuk melawan rasa sakit pada matanya yang perlahan mulai menyebar.Genangan air merembes keluar dari celah pintu. Clara berdecak. Sebelum keluar dari tempat tersebut menuju kediaman Hadar.Beberapa menit kemudian Horna muncul di jendela kamar Luna yang di paku sepenuhnya. Bahkan diganjal oleh kursi dan lemari penuh pakaian Luna yang berantakan.Prang!!!Sayangnya Horna berhasil masuk ke dalam dengan mudah dan membawa Luna yang basah kuyup keluar dari rumah itu begitu
Selamat membaca.Apa yang luna ucapkan rupanya bukan hanya hanya sekedar kata. Setelah dikurung selama sehari oleh Hadar, Luna pulang dengan ambisi untuk menghancurkan tujuan Hadar. Dia tak peduli lagi pada konsekuensi yang akan dia dapat nantinya.Kediaman Eridamus.Bara terlihat sangat kaget saat Luna hanya berdiri di depan pintu kamarnya sambil mengetuk-ngetuk minta untuk dibukakan.“Bara, apa kau di dalam? Bisa kita bicara, em …aku tahu aku sudah tidak berguna lagi untukmu. Tapi aku masih ingin kamu tetap…,”Pintu terbuka. Luna tersenyum senang saat melihat Bara yang sedang mau membuktikannya pintu.Namun.“Akh…Ba-bara? Apa yang…sakit!” Dia mencekik leher Luna dan menyudutkannya di tembok dengan tatapan membunuh. Katanya, “Kalau kau terus-terusan berubah pikiran. Maka kau tidak akan menjadi milik siapapun!” Ucap Bara pada Luna dengan penuh penegasan.Uhuk!Dia melepas cengkramannya dan membiarkan Luna pergi meninggalkannya. Dia tahu jika Luna takut, tapi dia tetap mencoba.Setela
Selamat membaca.Semua suara hilang. Kini hanya ada keheningan—Luna membuka matanya, dan ia langsung berpikir untuk pergi tapi menahannya.Ini adalah kamar yang selalu ia tempati bersama Hadar. Tapi ini bukan kediaman milik Hadar, sepertinya Hadar memasang kemampuannya di tempat ini.Dia tidak tahu apa tujuan Hadar, tapi ini mengganggu Luna.“Aku tidak bisa tinggal disini lebih lama lagi!”Ucapan Luna mengubah tepat yang semula indah menjadi kamar tamu yang dihias seadanya.Hadar mengerutkan keningnya sedih. “Bukankah karena alasan itu kamu terombang-ambing tanpa tahu tujuanmu.”“Kamu terlalu jauh.”“Aku sangat dekat Luna. Sangat dekat! Bisa melihatmu bukan berarti aku bisa memilikimu.” Ucap Hadar, ia menahan kedua bahu Luna dan membuat wanita itu melihat ketulusan di matanya. “Tak bisakah kamu kembali?”“Kembali pada apa Hadar? Kamu tidak bisa memaksa mawar untuk tumbuh di atas api yang menyala.”“Bagaimana kalau aku bisa?”“Kalau begitu kita akan saling menghancurkan.”Dia sangat sp
Selamat membaca.Percuma saja. Luna tak bisa menutup matanya—dalam pelukan Hadar ia merasa nyaman tetapi bahaya juga datang secara bersamaan.Hadar menyadarinya lebih dulu. “Kamu tidak mempercayai kehadiranku lagi? Haruskah aku menghilang?” tanya Hadar bertubi.Dalam heningnya malam. Luna mengedipkan matanya pelan, tak berniat untuk menjawab Hadar.Selalu mengingat kenangan yang sama. Masa lalu, ambisi juga pengkhiantan yang tak hentinya datang silih berganti dalam hidupnya.Melirik Luna singkat. Hadar mengeratkan pelukannya, meski Luna tak melihat wajahnya. Setidaknya Luna tidak memberontak.“Hadar,” sebut Luna. Lidahnya keluh untuk melanjutkan. “Kau mendengarku?”“Hm.”“Kamu mencintaiku?”“Itu sudah pasti.”“Lalu mengapa tidak kau…,”“Aku tidak bisa. Maaf, apapun. Kecuali perceraianmu dan pria itu!”Suara serak yang menjawab tanpa beban itu. Hanya membuat Luna sakit hati, harusnya ia tidak bertanya. Dan harusnya ia tidak pernah menerima Hadar sebagai bantuan untuk merubtuhkan Eridam
Selamat membaca.Bukan tidak punya pilihan tapi memang tidak pernah punya. Di tengah hujan. Hadar mengandeng tangan Luna dengan sangat erat, meski hanya sedikit tapi dinginnya hatinya selalu terasa hangat.Itu menganggu Luna.Rumput, pohon-pohon. Bahkan Luna tak merasakan kehadiran manusia lain selain dirinya. Seperti ….Kabut yang menutupi jalan perlahan mulai menghilang saat Luna dan Hadar semakin masuk ke dalam hutan.Yang lama-kelamaan mulai menampakkan beberapa orang yang sedang berkumpul di dekat sebuah pohon.Luna tahu dimana tempat ini.“Luna.” Vega langsung memeluk Luna sambil tersenyum. Namun Luna tak menunjukan ekspresi apapun ataupun membalas pelukan Vega.Vega merasa kacau. Dia melepas Luna, lalu berjalan menjauh. Tak lama muncul beberapa Diversm yang berada di bawah kendali Vega, Igel, Horna, juga Ella. Luna menundukan kepalanya. Tau kalau ini akan terjadi. “Kau akhirnya akan menghancurkanku?” “Menghancurkan? Tidak, aku menolongmu.”Dengan pelan Hadar berjalan mendek
Selamat membaca.Kain yang dibungkus asal pada tangan Luna lepas. Perlahan senyuman pada wajah Vega berubah saat melihat tiga cincin yang ada pada jari Luna yang terluka.Seperti bekas seseorang mencoba untuk melepasnya secara paksa. “Apa ini?” Vega bertanya sambil mengerutkan kedua keningnya pada Luna yang terlihat sedang menelan salivanya kasar.“Tunggu itu…”Igel mendekat, dia mengamati cincin yang coba Luna sembunyikan.“Ini bukan apa-apa. Igel, lepaskan tanganku.”“Kau menyakiti Lunaku.” Hadar berucap sambil mencengkram pergelangan tangan Igel. Ia menatap Igel seperti ingin membunuhnya saat ini juga.Hadar tahu kalau mereka sangat penasaran tapi itu membebani Luna. Dan Hadar tidak menyukainya.Igel yang takut menarik tangannya dari Luna. “Maafkan aku.”“Tidak apa-apa…” ucapan Hadar berhenti saat mata tajam itu menatap ke arah cincin yang ada di tangan Luna. “Boleh ku lepaskan?” tanya Hadar.Dengan cepat Luna menggelengkan kepalanya. Dan itu membuat reaksi yang lainnya terlihat sa
Selamat membaca.Menyadari adanya masalah. Luna buru-buru menutupi cincin yang ada pada jarinya dengan selimut agar Hadar tak mengetahuinya.Setelah hari yang panjang, Luna hampir kesulitan untuk melanjutkan tidurnya namun karena kelelahan. Dia tertidur dengan sendirinya, untungnya Hadar tak tidur dengannya semalam. Dan hanya berjaga sebentar saja.“Huh! Syukurlah.” Luna sangat bersyukur.Dia menatap ke arah jam kuno yang terpasang dekat pintu masuk kamar, sebelum melempar selimut dan bergegas ke kamar mandi.Di kamar mandi.“Sttt!” Luna merintih sakit.Darah perlahan menetes dari pergelangan tangannya. Karena ia tak berhati-hati dalam melangkah. Itu menjadi masalah besar bagi Luna. “Sial! Apa yang harus ku lakukan?” Panik. Luna memikirkan sebuah ide untuk menutupi pergelangan tangannya yang terkilir dan sedikit terluka.Buru-buru ia membuka lemari dan merobek beberapa pakaian guna membuat sarung tangan yang tidak akan dicurigai oleh mereka semua nantinya.“Menyebalkan.”“Apanya yang
selamat membaca.Kehadiran bangsa Mimosa tentu saja menimbulkan pertanyaan besar bagi orang baru seperti Lerna—dia berpikir kalau kekuatan yang dikumpulkan oleh Hadar melebihi bantu sandungan juga pilar terkuat yang pernah diciptakan.Dalam hal ini. Mata Lerna tertuju pada Luna, satu-satunya orang yang mungkin menjadi dalang dalam semua ini.Kini ia bisa sedikit percaya pada semua yang ia lihat kala itu.Bangsa Mimosa muncul namun Hadar melihat pemimpin mereka. “Dimana…”“Maaf. Kami sedang berduka.”Mendengar itu Hadar tak bertanya lebih karena ia pasti sudah mengetahui dan membuat rencana untuk kelangsungan hidup bangsa mereka.Tetapi Hadar cukup senang karena mereka tetap datang seperti yang telah dikatakan sebelumnya. “Kami akan membantu mendapatkan Val. Sebagai gantinya, temukan orang-orang yang memegang pengawasan atas hutan ini.”Bangsa Mimosa yang bisa berubah wujud jelas bisa membantu untuk mengintai tanpa ada tahu.Mereka setuju. Dan kelihatannya Luna cukup senang akan bantua
Selamat membaca.Saat hari semakin malam. Diantara pohon-pohon, seorang pria melesat dengan sangat cepat ke area Villa. Di dekat pegunungan dia berhenti.“Aku hanya bisa mengantar kalian sampai disini.”Setelahnya dia kembali pergi.Luna menganggukan kepalanya sekali penuh hormat sebelum ia tersenyum pada Lerna yang terlihat sangat sedih, ketika melihat punggung Antares menjauh darinya.Tapi ini adalah pilihannya. Antares memilih untuk mengikuti perintah raja dan ratu dan Lerna memutuskan untuk mengikuti Luna. Karena ia tak ingin berakhir mengenaskan.Memang pada awalnya Lerna tak percaya pada Luna bahkan sejak awal mereka bertemu, Lerna tak begitu peduli tapi saat Luna memainkan perannya dia tidak ingin mengambil pilihan yang salah lagi.Kehadiran Luna pada perbatasan perlindungan membuat Igel memberi izin untuk melepas sebagian kekuatan.Sambil bergandengan tangan Luna membawa Lerna bersama dengannya. Dengan malu Lerna meraih tangan Luna.***Beberapa menit setelah Lerna bergabung.
Selamat membaca.6 jam kemudian. Luna berbaring di atas tempat tidur, dia tidak pernah merasa sesakit dan selemah ini sebelumnya.Pipinya terus merona dan otaknya sepertinya sudah sangat kacau.Andro dan Horna, Igel menemani Luna, Clara membantu Luna minum dan Vega serta Ella menjaga pintu agar tetap tertutup.“Tulang mu patah, ku rasa kalian sudah bermain tanpa menggunakan otak dan kesadaran kalian.”“Ini berlebihan.” Clara meneguk salivanya kasar, dia berujar sambil menatap paha Luna. Sebelum tatapannya tertuju pada Igel. “Aku takut.”“Aku tak akan mematahkan tubuh mu, aku bukan Hadar.”Sementara mereka sangat serius, Luna malah tertawa dan itu membuat Vega dan Ella naik darah karena Luna terlalu bebas membiarkan Hadar. Mereka sangat lah marah. “Kami tahu emosi kalian sedang baik-baik saja tapi perhatikan tubuhmu.”Em. Sebenarnya Luna sudah meminta untuk berhenti pada Hadar, tapi Hadar tak membiarkannya berhenti dan akhirnya enam jam itu menjadi maut. Luna harus bersyukur karena ha
Selamat membaca.Ini adalah suatu keuntungan bagi Luna, karena Hadar selalu menuruti dan mengikuti apa yang ia mau.Dia cukup senang sekarang, sebuah senyuman manis merekah di sudut kedua bibirnya.Luna segera meraih gagang pintu jendela, akan tetapi senyumnya tiba-tiba saja menghilang saat ia merasakan tangan Hadar yang sedang melingkar pada pinggang rampingnya.Mendapati hal itu. Luna menoleh sedikit ke arah Hadar yang malah semakin memeluknya dengan erat. Dalam hati Luna berujar, “habis lah aku!” Sesalnya kemudian.Dia mencoba untuk tetap tenang. “Hadar?”“Hm?”“Apa kau sedang mencoba untuk menahanku?”“Tidak.”Jawaban yang masuk akal tapi. APA MAKSUDNYA INI?! Luna menghela nafasnya kasar dan Hadar juga mengikuti apa yang Luna lakukan. “Aku tidak boleh?” tanya Luna setengah memelas. Tahu kalau Hadar pada akhirnya tidak setuju dan hanya memancingnya untuk menggali kebenaran tanpa bertanya sedikit pun.Maaf kan dia Val. Dia terlalu percaya diri, meski saat ini Luna pasti akan berada
Selamat membaca.Ini mungkin akan menjadi hari yang sulit bagi Luna. Pasalnya Hadar hanya diam saja, ini tidak berarti baik tapi juga tidak berarti buruk entah nama yang harus Luna rayakan.Hadar mendekat dengan segelas air yang ia sodorkan pada Luna yang malah menggigit bibir bawahnya cemas.Dia lalu menguatkan dirinya untuk bertanya. “Jadi hanya diam?” Mungkin seperti sebuah pertanyaan yang akan membakarnya.Hadar tersenyum. “Aku tak ingin menyakiti kamu dengan membentakmu, cobalah untuk mengerti kalau aku bukanlah ancaman sampai harus mendapatkan tatapan menyebalkanmu saat ini my Luna.” Elusan ringan mendarat pada dagu Luna.Wanita itu menatap Hadar yang terlihat santai naik ke atas ranjang sedang dia hanya menatap gelas air yang penuh di tangannya.Prang!Tiba-tiba gelas ditangan Luna terlepas dari tangan Luna—melayang selama beberapa saat sebelum membentuk tembok kamarnya.Sontak Luna menatap ke arah Hadar. “Jangan membuat aku cemburu pada segelas air!” Pria itu menangis sambil
Selamat membaca.Saat semuanya berkumpul dan membuat semacam kelompok untuk saling berbagi cerita dan rahasia yang lucu, Luna justru m duduk diluar sambil mengawasi Clara dari jarak jauh.Dan dia benar. Clara memalingkan wajahnya dari Luna saat mata keduanya bertemu..Luna meyipitkan matanya. “Kau tidak boleh mencurigai Clara.” Seolah membaca pikiran Luna. Hadar menatap Clara yang membuat kebingungan dimata Luna.Dia benar. Mungkin Luna terlalu waspada pada salah satu orang yang berakhir sebagai temannya dan bukannya musuhnya.“Semakin dijelaskan semakin mengacaukan isi pikiranku.” “Pikiranmu bisa kacau?”Mereka berdua saling tatap. Luna lalu menganggukan kepalanya sebagai jawaban pada Hadar dengan tatapan yang cukup tajam.Tiba-tiba!BRUK!Krak!Prang!!!Igel jatuh dari atap menyambar meja kaca yang langsung hancur dibuatnya—mereka mengambil sikap waspada.Hadar menarik Luna kebelakangnya dan Ella serta yang lainnya mengakat pedang mereka bersiap untuk bertarung.“Ho. Kau ternyata
Selamat membaca.Dari balik pohon-pohon, semak-semak tinggi beberapa bayangan terlihat bergerak, mengintai di tengah kesunyian sebelum meninggalkan daerah tersebut.Hujan sudah berhenti tetapi langit tetap mendung.“Apa pembicaraan kalian berjalan dengan lancar?” tanya Igel penasaran.Luna menatap ke arah belakang Igel seolah sedang mencari seseorang. “Clara ada dimana?”“Aku menyuruhnya untuk tidur siang.”“Kenapa kau tak menemani nya?”“Itu…” Luna mengangkat satu alisnya ke atas saat Igel spontan memegang pipinya yang artinya Clara merasakan bahaya saat bersama dengan Igel.Sangat menarik.Luna tersenyum. Hal itu membuat Igel merasa malu. “Jika kau hanya ingin mengejekku sebaiknya me,nying,kir,lah dari jalanku?”“Kau yang menyapaku lebih dulu. Ingat!” Luna mendengus kesal. “Ngomong-ngomong mengapa kalian seenaknya memanggil Hadar dengan namanya dan kadang dengan sebutan Tuan?”“Sulit mendapatkan kepercayaan pria itu. Jadi jika kami kesal dan terdesak memanggilnya dengan sopan dapat