Selamat membaca.Pemadaman listrik kala itu menjadi berita paling panas yang sempat menggemparkan dunia. Beberapa orang menyebut kalau itu adalah Kematian Bulan, karena pada saat itu bulan menghilang tapi hanya satu orang saja yang tak peduli pada berita lama itu.Dan dia adalah Luna. Gadis yang kini belajar di perguruan tinggi, Fakultas ternama di kotanya hanya menghabiskan waktu duduk dan belajar dengan giat.Eridamus yang ia kenal sebagai Eridani karena ulah Hadar menentang keinginannya, tetapi Luna meminta hal itu sebagai bayaran untuk tutup mulut.Semua kembali seperti sedia kala. Ayahnya yang menganggap dia memiliki aura buruk seperti pemikiran keluarga yang lain—itu memang rencananya, tapi satu-satunya yang tidak kembali adalah Clara.Hadar menginginkan Clara, dan Bara masih tidak ingin memberikan surat perceraiannya. Ingatannya sama saja, belenggunya masih hilang.“Luna, apa kau menghayal lagi?” tanya Monika. Gadis dengan rambut blonde yang kini menjadi teman dekat Luna meski
Selamat membaca.Pemimpin Fakultas membuat pertemuan umum yang tidak diinginkan Luna terjadi.Kini Luna terkurung dalam ruangan bersama orang-orang yang menatapnya dengan tatapan marah.“Kau membuat pertukaran lagi?”Hadar terdengar sangat marah. Sedang Luna mencoba untuk tak melihat matanya, karena lebih baik bagi Luna untuk tidur sedikit lebih lama daripada bergantung pada orang yang salah.“Kau melanggar janjimu. Batas, aku juga memilikinya Luna, Aku … Mencarimu tetapi tidak ku temukan kamu di manapun. Aku juga menunggumu dengan kepercayaan yang sama tapi kamu tidak pernah datang! Apakah kebencianmu lebih besar dari rasa cintaku padamu?”Luna tak menjawab.Hal itu membuat putus asa juga sakit hati. “Hentikan pertukarannya!” titah Hadar.“Tidak mau.”“Luna.” Vega terlihat cemas tapi kali ini Hadar benar, pertukaran itu bisa membuat Luna koma dalam waktu yang lama.“Tidak mau?”“Aku harap aku tidak perlu mengulanginya untuk kedua kalinya. Dan aku harap, kau tidak mencoba untuk menung
Selamat membaca.Mata Luna mulai terbuka, dan nafasnya tidak lah stabil. Dia merasa sangat lelah dan pusing, pandangan buram itu lama-lama mulai terlihat dengan jelas.“Kau baik-baik saja?”“Hm?” Luna mencoba untuk mencari kesadarannya. Namun bukan tempat gelap, tapi UKS di kampus nya. “Ini….”“Baru beberapa menit kau hilang dari pandangan kami namun kau sudah terluka seperti ini?”“Awww.” Luna memegang kepalanya yang berdenyut. Sudah di perban dengan baik, Ella terlihat memutar bola matanya.Tak lama Hadar beserta Horna serta Igel masuk ke dalam ruangan secara bersamaan. “Vega sedang membelikan makanan.” ucap Hadar seolah tahu kalau Luna sedang mencari keberadaan Vega.Dibandingkan hal itu. Luna ingin pergi dari sini secepat mungkin namun Ella menahannya tetap di atas tempat tidur.Lalu Hadar datang dan yap. “Apa yang….”Dia langsung mencium Luna dan membuat Luka pada dahi Luna perlahan membaik. Setelah itu ia. “Maaf.” Ucap Hadar karena berani mencium Luna tanpa seizinnya.Luna denga
Selamat membaca.“Lepas!”Luna mendorong Hadar sekuat tenaganya—keanehan yang terjadi pada dirinya membuat ia tidak bisa percaya pada Hadar lagi. Harusnya begitu tapi mengapa ia harus menerima pelukan Hadar! Mungkinkah dia sudah gila?Saat terlepas, Luna mengusap air mata yang mengalir di pipinya sambil menatap Hadar dengan tatapan penuh permusuhan.“Aku tidak punya pilihan.” Jelas Hadar.“Kau ingin membalas ku karena aku berbohong padamu?”“Kamu tidak menyetujui apapun. Aku sedang menunggu, tapi kamu tidak memilih aku lagi.” Hal itu tentu saja tak bisa diterima oleh Hadar. “Ingatlah kalau aku masih ingin kamu membuat kamu menempatkan aku dalam daftar sekutu.” Ucap Hadar sambil mendekat.Tapi Luna menjauh.“Jangan mendekat. Ka-kau … kalian semua, aku membenci kalian!” bentak Luna. Dia lalu berjalan meninggalkan ruangan tersebut, dengan marah ia menarik perban di kepalanya—memang sudah tidak ada Luka tapi ia mendapatkan lebih.Mata ini. “Bukan milikku!” ucap Luna membatin.Saat hanya a
Selamat membaca.Hari sudah sangatlah malam, dan pagi akan segera datang kembali tapi orang yang ditunggu-tunggu tak pernah datang.Pintu tertutup begitu saja.Hadar yakin kalau Luna akan kembali ke tempat dimana Hadar berada tapi mengapa ia gemetar? “Harusnya ini menjadi yang terakhir.” pikir Hadar membatin..“Saya butuh persetujuan.” Horna berkata sambil tersenyum pada Hadar yang tidak ingin membuat keputusan atau memberi perintah.***Di sana. Kediaman Eridamus, Luna menengelamkan dirinya dalam bak berisi air dingin untuk melawan rasa sakit pada matanya yang perlahan mulai menyebar.Genangan air merembes keluar dari celah pintu. Clara berdecak. Sebelum keluar dari tempat tersebut menuju kediaman Hadar.Beberapa menit kemudian Horna muncul di jendela kamar Luna yang di paku sepenuhnya. Bahkan diganjal oleh kursi dan lemari penuh pakaian Luna yang berantakan.Prang!!!Sayangnya Horna berhasil masuk ke dalam dengan mudah dan membawa Luna yang basah kuyup keluar dari rumah itu begitu
Selamat membaca.Apa yang luna ucapkan rupanya bukan hanya hanya sekedar kata. Setelah dikurung selama sehari oleh Hadar, Luna pulang dengan ambisi untuk menghancurkan tujuan Hadar. Dia tak peduli lagi pada konsekuensi yang akan dia dapat nantinya.Kediaman Eridamus.Bara terlihat sangat kaget saat Luna hanya berdiri di depan pintu kamarnya sambil mengetuk-ngetuk minta untuk dibukakan.“Bara, apa kau di dalam? Bisa kita bicara, em …aku tahu aku sudah tidak berguna lagi untukmu. Tapi aku masih ingin kamu tetap…,”Pintu terbuka. Luna tersenyum senang saat melihat Bara yang sedang mau membuktikannya pintu.Namun.“Akh…Ba-bara? Apa yang…sakit!” Dia mencekik leher Luna dan menyudutkannya di tembok dengan tatapan membunuh. Katanya, “Kalau kau terus-terusan berubah pikiran. Maka kau tidak akan menjadi milik siapapun!” Ucap Bara pada Luna dengan penuh penegasan.Uhuk!Dia melepas cengkramannya dan membiarkan Luna pergi meninggalkannya. Dia tahu jika Luna takut, tapi dia tetap mencoba.Setela
Selamat membaca.Semua suara hilang. Kini hanya ada keheningan—Luna membuka matanya, dan ia langsung berpikir untuk pergi tapi menahannya.Ini adalah kamar yang selalu ia tempati bersama Hadar. Tapi ini bukan kediaman milik Hadar, sepertinya Hadar memasang kemampuannya di tempat ini.Dia tidak tahu apa tujuan Hadar, tapi ini mengganggu Luna.“Aku tidak bisa tinggal disini lebih lama lagi!”Ucapan Luna mengubah tepat yang semula indah menjadi kamar tamu yang dihias seadanya.Hadar mengerutkan keningnya sedih. “Bukankah karena alasan itu kamu terombang-ambing tanpa tahu tujuanmu.”“Kamu terlalu jauh.”“Aku sangat dekat Luna. Sangat dekat! Bisa melihatmu bukan berarti aku bisa memilikimu.” Ucap Hadar, ia menahan kedua bahu Luna dan membuat wanita itu melihat ketulusan di matanya. “Tak bisakah kamu kembali?”“Kembali pada apa Hadar? Kamu tidak bisa memaksa mawar untuk tumbuh di atas api yang menyala.”“Bagaimana kalau aku bisa?”“Kalau begitu kita akan saling menghancurkan.”Dia sangat sp
Selamat membaca.Percuma saja. Luna tak bisa menutup matanya—dalam pelukan Hadar ia merasa nyaman tetapi bahaya juga datang secara bersamaan.Hadar menyadarinya lebih dulu. “Kamu tidak mempercayai kehadiranku lagi? Haruskah aku menghilang?” tanya Hadar bertubi.Dalam heningnya malam. Luna mengedipkan matanya pelan, tak berniat untuk menjawab Hadar.Selalu mengingat kenangan yang sama. Masa lalu, ambisi juga pengkhiantan yang tak hentinya datang silih berganti dalam hidupnya.Melirik Luna singkat. Hadar mengeratkan pelukannya, meski Luna tak melihat wajahnya. Setidaknya Luna tidak memberontak.“Hadar,” sebut Luna. Lidahnya keluh untuk melanjutkan. “Kau mendengarku?”“Hm.”“Kamu mencintaiku?”“Itu sudah pasti.”“Lalu mengapa tidak kau…,”“Aku tidak bisa. Maaf, apapun. Kecuali perceraianmu dan pria itu!”Suara serak yang menjawab tanpa beban itu. Hanya membuat Luna sakit hati, harusnya ia tidak bertanya. Dan harusnya ia tidak pernah menerima Hadar sebagai bantuan untuk merubtuhkan Eridam