Aku kembali memberikan kamera tersebut pada Zennofer dan ia segera berjalan kesana kemari membawa kamera tersebut untuk mengambil gambar yang menurutnya sangat menarik.'Kalau Zu yang memegang kamera ini, pastinya ia tidak henti memotret dirinya sendiri.'Saat Zennofer sudah puas berkeliling mengambil gambar, ia kembali dan membawa banyak kertas foto. Aku melihat banyak gambar pemandangan pantai, para wisatawan dan bangunan-bangunan disekitarnya. Aku mengangkat salah satu foto yang mana terdapat seorang pria yang ku kenal sedang melumat bibir seorang wanita dengan penuhi gairah.Aku menepuk jidatku dan segera menyingkirkan gambar tersebut dari kelompok gambar yang telah diambil Zennofer. Zennofer menyimpan semua gambar yang ia ambil dan foto yang ia ambil pertama kali, ia berikan padaku.***Sepulang dari pantai, Mikhael mendatangi kamarku. Ia tersenyum kaku dengan foto yang ku berikan padanya. Saat ia akan keluar dari kamarku, matanya terfokuskan setel
Riliana tersentak disaat banyak bebatuan yang beterbangan di langit yang gelap. Namun sialnya, bebatuan tersebut mulai dilepaskan dari udara.Tanpa pikir panjang lagi, Riliana berteriak, "ZU! LIHAT DIATAS!"Celzuru segera mengangkat wajahnya. Sebuah batu besar semakin dekat dengan pandangannya."He? Ma, maaf kak Yu, malah aku yang akan mati duluan! Gwahh!"Banyak bebatuan besar mulai menimpa Celzuru."ZU!!!"Iris Violet Riliana Verk terbuka lebar disaat ia merasa tidak percaya bahwa sahabatnya tertimpa oleh hujan bebatuan besar yang tidak henti turun dan terus bertumpuk di tanah."Zu... Maafkan aku! Karena aku tidak berguna... Kamu... Engh!" Air mata Riliana mulai turun deras mengalir di wajahnya."Rilia!"Seorang gadis bersurai soft pink mulai turun dari udara mendatar menghampiri Riliana."Zu? ... Zu!" Riliana segera berlari memeluk tubuh Celzuru."Aku baik-baik saja! Aku belum mati! Tidak usahlah menangis!""Hn! Maafkan aku! Ak
Aku memikirkan permintaan Anthony sejenak. Lalu, aku mengatakan, "Maksudmu agar bisa melindungi nyawamu sendiri? Untuk hal itu, aku bahkan tidak bisa melindungi diriku sendiri. Dan juga, aku pernah mati sekali.""...!?" Anthony dan Zennofer tersentak, terdiam, dan membeku. Tentunya mereka terheran terhadap kalimat terakhir yang diucapkan olehku tadi."Kenapa kalian sangat terkejut? Aku hanya bercanda.""Hah!? Bagaimana bisa membedakan antar bercanda dengan tidak dengan raut wajahmu itu!?" Anthony mengomentariku dengan suara yang tinggi hingga terdengar serak. Zennofer hanya tersenyum kaku karena perkataan di pikirannya sudah tersampaikan."Ya, maaf. Dan, untuk pertanyaanmu tadi, kalau kamu ingin jadi kuat itu tergantung niat darimu saja."Anthony menunjukkan keangkuhannya, "Guru macam apa kamu!? Seharusnya guru itu membuat muridnya menjadi kuat!"Aku menggeleng kepalaku, "Kamu salah! Guru itu membimbing muridnya dan menuntun arah jalan tujuan muridnya ke
Jam pelajaran dimulai, lalu datanglah dua murid pergantian pelajar dari kerajaan Diamondver.Arah pandang ku terfokuskan pada pria yang memiliki rambut pirang dengan manik mata berwarna onyx.Aku sedikit terdiam sejenak."Hee... Apakah guru takjub dengan ketampanan pria tersebut?" Ucap seorang wanita berumur setahun lebih muda dariku, ia bernama Occa."Hah? Itu salah! Ya, ia memang tampan... Tapi bukan itu maksudku! Berhentilah menggodaku, Occa!"Occa dengan santai mengatakan, "Hemm... Guru memang tidak tertarik dengan pria manapun. Apalagi, sudah memiliki tunangan yang tampan dan juga berbakat." "Berhentilah mengatakan hal itu padaku... Dan..." Aku kembali menoleh pada kedua murid pertukaran tersebut. "Silahkan perkenalkan diri kalian dan tunjukkan sihir kalian! Itu saja!""Baik, Miss!" Pria berambut pirang segera maju selangkah. "Perkenalkan nama saya Ren. Umur dua puluh tiga. Elemen sihir yang saya miliki yaitu sihir tanah!" Ren mengambil beberap
Diriku merangkak mendekati Ren lalu berdiri di hadapannya. Aku menduduki betisku. Lalu, menahan beban tubuhku dengan tanganku. Iris Blue Diamond bergerak menatap lekat iris matanya."Re-an."Ren terdiam dan terheran."Rean... Aku tahu itu kamu! Jika saja diriku tidak melupakan dirimu... Pastinya diriku akan langsung tahu itu kamu.""Lalu, siapa kamu?""Aku adalah aku, bisa kamu katakan kalau diriku adalah ingatanku yang tertidur."Aku mengecup lembut bibir Ren. Lalu, aku melingkarkan lenganku di sekeliling leher Ren dan kemudian daguku menempel pada bahunya. Suaraku dan nafasku terasa membisik di telinganya."Diriku sendiri berharap melupakan tentang dirimu. Diriku sangat ingin berada di sisimu. Tetapi... diriku beranggapan kamu telah membuangku. Sihirku mempengaruhi ingatanku hingga ingatan tentangmu yang tertidur.""Aku tidak bisa mengatakan keinginanku meskipun aku sangat mengharapkannya.""Renungkan saja keputusanmu...""Maaf, aku sal
"Re- Rean...? A, aku tidak mampu mengingat semuanya tentangnya. Ia memandang diriku dengan kebencian, membentakku, dan apalagi...?" Tanpa sadar, aku terus mencoba mengingat memori yang terlupakan. Tetapi, rasa sakit di kepalaku malah terlalu menyiksakan untuk ditahan.Kakiku melemah hingga aku terduduk dan topengku terlepas. Ren tersentak melihat ekspresi wajahku yang terlihat kebingungan. Ia mulai menyentuh belakang kepalaku. Ia mendorong kepalaku untuk mendekat hingga menempel ke tubuhnya."Maaf..."'Maaf, Yu...' Ucapnya dalam pikirannya. Matanya mulai menyipit karena perasaan prihatinnya terhadap diriku. 'Memaksa dirimu mengingat diriku, hanya malah membuat dirimu tersiksa. Maafkan aku...'Ren segera membawaku ke tenda. Ia duduk di tepi kasur tipis yang sedang ku duduki. Ia tidak henti memandangi wajahku yang hanya melihat lurus ke depan dan pastinya terlihat sedang dalam pikiranku yang kosong.Saat aku sudah mulai tenang dan iris blue diamondku yang
"Yang Mulia!" ucap Derald."Ada apa!?"Rean menghentikan aksinya dan membiarkan Derald menghampirinya.Sejak aku pergi dari kerajaan Diamondver, sudah beberapa tahun berlalu, Derald bekerja di istana dan diberikan pertanggung jawaban untuk menjadi kepala pengurus kesehatan dan penelitian yang membantu menteri kesehatan dan pertanian yang baru dibentuk. Karena kemampuan penelitian yang lebih baik dari penduduk lain, Rean menyarankan raja untuk mengangkatnya. Derald Felixis bahkan telah diangkat menjadi bangsawan berpangkat Count karena kontribusinya dalam beberapa tahun ini."Untuk pertanian gandum di Utara, sepertinya ada konflik dengan daerah perbatasan di Utara. Ada bandit yang mencuri hasil panen hingga mereka membakar gudangnya. Padahal, baru saja kami berhasil mengatasi penyakit yang terancam gagal panen pada tanaman tersebut. Hadeuh!"Rean mengatakan, "Aku akan menambah penjaga di daerah perbatasan dekat sana!" Rean menghela nafas, lalu ia merebah
"Jadi, kapan kamu akan menjemputnya, Agnre?""Rencananya, aku ingin ia kembali sebelum hari pelantikan peresmian tahta putra mahkota di hari ulang tahunku kedua puluh lima. Aku sudah merencanakan hal ini...""Bukannya itu sebentar lagi?" Ucap Derald."Ya, aku tahu dan..." Rean menunjukkan sisi kejamnya. "Kerajaan Utara malah mencari masalah! Kalian pikir kalian semua akan pulang hidup-hidup, huh!?""Jangan bilang kalau kamu ingin bergerak sendirian?" Ucap Nean.Rean segera berdiri, "Iya! Aku akan memberi ketakutan untuk kerajaan itu, tidak! Untuk semua kerajaan agar tidak ada yang berani mengganggu kerajaan ini lagi!" Aura gelapnya membuat prajurit dan pelayan disekitarnya merinding."Apa Viyura sudah mengingat tentangmu?" Tanya Neanraken."Belum."Celzurunessi Roseary yang berpakaian kesatria kerajaan, ia berpatroli di sekitar istana bersama dengan Riliana Verk. Celzuru menguncir rambut panjangnya dengan bentuk ekor kuda sedangkan Riliana hanya