Di hari kelulusan Lina dan yang lainnya, malam harinya ia juga pastinya menghadiri pesta kelulusan. Leitte Verk mengajaknya berdansa dan ia menerimanya.'Seperti biasanya, suasananya terasa canggung...' pikir Lina di sela ia melangkah mengikuti alunan musik."Leit!""Ya?""Jika aku memintamu menciumku, apa kamu tidak keberatan?""Heh...!? Kenapa kamu malah menanyakan hal itu?""Tidak ada, lupakan saja!"Leitte Verk memperhatikan raut wajah Lina yang sedang memikirkan banyak hal.Leitte mengatakan, "Aku tidak keberatan, Lina! Apa kamu mau memintanya sekarang?""Ku bilang, lupakan saja perkataanku tadi!""Hn, oke!" Leitte mengangguk pelan."Lalu, apa aku boleh berkunjung menemui Viyura?""Sepertinya, itu tidak bisa terkecuali ia sendiri yang ingin menemuimu. Itu yang dikatakan putra mahkota.""..." Lina terdiam dan berpikir, 'Ia bahkan akhir-akhir ini mengadakan pertemuan rahasia dengan putra mahkota. Setelah hari kelulusan
"Viyura!?" Mikhael segera berdiri dan mengusap ubun-ubunku dengan lembut. "Tenanglah! Jangan memaksakan pikiranmu! Pikirkan saja hal yang lain!""Meskipun bergitu... Aku..." Pandanganku gelap, aku terjatuh ke lantai dan tidak sadarkan diri.***Keesokan harinya, aku terbangun dengan aliran air yang mengalir di dari sudut mataku.Seseorang mengetuk pintu kamar, aku segera beranjak dari ranjang dan berjalan menuju pintu.Saat ku buka pintu, Mikhael menunjukkan dirinya."Viyura! Bagaimana keadaanmu?""Kurasa, aku baik-baik saja."Mikhael memperhatikan bekas aliran air di wajahku. Lalu, ia tersenyum dengan tatapan yang lembut, "Syukurlah kamu baik-baik saja!""Ya, maaf, membuatmu khawatir. Aku bahkan pastinya selalu merepotkan dirimu."Mikhael menyentuh bahuku. "Kamu tidak perlu khawatir tentang hal itu! Bahkan karena kehadiran dirimu... Aku masih bisa bersyukur dengan hidupku!""..."Melihat raut wajah Mikhael yang berbeda, aku
Mikhael sudah menyiapkan dua karavan kuda. Ia masuk ke karavan kuda yang berada di depan. Aku melihatnya sedang berbicara dengan seseorang di dalamnya. Setelah itu, ia menghampiri diriku dan Zennofer yang sudah tiba dari tadi.Mikhael melirik pria berkepang di dekatku, "Jadi, apa dia yang kamu maksud orang itu, lady?""Oh, ya maaf, Mikhael! Aku baru sadar kalau aku belum menunjukkan dirinya padamu! Perkenalkan dia adalah Zennofer!""Saya Zennofer, Yang Mulia!"Mikhael mengangguk pelan, lalu ia tersenyum, "Karena kamu temannya Viyura, kamu boleh memanggilku dengan namaku! Tidak perlu formal, Zennofer!" Mikhael menepuk pelan bahu Zennofer.Iris safir Zennofer memperhatikan tangan Mikhael yang menyentuh bahunya. Ia hanya diam memperhatikan sosok Mikhael yang kemudian berbalik dan masuk ke dalam karavan. Saat itu aku sudah berada di pintu masuk karavan yang lain, aku menoleh pada Zennofer yang masih diam."Tunggu apa?""Ya," Zennofer segera ikut masuk ke
Aku kembali memberikan kamera tersebut pada Zennofer dan ia segera berjalan kesana kemari membawa kamera tersebut untuk mengambil gambar yang menurutnya sangat menarik.'Kalau Zu yang memegang kamera ini, pastinya ia tidak henti memotret dirinya sendiri.'Saat Zennofer sudah puas berkeliling mengambil gambar, ia kembali dan membawa banyak kertas foto. Aku melihat banyak gambar pemandangan pantai, para wisatawan dan bangunan-bangunan disekitarnya. Aku mengangkat salah satu foto yang mana terdapat seorang pria yang ku kenal sedang melumat bibir seorang wanita dengan penuhi gairah.Aku menepuk jidatku dan segera menyingkirkan gambar tersebut dari kelompok gambar yang telah diambil Zennofer. Zennofer menyimpan semua gambar yang ia ambil dan foto yang ia ambil pertama kali, ia berikan padaku.***Sepulang dari pantai, Mikhael mendatangi kamarku. Ia tersenyum kaku dengan foto yang ku berikan padanya. Saat ia akan keluar dari kamarku, matanya terfokuskan setel
Riliana tersentak disaat banyak bebatuan yang beterbangan di langit yang gelap. Namun sialnya, bebatuan tersebut mulai dilepaskan dari udara.Tanpa pikir panjang lagi, Riliana berteriak, "ZU! LIHAT DIATAS!"Celzuru segera mengangkat wajahnya. Sebuah batu besar semakin dekat dengan pandangannya."He? Ma, maaf kak Yu, malah aku yang akan mati duluan! Gwahh!"Banyak bebatuan besar mulai menimpa Celzuru."ZU!!!"Iris Violet Riliana Verk terbuka lebar disaat ia merasa tidak percaya bahwa sahabatnya tertimpa oleh hujan bebatuan besar yang tidak henti turun dan terus bertumpuk di tanah."Zu... Maafkan aku! Karena aku tidak berguna... Kamu... Engh!" Air mata Riliana mulai turun deras mengalir di wajahnya."Rilia!"Seorang gadis bersurai soft pink mulai turun dari udara mendatar menghampiri Riliana."Zu? ... Zu!" Riliana segera berlari memeluk tubuh Celzuru."Aku baik-baik saja! Aku belum mati! Tidak usahlah menangis!""Hn! Maafkan aku! Ak
Aku memikirkan permintaan Anthony sejenak. Lalu, aku mengatakan, "Maksudmu agar bisa melindungi nyawamu sendiri? Untuk hal itu, aku bahkan tidak bisa melindungi diriku sendiri. Dan juga, aku pernah mati sekali.""...!?" Anthony dan Zennofer tersentak, terdiam, dan membeku. Tentunya mereka terheran terhadap kalimat terakhir yang diucapkan olehku tadi."Kenapa kalian sangat terkejut? Aku hanya bercanda.""Hah!? Bagaimana bisa membedakan antar bercanda dengan tidak dengan raut wajahmu itu!?" Anthony mengomentariku dengan suara yang tinggi hingga terdengar serak. Zennofer hanya tersenyum kaku karena perkataan di pikirannya sudah tersampaikan."Ya, maaf. Dan, untuk pertanyaanmu tadi, kalau kamu ingin jadi kuat itu tergantung niat darimu saja."Anthony menunjukkan keangkuhannya, "Guru macam apa kamu!? Seharusnya guru itu membuat muridnya menjadi kuat!"Aku menggeleng kepalaku, "Kamu salah! Guru itu membimbing muridnya dan menuntun arah jalan tujuan muridnya ke
Jam pelajaran dimulai, lalu datanglah dua murid pergantian pelajar dari kerajaan Diamondver.Arah pandang ku terfokuskan pada pria yang memiliki rambut pirang dengan manik mata berwarna onyx.Aku sedikit terdiam sejenak."Hee... Apakah guru takjub dengan ketampanan pria tersebut?" Ucap seorang wanita berumur setahun lebih muda dariku, ia bernama Occa."Hah? Itu salah! Ya, ia memang tampan... Tapi bukan itu maksudku! Berhentilah menggodaku, Occa!"Occa dengan santai mengatakan, "Hemm... Guru memang tidak tertarik dengan pria manapun. Apalagi, sudah memiliki tunangan yang tampan dan juga berbakat." "Berhentilah mengatakan hal itu padaku... Dan..." Aku kembali menoleh pada kedua murid pertukaran tersebut. "Silahkan perkenalkan diri kalian dan tunjukkan sihir kalian! Itu saja!""Baik, Miss!" Pria berambut pirang segera maju selangkah. "Perkenalkan nama saya Ren. Umur dua puluh tiga. Elemen sihir yang saya miliki yaitu sihir tanah!" Ren mengambil beberap
Diriku merangkak mendekati Ren lalu berdiri di hadapannya. Aku menduduki betisku. Lalu, menahan beban tubuhku dengan tanganku. Iris Blue Diamond bergerak menatap lekat iris matanya."Re-an."Ren terdiam dan terheran."Rean... Aku tahu itu kamu! Jika saja diriku tidak melupakan dirimu... Pastinya diriku akan langsung tahu itu kamu.""Lalu, siapa kamu?""Aku adalah aku, bisa kamu katakan kalau diriku adalah ingatanku yang tertidur."Aku mengecup lembut bibir Ren. Lalu, aku melingkarkan lenganku di sekeliling leher Ren dan kemudian daguku menempel pada bahunya. Suaraku dan nafasku terasa membisik di telinganya."Diriku sendiri berharap melupakan tentang dirimu. Diriku sangat ingin berada di sisimu. Tetapi... diriku beranggapan kamu telah membuangku. Sihirku mempengaruhi ingatanku hingga ingatan tentangmu yang tertidur.""Aku tidak bisa mengatakan keinginanku meskipun aku sangat mengharapkannya.""Renungkan saja keputusanmu...""Maaf, aku sal