Dalam acara malam keakraban dengan mahasiswa baru yang digelar di alam terbuka, Elang hadir sebagai panitia dengan misi pribadi. Yaitu mendekati mahasiswi yang memiliki paha mulus seperti Syahreni, dengan daya tarik seperti Afrodit. Namun, Elang yang setengah mabuk sama sekali tidak menyangka, bukannya mengencani sang pujaan hati, tapi justru terdampar di tenda dengan dosen pembimbingnya. Setelah sadar dari gairahnya, Elang tercekat. Dia menemukan sang dosen melotot, menaikkan kedua alis dan marah padanya. Bagaimana nasib Elang selanjutnya?
View More[ Teruntuk putraku tersayang, Elang
Hai El sayang, mama tebak kamu pasti sudah menemukan satu dari sekian banyak surat yang sengaja mama tinggalkan untuk kamu. El nemuin surat yang mama simpan dimana? Di meja belajar El, tumpukan baju, lemari pakaian atau yang selalu ada di kantong baju mama?Jadi, gimana kabar El hari ini?El udah makan?Apa El sedang banyak kegiatan?Mama harap El bisa menjalani hari dengan lebih baik setiap saat, meskipun itu tanpa ada mama lagi di sisimu sekarang.Maafin mama ya El, maaf karena mama belum bisa menjadi orang tua terbaik untuk kamu!Maafin mama yang pada akhirnya membuat El kecewa!Maafin mama yang nggak pernah bisa berterus terang tentang kondisi yang sebenarnya!……..……..…….. ]Elang melipat kertas kusam yang sesekali masih dibacanya. Meski tidak membacanya sampai selesai, tapi Elang masih hafal tiap kata yang disampaikan sang mama dalam suratnya. Elang sudah ratusan kali membaca surat tersebut sejak ditemukannya pertama kali.Namun, hatinya masih saja sulit menerima, masih selalu merindukan sosok cantik yang melahirkannya itu hingga sekarang. Sosok yang tidak pernah terganti dan selalu menimbulkan nyeri saat dikenang. Sosok yang sudah hampir lima tahun menghilang dari pandangan Elang. Oleh sebab itu, laki-laki itu memutuskan untuk menyibukkan dirinya dengan banyak aktivitas, baik di kampus, alam, atau bahkan mendekati perempuan yang menarik hatinya!***Matahari terik di atas kepala, hujan deras yang mengguyur kampus pagi tadi sudah tidak menyisakan air genangan di depan gedung tempat Elang berada.Elang bergegas turun dari laboratorium kimia tempatnya melakukan penelitian. Mata kuliah paling sulit itu harus ditempuh sebagai syarat kelulusan di sekolah tinggi swasta tempatnya mencari ilmu."Kemana, El? Udah selesai penelitian hari ini?" tanya teman perempuan satu angkatan Elang yang juga sedang melakukan penelitian tugas akhir di lab yang sama dengannya."Ada perlu sebentar," jawab Elang singkat."Aku beli minum buat kamu!""Bawa ke atas aja May, aku ada rapat sama panitia makrab. Nanti aku balik lagi kok, sampai sore kayaknya nanti di lab!" Elang menepuk bahu Mayra yang berpapasan di tangga, lalu meninggalkannya tanpa menoleh lagi."Hm, iya!" Mayra hanya tersenyum masam, Elang selalu memperlakukannya dengan baik. Tapi tidak pernah menganggapnya lebih dari sekedar teman. Mayra bukannya tidak cantik, hanya saja dia seperti kurang beruntung karena bukan tipe gadis yang disukai Elang.Dengan senyum semakin kecut, Mayra meniti tangga menuju lab kimia yang satu jam lalu ditinggalkannya untuk istirahat makan. Memulai lagi aktivitasnya dengan beberapa gelas pyrex berisi sampel bahan dan seperangkat alat destilasi. Menyingkirkan Elang dari pikirannya.Elang masuk ruangan dimana teman-temannya sudah menunggu. Undangan rapat dari ketua Himpunan Mahasiswa (HM) tidak bisa diabaikan. Sebagai wakil ketua, Elang wajib hadir dalam rapat untuk membahas acara malam keakraban mahasiswa baru di jurusannya. Teknik kimia.Meski bukan panitia utama, kedudukan Elang sebagai pengurus HM tetap dinantikan kehadirannya setiap kali ada rapat. Dan terlambat datang bagi Elang adalah hal biasa dan bisa dimaklumi oleh rekan panitia. Elang termasuk orang yang sibuk dan padat acara.Hal itu karena Elang bukan hanya aktif dalam kegiatan himpunan mahasiswa jurusan, tapi juga aktif di unit kegiatan mahasiswa pecinta alam dan musik. Debutnya sebagai atlet panjat dinding membuat nama Elang semakin dikenal luas di kampus, bukan hanya di kalangan mahasiswa tapi juga kalangan dosen dan petinggi kampus.Menang dalam beberapa kali kejuaraan yang membawa nama institusi, membuat Elang ditunjuk sebagai duta kampus untuk menarik minat calon mahasiswa baru. Kegiatannya di luar kampus bersama institusi memang sudah tidak sepadat sebelumnya, tapi tetap ada karena ada target kampus untuk tahun berikutnya.Elang memimpin rapat hari ini karena ketua HM yang bernama Ryan sedang tidak bisa hadir. Mandatnya pada Elang agar langsung menyelesaikan persiapan acara malam keakraban mahasiswa baru jurusan hari ini juga. Rapat terakhir sebelum pemberangkatan.Sementara Ryan pergi meninjau lokasi bersama koordinator acara dan panitia lapangan. Laporan tiap bagian sudah masuk semua, dan Elang puas dengan persiapan terakhir dari panitia dari apa yang dibacanya.“Malam api unggun sebelum rafting fix bikin kambing guling ini ya?” tanya Elang memastikan."Yes," jawab bagian konsumsi mengacungkan ibu jari."Anak EO minta uang muka 50% dari total pembayaran." Elang melihat ke arah bendahara, menunggu persetujuan.“El … kamu yakin mau pakai temen-temen kamu yang anak Mapala itu?” tanya Sisil skeptis selaku sekretaris HMTK (Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia).“Yakin, standar mereka sama kalau dibandingkan dengan EO arung jeram umum. Bedanya … mapala ada di bawah naungan kampus. Kalau soal skill jangan diragukan, untuk urusan kegiatan outdoor sudah pada ahli semua. Alasan terakhir juga biayanya lebih murah, sesuai sama budget kita!” terang Elang tegas."Bukan karena mereka teman-teman kamu kan?" Sisil menatap Elang lembut, tidak berusaha menyinggung. Dia hanya ingin memastikan situasi ada dalam kendali."Silahkan kalau mau cari yang lain! Harusnya kamu bilang itu dari awal rapat, bukan di rapat terakhir begini," sahut Elang penuh tekanan."Sorry …!" Sisil menekuk wajah menyesal.Elang mengabaikan ucapan gadis yang meliriknya dengan rumit, dia memilih untuk membahas satu persatu laporan pekerjaan panitia yang lain yang sudah ada di tangannya.Rapat terus berlanjut hingga satu jam berikutnya. Setelah mengambil keputusan bersama, seluruh panitia bersiap menyelesaikan pekerjaan terakhir sebelum mereka berangkat ke tempat malam keakraban akan diadakan besok.Fix, malam keakraban untuk mahasiswa baru dengan konsep outdoor, rafting dan api unggun di pinggir sungai, akhirnya siap dilaksanakan. Elang menghembuskan nafas lega, langkahnya mantap saat menghampiri Arga, rekan panitia yang mewakili mapala sebagai EO kegiatan."Ga, pastikan besok tenda Vivian ada di sebelah tenda kita ya!" Elang menepuk bahu Arga seraya memamerkan tawa mesum.Arga yang udah paham hanya menyeringai iri. "Dasar sinting!"***Dua bulan kemudian ….Elang mendapatkan ucapan selamat dari Pak Ronald, dua dosen penguji dan teman-teman dari teknik kimia yang hadir dalam seminar. Penelitian Elang sukses, membawa proyek kampus pada tahap berikutnya, yaitu menaikkan sumber air tanah yang telah teruji dari dalam goa untuk didistribusikan ke desa dan dijadikan kebutuhan sehari-hari oleh warga sekitar. "Sukses ya, El!" Mayra menjabat tangan Elang paling akhir, tulus mengucapkan doa untuk orang yang dicintainya. "Bisa langsung skripsi itu, jaminan lancar kamu sama Pak Ronald! Aku yakin tiga bulan kelar, bisa wisuda periode semester ini kamu, El!""Thanks, sukses buat kamu juga, May!" Elang bersyukur, Mayra tidak berubah sikap. Tetap baik dan ramah padanya. "Kayaknya kamu bakal lulus lebih dulu … ngomong-ngomong kemana Bu Nindya? Kok cepet banget ilangnya, padahal tadi masih sempat ngasih masukan buat revisi laporan!"Elang mengedikkan bahu, dia memang tidak tau
Bukan pernikahan mewah seperti yang diimpikan oleh semua gadis dan juga orang tuanya. Elang menikahi Nindya di rumah sakit sebagai permintaan maaf, sebagai hadiah untuk keteledorannya dan sebagai penyembuh untuk hati Nindya yang sedang terluka.Elang menebus semua rasa bersalahnya dengan berjanji akan mencintai Nindya selamanya. Hatinya ikut perih, bukan hanya karena kehilangan calon anaknya tapi karena dirinyalah yang telah merusak masa depan Nindya dan tunangannya, meski itu terjadi tanpa disengaja.Elang tidak ingin Nindya tidak bahagia di masa depan karena ulahnya, karena ada bekas yang mungkin akan jadi pemantik dalam kisah rumah tangga dosennya itu bila menikah dengan Daniel. Biarlah Elang yang menanggung semua itu terlepas Nindya mencintainya atau tidak.Sudah seminggu berlalu, Nindya masih di rumah ibunya untuk beristirahat, sementara Elang memulai kesibukannya dengan penelitian dan juga latihan untuk persiapan lomba.Nindya tidak mau dije
Setelah beberapa waktu yang terasa sangat lama bagi Elang, akhirnya Nindya dipindahkan ke bangsal perawatan. Elang duduk gelisah di sisi ranjang tempat Nindya istirahat. Sesekali masih tersenyum sembari mengusap jemari Nindya yang terasa dingin."El, aku minta maaf!" Nindya menatap Elang sendu, dengan mata merebak dan penuh penyesalan.Elang mengeratkan genggaman, lalu mencium tangan Nindya dengan kasih sayang. "Sssttt …! No, kamu tidak boleh menangis! Itu salahku, jadi seharusnya aku yang minta maaf." "Aku tidak bermaksud berbohong," ucap Nindya serak."Kamu pasti punya alasan kuat melakukan itu semua, aku menduga ada dua hal yang menyebabkan kamu begitu. Pertama kamu akan menikah dengan Daniel dalam waktu dekat karena aku tidak pantas menjadi seorang suami. Kedua, kamu melakukan ini untuk Mayra." Elang menjeda kalimatnya dengan satu tarikan nafas panjang. "Aku kehilangan satu lembar surat mama!"Elang setiap beberapa hari sekali selalu
Nindya terengah-engah, nafasnya berat dan serasa hampir putus melewati tanjakan cinta. Padahal, dia berjalan setengah ditarik Elang. Melihat pemuda itu masih bisa cengengesan di depannya, Nindya menyadari kalau fisiknya terlalu lembek.Elang mengusap keringat di wajah Nindya, "Capek ya?""Sangat, rasanya aku tidak mungkin kuat berjalan lagi, El! Kakiku gemetar, perutku juga melilit." Nindya merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Rasa lelah menghampiri dengan dahsyat, tubuhnya lemas tak bertenaga dan perut bagian bawahnya sakit. Elang mengajak Nindya duduk di pinggir jalan, meluruskan kaki dosennya dan memberikan tasnya untuk bersandar. Wajah Nindya terlalu pucat, keringat dingin juga tidak berhenti memenuhi dahi Nindya. "Kamu sakit? Apa yang kamu rasakan?"Ada orang yang memiliki alergi dingin, ada juga yang mendadak sakit saat beradaptasi dengan cuaca gunung. Elang menemukan kasus serupa di beberapa kegiatan pendakian massal yang
Setelah mendapat izin dari ibu Nindya, Elang mengemudi ke tempat penyewaan alat-alat petualangan. Mereka akan berangkat langsung dari Semarang, Elang tidak akan sempat kembali ke Yogya mengambil semua kebutuhannya untuk di gunung nanti. Mereka juga mampir ke minimarket untuk membeli kebutuhan makanan.Elang cukup gila memilih jalur ngagrong sebagai pendakian pertama untuk Nindya. Selain lebih ekstrim, jalur tikus tersebut terbilang bukan jalur resmi yang direkomendasikan untuk mendaki Gunung Merbabu. Tidak ada pos pantau untuk mengawasi para pendaki dari jalur yang tidak resmi, sehingga membahayakan bagi pendaki yang tidak berpengalaman, karena tidak ada data yang tercatat di pos utama.Pendaki pemula kebanyakan lebih memilih jalur Selo dengan tingkat kesulitan medium. Elang pribadi kurang menyukai jalur tersebut karena terlalu ramai. Dia suka sepi saat di alam terbuka, agar suara alam terdengar jelas dan dia bisa lebih leluasa menikmati perjalanannya.Ela
"Kamu bisa pingsan di pelukanku!" Uh, Elang memang selalu penuh rayuan mematikan untuk Nindya yang sering naif dalam sebuah hubungan. "Apa Lala masih melihat kita?""Tidak, dia membuang muka!" Elang terkekeh, dia agak keterlaluan menciptakan suasana romantis bersama Nindya. Bukan hanya Lala yang gerah, tapi pria seumuran ayahnya yang sedari tadi memperhatikannya spontan memasang wajah dingin. "Siapa pria yang berdiri arah jam sembilan?"Nindya tidak menoleh tapi melihat dengan ekor matanya. "Oh … itu ayahku!""Hm … sepertinya aku dalam masalah!"Nindya terkikik melihat ekspresi Elang yang mendadak serius. "Tidak akan, kami sudah tidak bertegur sapa selama sepuluh tahun.""Apa alasan ibumu tidak mau datang karena situasi ini, karena ada ayahmu?""Mempelai wanita itu sepupuku dari keluarga ayah, jadi ayah pasti hadir, dan ibu menghindari masalah. Istri ayahku masih saja cemburu pada ibuku, dan selalu saja berusaha menying
"Pegang tanganku," perintah Elang pada Nindya ketika mereka turun dari mobil. Masuk ke dalam gedung serbaguna yang sudah disulap menjadi tempat resepsi pernikahan yang lumayan mewah.Sepupu Nindya cukup mujur karena mendapatkan suami dari kalangan orang banyak harta, sehingga pesta pernikahan pun tidak bisa dibilang sederhana. Beruntung Nindya dan Elang memakai pakaian yang pantas. Sangat serasi sebagai pasangan muda yang sedang jatuh cinta. Ups … sepertinya baru Elang yang jatuh cinta. Nindya baru tahap suka."Hm, ide bagus! Aku kurang nyaman dengan heels ini, terlalu tinggi!" Nindya mengaitkan tangan pada lengan mahasiswanya, selain agar tampak mesra sebagai pasangan, Nindya butuh bantalan kuat jika ada yang menyindir statusnya yang masih melajang di usia dua puluh delapan. Masalahnya tidak sederhana sederhana karena sepupunya yang sedang menggelar pesta pernikahan belum genap berusia 23 tahun. "Kenapa tidak pakai yang tanpa heels?" Elang mela
Sulit untuk menolak pria yang bisa membuatmu selalu tersenyum! Mungkin itu pepatah kuno yang dulu tidak pernah diyakini Nindya. Sekarang kalimat sakti itu membuktikan diri padanya, memberikan kebenaran yang mau tidak mau harus diakui. Nindya memiliki kesulitan menolak Elang! Pemuda itu terus saja menempel padanya di tiap kesempatan, membuat mereka selalu berdekatan tanpa rasa malu sedikitpun. Terlalu cuek atau terlalu percaya diri juga Nindya tak paham, yang jelas Elang cukup berani untuk ikut pulang bersamanya ke Semarang.Cinta? Ya Elang memang sudah menyatakan cinta padanya, tapi bagi Nindya cinta Elang bisa jadi hanya kamuflase dari nafsunya. Mereka menjadi dekat dan banyak bersentuhan karena sebuah kesalahan, yang berasal dari nafsu. Jadi kemungkinan untuk berubah menjadi cinta masih sulit untuk dipercaya Nindya. Lalu bagaimana Nindya nanti akan mengenalkan Elang pada ibunya? Entahlah! Bagaimana dia menjawab pertanyaan yang akan datang padanya saat
Di rumah, Nindya belum juga bersiap pulang ke Semarang. Hatinya masih terguncang dengan permintaan Daniel yang menurutnya kejam dan tak berperasaan. "Aku akan menikahimu setelah janin itu dihilangkan!""Aku tidak mau menjadi ayahnya, dia bukan anakku!""Untuk apa kamu mempertahankan bayi itu jika bapaknya saja tidak mau bertanggung jawab?""Kenapa kamu harus melindungi pria yang melecehkanmu?" "Gugurkan minggu depan dan kita atur pernikahan segera!""Aku juga salah karena terlalu sibuk!"Dan masih banyak kalimat-kalimat Daniel yang terngiang-ngiang di telinga Nindya. Namun, keputusannya sudah bulat, dia tidak akan melakukan aborsi. Soal Elang? Entahlah, Nindya juga masih dalam kebimbangan. Dia bukan wanita jahat, terlebih pada sesama wanita. Nindya tidak ingin merebut Elang dari siapapun, apalagi dari Mayra.Tangan Nindya mengambil satu kertas lusuh yang beberapa waktu lalu diambilnya dari tas Elang.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments