Share

109th Story: Pembunuh?

Penulis: _yukimA15
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Beberapa hari kemudian, seseorang maid yang terlihat sudah dewasa telah ditunjuk oleh Mikhael untuk mengurus segala keperluanku. Meskipun aku merasa tidak akan pernah bisa akrab dengan pelayan tersebut, ia sangat profesional dalam melayani diriku.

"Apa ada yang anda inginkan, lady?"

Aku hanya menggelengkan kepalaku dan hanya fokus membaca buku di hadapanku.

"Baik, Lady! Saya permisi. Dan, selamat malam!"

Di kerajaan ini, aku hanya sering berada di kamar, membaca buku cerita yang diberikan oleh Mikhael. Lalu, jalan-jalan di sekitar taman. Dan, aku bahkan juga bersekolah di akademi di kerajaan ini. Di akademi, seperti biasanya semua orang waspada terhadap sosokku yang dingin ini. Sebelumnya banyak yang mencoba bicara denganku, karena aku tidak dapat membalas perkataan mereka dan ekspresiku yang dingin ini, mereka jadi bosan padaku dan tidak pernah lagi mengajakku berbicara.

Selain di ruang kelas, aku hanya sering berada di perpustakaan untuk mengisi waktu luan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    110th Story: Tanpa Kehadiranku

    Saat langit menjadi gelap, kami sudah berada di atap gedung akademi. Aku dan dirinya memperhatikan panggung yang dibangun dan banyak lampu sorot yang menyinari kegelapan tempat tersebut."Untuk apa kamu membawaku kemari?" Ucapku."Aku hanya ingin melihatnya sebentar! Aku tadi dengar pembicaraanmu dengan pangeran itu, kalau kamu sendiri tidak ingin kembali ke lingkungan asalmu!"Iris Blue Diamond mengarah di atas panggung. Aku melihat Celzuru sedang menggertakkan giginya dan melirik pria bersurai hitam yang angkuh sedang menyeringai disampingnya dengan tatapan yang tajam. Kedua orang itu mengenakan mahkota dan selempang.Adikku memegang mikrophone hingga suaranya yang menghujat pria disampingnya bisa terdengar olehku."Kenapa malah kamu yang terpilih!!? Lalu... kenapa juga kamu bisa ada disini!?""Tunanganmu sendiri yang mengajakku, salahkan dia bukan kepadaku! Dan... Maaf ya, adik ipar! Karena diriku adalah pria yang terbaik di kerajaan ini! Jadi, tidak ada siapapun yang bisa mengalah

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    111st Story: Mencoba Mengingat Dirinya

    Di hari kelulusan Lina dan yang lainnya, malam harinya ia juga pastinya menghadiri pesta kelulusan. Leitte Verk mengajaknya berdansa dan ia menerimanya.'Seperti biasanya, suasananya terasa canggung...' pikir Lina di sela ia melangkah mengikuti alunan musik."Leit!""Ya?""Jika aku memintamu menciumku, apa kamu tidak keberatan?""Heh...!? Kenapa kamu malah menanyakan hal itu?""Tidak ada, lupakan saja!"Leitte Verk memperhatikan raut wajah Lina yang sedang memikirkan banyak hal.Leitte mengatakan, "Aku tidak keberatan, Lina! Apa kamu mau memintanya sekarang?""Ku bilang, lupakan saja perkataanku tadi!""Hn, oke!" Leitte mengangguk pelan."Lalu, apa aku boleh berkunjung menemui Viyura?""Sepertinya, itu tidak bisa terkecuali ia sendiri yang ingin menemuimu. Itu yang dikatakan putra mahkota.""..." Lina terdiam dan berpikir, 'Ia bahkan akhir-akhir ini mengadakan pertemuan rahasia dengan putra mahkota. Setelah hari kelulusan

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    112nd Story: Anak?

    "Viyura!?" Mikhael segera berdiri dan mengusap ubun-ubunku dengan lembut. "Tenanglah! Jangan memaksakan pikiranmu! Pikirkan saja hal yang lain!""Meskipun bergitu... Aku..." Pandanganku gelap, aku terjatuh ke lantai dan tidak sadarkan diri.***Keesokan harinya, aku terbangun dengan aliran air yang mengalir di dari sudut mataku.Seseorang mengetuk pintu kamar, aku segera beranjak dari ranjang dan berjalan menuju pintu.Saat ku buka pintu, Mikhael menunjukkan dirinya."Viyura! Bagaimana keadaanmu?""Kurasa, aku baik-baik saja."Mikhael memperhatikan bekas aliran air di wajahku. Lalu, ia tersenyum dengan tatapan yang lembut, "Syukurlah kamu baik-baik saja!""Ya, maaf, membuatmu khawatir. Aku bahkan pastinya selalu merepotkan dirimu."Mikhael menyentuh bahuku. "Kamu tidak perlu khawatir tentang hal itu! Bahkan karena kehadiran dirimu... Aku masih bisa bersyukur dengan hidupku!""..."Melihat raut wajah Mikhael yang berbeda, aku

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    113rd Story: Liburan ke Pantai

    Mikhael sudah menyiapkan dua karavan kuda. Ia masuk ke karavan kuda yang berada di depan. Aku melihatnya sedang berbicara dengan seseorang di dalamnya. Setelah itu, ia menghampiri diriku dan Zennofer yang sudah tiba dari tadi.Mikhael melirik pria berkepang di dekatku, "Jadi, apa dia yang kamu maksud orang itu, lady?""Oh, ya maaf, Mikhael! Aku baru sadar kalau aku belum menunjukkan dirinya padamu! Perkenalkan dia adalah Zennofer!""Saya Zennofer, Yang Mulia!"Mikhael mengangguk pelan, lalu ia tersenyum, "Karena kamu temannya Viyura, kamu boleh memanggilku dengan namaku! Tidak perlu formal, Zennofer!" Mikhael menepuk pelan bahu Zennofer.Iris safir Zennofer memperhatikan tangan Mikhael yang menyentuh bahunya. Ia hanya diam memperhatikan sosok Mikhael yang kemudian berbalik dan masuk ke dalam karavan. Saat itu aku sudah berada di pintu masuk karavan yang lain, aku menoleh pada Zennofer yang masih diam."Tunggu apa?""Ya," Zennofer segera ikut masuk ke

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    114th Story: Misi Pertama Celzurunessi

    Aku kembali memberikan kamera tersebut pada Zennofer dan ia segera berjalan kesana kemari membawa kamera tersebut untuk mengambil gambar yang menurutnya sangat menarik.'Kalau Zu yang memegang kamera ini, pastinya ia tidak henti memotret dirinya sendiri.'Saat Zennofer sudah puas berkeliling mengambil gambar, ia kembali dan membawa banyak kertas foto. Aku melihat banyak gambar pemandangan pantai, para wisatawan dan bangunan-bangunan disekitarnya. Aku mengangkat salah satu foto yang mana terdapat seorang pria yang ku kenal sedang melumat bibir seorang wanita dengan penuhi gairah.Aku menepuk jidatku dan segera menyingkirkan gambar tersebut dari kelompok gambar yang telah diambil Zennofer. Zennofer menyimpan semua gambar yang ia ambil dan foto yang ia ambil pertama kali, ia berikan padaku.***Sepulang dari pantai, Mikhael mendatangi kamarku. Ia tersenyum kaku dengan foto yang ku berikan padanya. Saat ia akan keluar dari kamarku, matanya terfokuskan setel

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    115th Story: Pengakuan

    Riliana tersentak disaat banyak bebatuan yang beterbangan di langit yang gelap. Namun sialnya, bebatuan tersebut mulai dilepaskan dari udara.Tanpa pikir panjang lagi, Riliana berteriak, "ZU! LIHAT DIATAS!"Celzuru segera mengangkat wajahnya. Sebuah batu besar semakin dekat dengan pandangannya."He? Ma, maaf kak Yu, malah aku yang akan mati duluan! Gwahh!"Banyak bebatuan besar mulai menimpa Celzuru."ZU!!!"Iris Violet Riliana Verk terbuka lebar disaat ia merasa tidak percaya bahwa sahabatnya tertimpa oleh hujan bebatuan besar yang tidak henti turun dan terus bertumpuk di tanah."Zu... Maafkan aku! Karena aku tidak berguna... Kamu... Engh!" Air mata Riliana mulai turun deras mengalir di wajahnya."Rilia!"Seorang gadis bersurai soft pink mulai turun dari udara mendatar menghampiri Riliana."Zu? ... Zu!" Riliana segera berlari memeluk tubuh Celzuru."Aku baik-baik saja! Aku belum mati! Tidak usahlah menangis!""Hn! Maafkan aku! Ak

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    116th Story: Melupakan Cinta?

    Aku memikirkan permintaan Anthony sejenak. Lalu, aku mengatakan, "Maksudmu agar bisa melindungi nyawamu sendiri? Untuk hal itu, aku bahkan tidak bisa melindungi diriku sendiri. Dan juga, aku pernah mati sekali.""...!?" Anthony dan Zennofer tersentak, terdiam, dan membeku. Tentunya mereka terheran terhadap kalimat terakhir yang diucapkan olehku tadi."Kenapa kalian sangat terkejut? Aku hanya bercanda.""Hah!? Bagaimana bisa membedakan antar bercanda dengan tidak dengan raut wajahmu itu!?" Anthony mengomentariku dengan suara yang tinggi hingga terdengar serak. Zennofer hanya tersenyum kaku karena perkataan di pikirannya sudah tersampaikan."Ya, maaf. Dan, untuk pertanyaanmu tadi, kalau kamu ingin jadi kuat itu tergantung niat darimu saja."Anthony menunjukkan keangkuhannya, "Guru macam apa kamu!? Seharusnya guru itu membuat muridnya menjadi kuat!"Aku menggeleng kepalaku, "Kamu salah! Guru itu membimbing muridnya dan menuntun arah jalan tujuan muridnya ke

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    117th Story: Ungkapan Perasaan

    Jam pelajaran dimulai, lalu datanglah dua murid pergantian pelajar dari kerajaan Diamondver.Arah pandang ku terfokuskan pada pria yang memiliki rambut pirang dengan manik mata berwarna onyx.Aku sedikit terdiam sejenak."Hee... Apakah guru takjub dengan ketampanan pria tersebut?" Ucap seorang wanita berumur setahun lebih muda dariku, ia bernama Occa."Hah? Itu salah! Ya, ia memang tampan... Tapi bukan itu maksudku! Berhentilah menggodaku, Occa!"Occa dengan santai mengatakan, "Hemm... Guru memang tidak tertarik dengan pria manapun. Apalagi, sudah memiliki tunangan yang tampan dan juga berbakat." "Berhentilah mengatakan hal itu padaku... Dan..." Aku kembali menoleh pada kedua murid pertukaran tersebut. "Silahkan perkenalkan diri kalian dan tunjukkan sihir kalian! Itu saja!""Baik, Miss!" Pria berambut pirang segera maju selangkah. "Perkenalkan nama saya Ren. Umur dua puluh tiga. Elemen sihir yang saya miliki yaitu sihir tanah!" Ren mengambil beberap

Bab terbaru

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    159th Story: Lebih Terbuka

    "Hei, Rean! Kencan kita batal!" "Hah!? Oi, kenapa, Yu!?" Pria berstatus Putra Mahkota kerajaan Diamondver tersebut spontan memucat hanya karena kalimat tersebut. "Malezz, mau tidur! Sampai jumpa nanti!" Aku segera melangkah maju sehingga para Lady yang berada di hadapanku dengan senang hati bergeser kesamping untuk menyediakan jalan untukku lewat. Mereka segera menutupi jalan tersebut dan bersemangat lebih mendekat ke sosok pria itu. "Kalau begitu, kenapa anda tidak kencan saja dengan kami, Yang Mulia!?" "Lupakan saja wanita kasar itu!" "Iya! Ia sangat kejam, tidak cocok untuk menjadi permaisuri anda!" Rean yang sebelumnya masih shock, spontan berubah menunjukkan ekspresi wajahnya yang penuh intimidasi. "Kalian sangat berisik! Aku tidak peduli dengan kalian, yang ku inginkan hanya Viyuranessa Roseary! Dan, menyingkirlah!" Para Lady bersikeras tidak memberikan jalan. Dengan sihirnya, Rean membuat jalannya sendiri. Ia melangkah di jalan sama yang telah ku lewati. Aku

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    158th Story: Menjadi Kejam

    Zennofer turun dari ketinggian dan mengejutkan Riliana dan Celzuru di depan gerbang. "Gwaakhh!!!" "Maaf mengagetkanmu." Zennofer meminta maaf dengan gerakan formal. Celzuru memperhatikan pria yang belum pernah ia lihat itu, namun ia merasa kalau ia mengenalnya. "Ooooh! Hoi! Kamu! Apa kamu itu Zennofer?" "Siapa?" Zennofer terheran. "Aku adik kak Yu!" "Yu? Siapa itu?" "Itu! Aku Celzurunessi Roseary! Kakakku sudah menceritakan tentang kamu!" "Ooh!" Zennofer menjadi lebih bersemangat. "Kamu tahu tentangku!?" Zennofer di kejauhan melihat Ella sedang menghampiri Celzuru. Zennofer segera melarikan diri dengan kecepatan tinggi. "Kita bicara saja nanti, sampai jumpa adiknya Viyuranessa!" "Woi! Malah pergi.""Siapa yang kamu maksud, Zu?" Ella sudah tepat berada di belakang Celzuru."Kenalan kak Yu dari Lezarion." Saat itu Celzuru berpikir, 'Sepertinya kak Yu tidak ingin keluarga Kerajaan tahu tentangnya. Apalagi dia pembunuh salah satu keluarga mereka.'"Dia tiba-tiba m

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    157th Story: Turnamen

    "Lihatlah Lady Jenius itu, adiknya lebih berkarisma." "Lihatlah Lady Jenius itu hanya diam saja, apakah ia tidak bisa menari? Hem, bukankah tentunya pria mana yang ingin mengajaknya menari?" "Lihatlah Lady Jenius itu, gaun yang ia gunakan sama seperti yang ia gunakan pesta dansa kemarin. Apakah ia tidak memiliki banyak gaun sehingga menggunakan gaun usang itu lagi?" *** Saat aku masih kecil, aku pernah di kerumun oleh banyak lady seumuran denganku, mereka tidak henti mengatakan banyak kata hina yang membuatku kesal. "Lady Jenius! Kamu itu tidak berguna sebagai wanita bangsawan! Apa itu dengan gaunmu itu!? Usang!" "Betul itu! Contohkan saja adikmu itu! Lihatlah mana yang lebih baik! Bukankah lebih baik kamu menjadi rakyat jelata saja? Hahahaha!" "Setiap pesta menggunakan pakaian ini terus. Bukankah keluargamu kaya? Adikmu bahkan selalu memakai pakaian model bagus dan terbaru." "Bukankah Lady Jenius sama sekali tidak dicintai keluarganya?" "Hahahaha!" Mereka tertawa. Melihat me

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    156th Story: Kelemahan

    "Oh, itu benda yang kamu maksud. Aku juga baru kali ini melihatnya secara langsung.""Aku sudah meminta Derald melakukan penelitian yang berhubungan dengan hal ini.""Kamu sudah memikirkan hal itu? Aku pernah memberi saran tentang hal ini kepada Raja. Sepertinya, mereka sulit memahaminya.""Aku sudah membaca semua saran yang kamu tuliskan kepada ayahku sebelumnya. Aku akan merealisasikan semuanya. Karena itu... Bukankah kamu seharusnya lebih mengandalkan diriku daripada mereka?" Rean menunjukkan seringai yang seolah-olah mengejek keputusanku yang sering mengandalkan orang lain dibandingkan dirinya. Aku segera mengalihkan arah pandangan."Ya, bagaimana lagi? Kamu itu terlalu sulit didekati! Jalan pikiranmu itu sulit diprediksi," ucapku sambil membuang muka.Wajahku kembali datar. Aku terdiam dan berpikir, 'Ia akan merealisasikan semua yang ku pikirkan... Aku merasa senang.'Ia tercengang melihat raut wajahku yang berubah. Dari tanpa ekspresi menjadi bersemangat bahkan dihiasi dengan s

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    155th Story: Mata-mata

    Aku segera berbalik dan melangkah pelan menuju ranjang. Suasana sunyi ini hanya terdengar langkah pelan kakiku.'Aku tidak seharusnya mengganggunya. Tapi setidaknya, aku berharap bisa meringankan bebannya.''Aku juga tidak bisa memintanya ikut serta dalam hal ini... Dan masalah yang belum usai ini, aku akan mengandalkan diriku sendiri dan ada beberapa orang yang ku percayai. Aku tidak sendirian di kesempatan yang ia berikan ini!''Ia cukup melangkah di jalannya tanpa memperhatikan diriku.'Saat Rean melihatku, ia tersentak saat melihatku terdiam, sedikit murung dan hanya tenggelam di pikiranku.Ia berpikir, 'Heh!? Apa yang membuatnya murung? Apakah ada kesalahan kata yang ku ucapkan? ...' Rean tersenyum kaku saat menyadari suatu hal.'Oh! Bukankah barusan aku menolak permintaannya?'Aku terheran saat aliran angin mulai mengelilingi tubuhku. Aku terangkat ke udara dan melayang hingga aku terduduk di sofa. "Kamu di sini saja, Yu!"Aku mengerutkan dahiku. 'Apa sih yang ia mau!?'Menghel

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    154th Story: Perdebatan

    "Aku masih belum kalah, Rean!"Dengan kekuatan sihir listrikku, aku menyambung serpihan pedang yang hancur hingga pedang tersambung kembali dan utuh. Semua orang tercengang dengan hal tersebut termasuk dirinya. Aku berhasil menahan serangannya.Rean menyeringai. "Hee..."Aku memperketat ikatan molekul pedangku, ujung pedangnya yang memberikan tekanan yang kuat tidak mampu membuat pedangku hancur kembali. Ia semakin memberikan tekanan yang kuat hingga pedangnya yang hancur."...!?" Mata merahnya sedikit lebih terbuka."Rean bodoh!"Rean pastinya kalah saat ujung pedang yang ku pegang ini hampir mengenai lehernya. Ia mengangkat kedua tangannya sebagai tanda kekalahannya "Haha! A, aku menang!" Aku tersenyum lebar dengan nafas yang masih ngos-ngosan."Ya, aku kalah... Selanjutnya, aku tidak akan kalah.""Lagipula ini hanya pertandingan bersyarat.""Tapi, tetap saja aku kalah.""Padahal kamu bisa menghancurkan pedangku jika pedangmu itu dialiri bor angin misalnya. Kamu saja yang lambat men

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    153rd Story: Pelatihan

    Di koridor istana yang tentunya sangat luas dan panjang, aku berjalan dengan langkah kaki yang cepat. Rean menyamankan langkah kakinya di belakangku."Menyebalkan! Bisakah kamu tidak mempermalukanku!?""Aku hanya mau melihat ekspresi wajahmu yang lucu itu seratus persen. Itu sangat manis, Yu!""Huh!!?" Aku merasa semakin malu hingga langkah kakiku jadi semakin cepat. Rean terkekeh dan kemudian tertawa. "Hahahaha...""Jangan menertawaiku! Menyebalkan! Sana kembali melakukan pekerjaanmu!""Tidak mau..."Saat akan berbelok, aku hampir tertabrak dengan seorang pria berambut pirang. Untungnya aku sudah berhenti melangkah."Nean?""Selamat siang, Putri Mahkota!""Bisakah kamu memanggilku seperti biasanya? Kita tidak dalam kegiatan formal sekarang."Aku melihat senyuman tipis dari Nean. Ia mengatakan, "Ya. Aku hanya ingin mencoba memanggilmu dengan gelar itu."Aku dengan bersemangat menepuk-nepuk bahu Nean. "Haha! Kamu nanti bahkan akan memanggilku kakak ipar! Aku jadi kakakmu, padahal umur

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    152nd Story: Buku Diary

    'Hentikan aku, Viyuranessa!'***Aku dan Rean telah tiba di istana. Rean meletakkan tubuhku ke ranjang dengan hati-hati. Ia duduk di sebelahku dan mengusap wajahku yang mana saat itu aku sedang tertidur pulas."Aku akan mengerahkan semua kemampuanku demi dirimu, Yu...""Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.""Aku akan menghancurkan belenggu-belenggu itu!"Ia mengambil beberapa helai rambut perak kebiruanku dan mengecupnya. Ia menyeringai yang menunjukkan raut wajahnya yang sangat bersemangat saat ia berpikir ia memenangkan dalam keberhasilannya memiliki diriku.Ia keluar dari kamarnya untuk menemui Rennel. Mereka membicarakan banyak hal hingga Rennel mengatakan informasi penting kepada Rean."Ada kabar penting dari Paduka Raja Leondeandel. Ia ingin segera mengatakan langsung kepada anda, Yang Mulia."Aku tidur semalaman. Aku terbangun saat fajar. Aku memperhatikan pakaianku sudah berganti menjadi pak

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    151st Story: Tidak Ingin Melepaskan Diriku

    Mendengar semua cerita yang diucapkan dari mulutnya, aku terdiam. Saat itu, aku menundukkan kepalaku sambil mengambil ikan yang telah matang dipanggang. Suasana canggung saat kami memakan ikan tersebut karena tentunya aku terdiam meskipun pandangannya tidak lepas dari diriku.Aku berpikir, 'Setelah tahu semuanya, aku jadi bingung harus melakukan apa...''Ia benar-benar mencintaiku...''Aku jadi merasa bersalah karena tidak menyadari perasaannya padaku. Aku malah selalu kabur, mau berapa kali pun ruang dan waktu berganti, aku masih tidak berubah!''Apakah aku harus tetap seperti ini!?''Kalau ia memang benar-benar menginginkan diriku. Bagaimana bisa aku menolak keinginannya yang bahkan merupakan harapanku selama ini?Setelah perutku merasa cukup, aku segera berdiri. Aku melangkah dan berdiri tegak di dekat sungai. Aku segera melepaskan gaunku dan menyisakan pakaian dalamku. Rean hanya terkejut kenapa aku tiba-tiba melepaskan pakaianku.Aku segera nyebur ke

DMCA.com Protection Status