Meski sering mendapat sikap dingin dan sindiran, tapi Isvara tetap datang ke rumah mertuanya setiap weekend walau hanya sebentar. Dia berusaha ikhlas menerima kondisi tersebut karena tidak ada kebahagiaan yang sempurna. Yang penting masalah datang bukan dari orang ketiga seperti rumah tangganya
Jam sudah menunjukkan pukul lima sore ketika Aruna mengganti papan open di pintu kaca butik menjadi close. Sepeninggalan suaminya, Aruna yang tadinya ibu rumah tangga kini harus bekerja untuk menafkahi diri sendiri. Aruna bekerja di butik Bridal yang terletak di kawasan Dago Bandung dan ia adalah
“Saya minta maaf untuk kerusakannya mobilnya, pak Malik sedang menjawab panggilan telepon jadi fokusnya teralihkan.” “Oh ….” Hanya itu yang bisa Aruna ucapkan lantas menoleh pada ekor mobilnya untuk menghindari tatapan pria yang kalau tidak salah dengar bernama Adrian. Tatapannya begitu dalam mema
“Non Ara belum makan malam, Pak.” Seorang wanita paruh baya menggunakan seragam Nanny memberitau. “Ara mau makannya disuapin Mami.” Isvara memeluk leher Aruna, seakan tidak ingin lepas dari gendongannya. “Ara, jangan gitu donk … tantenya nanti cap—“ “Tante … tante … bukan tante … ini mami, Piii
Aruna memajukan bibir bawah, meniup udara hingga menerbangkan poninya. Papinya Isvara tadi memaksa agar Aruna membawa mobil BMW putih yang sedang dikendarainya saat ini kalau tidak mau Pak Yayat yang mengantar jemputnya setiap hari dari rumah ke kantor. Jadi, mana bisa Aruna menolak. Dari pada Pa
“Weiiiis … mobil baru euy,” celetuk Irma ketika langkah Aruna baru tiba di samping mejanya. Aruna membuang napas panjang kemudian mendelik manja. Kebetulan meja mereka berada di area outdoor dekat dengan parkiran jadi Irma dan Icha bisa melihat Aruna ketika turun dari dalam mobil. “Sugar Daddy ma
“Lho … Mas Danu, ngapain di sini?” Aruna terkejut tatkala mendapati Danu yang merupakan sahabat mendiang suaminya itu sedang duduk di pos satpam bersama Pak Yayat. “Nungguin kamu.” Danu menjawab terang-terangan. “Ada perlu apa, Mas?” Aruna mendekat sekalian meminta kunci mobil kepada pak Yayat.
“Papiiiiii ….” Isvara menjerit seraya berlari berhamburan menghampiri papinya yang baru saja keluar dari ruang kerja di rumah mereka yang besar. Di hari Sabtu yang cerah ini Adrian malah memulai paginya dengan bekerja. “Kenapa sayang?” Adrian menghentikan langkah, sedikit membungkuk dengan kedua