Gaska melamun saat menyetir sepanjang perjalanan menuju kediaman rumah klien besar di perusahaannya. Di kabin belakang duduk mami dan papi yang tengah diskusi mengenai kunjungan mereka malam ini ke rumah Cindya. Apalagi alasannya kalau bukan mau melamar gadis itu. Gaska tidak bisa menghindar, ked
Meski mereka tidak bisa menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih apalagi menikah tapi setidaknya Gaska bisa melihat Isvara setiap hari begitu juga dengan Isvara yang sebenarnya jadi semangat pergi ke kantor dan lebih sering lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya agar bisa berlama-lama satu gedung
Isvara harus memberikan beberapa laporan kepada Gaska, sekalian dia membuat surat resign untuk memancing Gaska mengungkapkan apa yang sebenarnya yang dia rencanakan. Kenapa setelah putus darinya tiba-tiba Gaska malah akan menikahi Cindya? Meskipun Isvara memiliki dugaan positif tapi tetap saja ing
“Kamu boleh memiliki kekasih atau menikah dengan pria manapun, tapi ijinkan aku untuk tetap menyimpan nama kamu di hatiku … sampai kapan pun cinta aku hanya untuk kamu, Ra.” Suara serak Gaska memberitahu Isvara betapa menyakitkan apa yang dia rasakan kini. Gaska tidak bisa bersikap kejam meski hany
Awalnya Isvara bertahan tetap bekerja di perusahaan milik papinya Gaska untuk menunjukkan kalau dia layak. Tapi kemudian mendengar Gaska akan menikah dalam waktu dekat, Isvara mulai bimbang dengan pertahanan diri dan mentalnya. Lalu setelah bicara dari hati ke hati dengan Gaska dan ucapan Terimaka
Siang telah berganti malam, Gaska masih duduk di kursi kebesarannya menatap keluar dinding kaca yang menyajikan pemandangan kendaraan yang berjubel di jalanan Ibu Kota. Sesekali mata Gaska melirik pada layar komputer melihat tanda hijau di atas icon foto Isvara dalam aplikasi chat intranet. Warna
Tok … Tok … Suara ketukan di pintu membuat Isvara menoleh dari layar komputer di depannya. “Masuk,” kata Isvara sembari menunggu seseorang yang mengetuk pintu muncul. “Hai …,” sapa Cindya dengan senyum lebar dan binar di mata tampak bahagia bertemu Isvara. Senyum Isvara terkembang kaku, dia ban
Satu buah jam tangan seharga satu koma tiga Milyar rupiah dibeli Cindya menggunakan kartu debitnya untuk hadiah ulang tahun Gaska. Sesuatu yang tidak bisa Isvara berikan untuk Gaska. Isvara jadi insecure, mungkin benar dia tidak layak untuk Gaska. “Bu Ara, kita makan siang dulu ya.” Cindya bukan