Share

Maaf

Penulis: EL ZERO
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-13 13:00:53

Elang ikut gusar melihat wajah sendu Nindya. Meski terlihat tenang tapi mata Nindya menyimpan luka saat menatapnya.

"Bu Nindya kok bisa-bisanya tidur di tenda saya?" tanya Elang terkena serangan panik setelah matanya bersirobok dengan dosennya. Dia takut Nindya menangis dan histeris karena merasa dilecehkan oleh mahasiswa yang sedang dibimbingnya.

Dosen muda cantik di depan Elang menaikkan alisnya tinggi, menjawab dengan galak pertanyaan konyol dari Elang yang tidak masuk akal didengar telinganya. "Ketua panitia yang menempatkan saya di sini!"

Well, Elang sekarang merasa jadi orang paling tolol sejagad mapala, kenapa dia tidak bertanya pada ketua jurusan yang tadi mengobrol dengannya?

Karena harusnya beliau datang bersama istrinya yang menjabat sekretaris jurusan teknik kimia. Wanita pasangan kajur yang juga mendapatkan undangan untuk menghadiri malam keakraban penyambutan mahasiswa baru.

"Jadi Bu Nindya datang mewakili istri ketua jurusan? Bu Dewi nggak bisa datang ya?" Elang menelan ludah kasar setelah bertanya.

"Ya, beliau yang memberi tugas ini karena sedang kurang enak badan untuk memenuhi undangan kegiatan lapangan!" jawab Nindya sinis. "Jadi bagaimana sekarang?"

Elang mendadak sakit kepala ditanya seperti itu. Dia berniat menjawab pertanyaan dengan pertanyaan 'bagaimana kalau kita ulang sekali lagi? Tadi itu enak sekali.'

Tapi kalimat mesum itu sama sekali tidak keluar dari bibir tipisnya. Elang hanya memijat pelipisnya dan berharap kewarasannya segera datang secara utuh. "Bisa kita bahas besok saja, Bu Nindya? Kepala saya sedang error."

Nindya melebarkan mata bersiap menyahut sengit, tapi dia juga merasa akan sia-sia jika berbicara dengan Elang yang setengah mabuk, hingga akhirnya Nindya mengangguk kesal.

Elang lega melihat gerakan kepala Nindya meski itu dilakukan dengan terpaksa. Nindya sendiri langsung merapatkan kedua paha yang hanya tertutup kantung tidur milik Elang, karena pemuda yang duduk memegang ponsel di depannya sedikit mengarahkan cahaya ke bagian bawah tubuhnya.

"Mau apa lagi kamu?" sarkas Nindya dengan suara marah tertahan.

"Apa semua baik-baik saja? Sa-kit kah?" tanya Elang cemas. Dia tidak pernah bermain kasar apalagi memaksakan diri pada wanita. Elang memasang ekspresi menyesal sebelum bicara lagi pada wanita yang sekarang menjaga paha dari lirikan nakalnya. "Itu tadi … em ketat sekali!"

PLAK!!!

Elang menutup mulutnya yang lancang. Pujiannya berbuntut tamparan, meski tidak sekeras yang pertama tapi tetap menyakiti harga dirinya sebagai laki-laki. Kalau saja dia tidak dalam posisi salah, mungkin Elang akan membalas dengan kembali menaiki Nindya sekali lagi.

"Maaf, tapi memang rasanya …," gumam Elang tak selesai. Dia hanya menatap Nindya dengan raut yang tidak bisa ditebak.

Nindya membisu. Rasanya memang sedikit sakit karena kurang pelumas saat Elang menerobosnya, tapi Nindya tidak memungkiri pengalaman pertamanya tidak akan membuat trauma. Dia wanita dewasa yang memahami hubungan seperti itu mungkin saja terjadi pada siapa saja.

"Saya tidak tahu kalau Bu Nindya masih perawan!" Suara Elang terdengar lugu dan tanpa merasa bersalah. Tapi ada apresiasi dan kebanggaan yang tersirat dari gaya dan nada yang dihasilkan.

"Setelah tau lalu apa?" Meski berusaha tidak menikmati sentuhan Elang yang liar tadi, tapi sekujur tubuh Nindya bereaksi mengkhianati otaknya yang penuh dengan kata penolakan.

Nindya benci Elang karena bisa membuatnya mengira Daniel yang datang dan mengajaknya bercinta. Nindya benci karena ternyata dia lebih menyukai sentuhan ala Elang daripada tunangannya. Nindya benci menemukan fakta baru kalo dia lebih menyukai Elang yang liar daripada tunangannya yang konservatif.

"Maaf," lirih Elang mengulang kata paling jitu untuk membuat pengakuan bersalah sekaligus memohon pengertian.

"Sudah tidak ada gunanya, simpan maaf itu untuk dirimu sendiri!" potong Nindya cepat.

Satu-satunya hal yang membuat Nindya khawatir adalah jika apa yang dilakukan Elang akan meninggalkan benih yang mungkin akan hidup dalam rahimnya.

"Saya … kebablasan!" Elang masih berusaha memperbaiki keadaan yang tegang dengan berkata lebih jujur.

"Bagaimana jika aku hamil?" tanya Nindya galau. Elang dengan kurang ajar tidak mengenakan pengaman saat menjelajahi kedalaman basahnya.

Elang mengetuk kepalanya dengan ponsel, cengar-cengir pada Nindya lalu mengangkat kedua bahunya. "Aku tidak tau harus menjawab apa sekarang, pikiranku sedang kacau!"

"Kamu tadi mengeluarkannya di dalam kan?" tanya Nindya setengah berbisik.

"Iya." Elang termangu, dia belum pernah lepas kontrol sebelumnya. Sedikit menyesal karena alkohol membuat otaknya tidak berpikir logis. "Tapi mau gimana lagi? Sudah terlanjur terjadi."

"Bagus! Kamu membuatku takut sekarang," ungkap Nindya dengan setetes air mata yang segera diusapnya.

"Maaf!" Hanya kata itu lagi yang keluar dari bibir Elang. Selanjutnya, dengan cekatan Elang membantu Nindya merapikan pakaian, mendorongnya agar berbaring lalu menyelimutinya rapat.

"What are you doing, El?"

"Sebaiknya Bu Nindya tidur, besok kita bicara lagi! Saya akan carikan solusi untuk hal fatal yang baru saja terjadi. Saya ada di depan tenda jika ibu butuh sesuatu!" jawab Elang dengan nada rendah dan lembut. "Atau ibu mau minum dulu mungkin biar tenang? Saya bisa buatkan susu atau sereal jika ibu mau."

Elang dalam kebimbangan, meski sedikit mabuk tapi dia masih bisa berpikir tentang obat pencegah kehamilan untuk Nindya.

Tapi … haruskah Elang sepicik itu? Pergulatan batinnya tidak menemukan jawaban yang tepat. Elang butuh waktu menjernihkan kepala agar tidak salah saat membuat keputusan.

"Sereal," jawab Nindya singkat. Dia menurunkan selimut sebatas pinggang lalu menghembus nafas berat.

"Baiklah, tunggu sebentar!" Elang keluar meninggalkan Nindya lalu menggelar matras tipis di depan tenda. Selanjutnya, dia menyalakan kompor lapangan yang selalu dibawanya saat berkegiatan di alam terbuka dan mulai membuat dua sereal, untuknya dan Nindya.

Kepala Elang berdenyut pusing, bayangan ada anak kecil memanggilnya papa tiba-tiba menerornya. Tunggu ... belum lagi masa-masa akhir kuliahnya yang ingin dia nikmati! Bagaimana ini?

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
🇳 🇱 🇿
seru tauk El, pahmud tuhh papah muda wkwkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Pusing

    Nindya duduk termenung dengan kepala tak kalah pusing, tangannya terulur menerima sereal dari Elang. "Kamu mau kemana?""Saya tidak kemana-mana, berjaga di luar tenda," jawab Elang lembut."Sepertinya aku butuh udara segar! Aku mau duduk di luar juga!""Tapi tidak enak dilihat orang kalau ibu juga ikut duduk di luar," tolak Elang halus. Dia tidak mau kepergok Vivian yang ada di tenda sebelah saat berduaan dengan dosen pembimbingnya. Ups … entahlah!"Di dalam tenda sendirian lebih berbahaya, apalagi kamu tidak jauh dari tempat saya tidur! Otakmu sedang setengah sinting, dan aku takut yang tadi itu kamu ulangi lagi!" gerutu Nindya dengan wajah cemberut.Elang menahan gerakan Nindya, "Tetap di sini dan segera istirahat, besok arung sungai akan melelahkan. Butuh kondisi sehat untuk rafting selama tiga jam! Apalagi ibu baru saja ehm ehm sama saya dan kehilangan keperawanan!""Apa? Jangan ngacau kamu, tidak ada orang kehilangan keperawanan jatuh sakit dan kejang-kejang, Elang! Yang ada jatu

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-13
  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Ular Berbisa

    Sebelum semua rafter naik ke atas perahu karet, Elang kembali mengecek satu persatu anggota tim yang akan dibawanya menyusuri sungai. Mulai dari perlengkapan wajib seperti helm dan pelampung sampai ke perlengkapan pribadi.Elang melihat sekilas pada Vivian yang ikut dalam perahunya sesuai rencana. Penampilannya yang seksi sangat mengundang tatapan semua laki-laki yang ada di lokasi. Pahanya yang putih mulus menyilaukan mata, dan dadanya yang membusung padat membuat para pemuda pusing kepala, tidak terkecuali Elang.Namun, Elang segera mengalihkan pandangan. Matanya menatap kasihan pada dosen pembimbing yang juga diikutkan oleh panitia dalam perahunya. Wanita itu masih terlihat tertekan dan kesal padanya."Pakai lengan panjang, Bu! Tiga jam di atas sungai bisa bikin kulit ibu hitam nanti," tegur Elang sebelum menuju titik kumpul. Elang bahkan mengulurkan topinya untuk dipakai Nindya. "Jangan lupa pakai sunblock wajah juga!"Nindya jelas lebih beruntung dari semua peserta wanita, karena

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-13
  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Rafting

    Sungai mulai berkelok-kelok, dan Elang pun memainkan dayungnya dengan lihai. Memberi aba-aba seperlunya namun jelas terdengar semua rafter dalam perahu agar tidak ada yang bingung saat mendayung.Suara teriakan Elang mulai membelah aliran sungai yang sangat deras. Dia berteriak keras menyaingi suara debur air sungai, "Depan siap … pancung kanan kuat!"Perahu karet berbelok ke arah kiri sebelum menabrak bebatuan. "Maju … lurus!"Elang berdiri sebentar untuk mengamati aliran sungai, "Sebentar lagi kita akan masuk ke aliran utama sungai yang lebih deras!""Whoa takut!" teriak Vivian diikuti rafter perempuan yang ada di sampingnya."Rodeo ya?!" Elang mengambil jangkauan kanan besar dengan dayungnya dan memberi perintah dengan suara keras, "Pancung kanan terus … kanan kuat, kanan lagi! Ayo tambah power lagi!" Perahu karet Elang menyusuri aliran deras sungai dengan posisi berputar. Elang sudah memilih jalur paling aman untuk bermain perahu ala rodeo, membuat mereka yang berada di perahu be

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-13
  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Salah Tingkah

    Tiga jam mengarungi sungai bersama Elang rampung dengan melelahkan. Antrian di kamar mandi umum di base camp utama arung jeram mengular panjang. Nindya berdecak senang melihat jajaran tenda di tepi sungai berwarna warni, indah sekali jika dilihat dari lokasi Nindya berdiri."Ibu duluan deh!" bisik Vivian yang sudah mendapatkan giliran masuk kamar mandi. Dia tidak tega melihat dosen pembimbing Elang pucat kedinginan.Nindya tersenyum sebagai jawaban. Masuk ke dalam dan menyelesaikan mandinya secepat kilat, rasa dingin akhirnya memudar oleh baju kering dan syal yang dikenakannya. "Makasih ya, Vi!" kata Nindya ramah sebelum melangkahkan kaki ke arah tenda. Nindya ingin segera kembali ke rumah. Menenggelamkan dirinya dalam selimut dan tidur nyenyak. Dia sungguh masih malu dan gugup jika harus bertemu Elang. Nindya tidak tahu harus berbuat apa di lokasi kegiatan keakraban untuk mahasiswa baru tersebut, dia hanya bisa menunggu ketua jurusan dan bagian kemahasiswaan mengajaknya pulang.

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Orang Asing

    Nindya masuk ke dalam tenda, menyisir rambut yang masih basah dan memoles make up tipis pada wajah. Tangannya cekatan memasukkan semua barang pribadinya ke dalam tas tanpa merapikan terlebih dahulu."Perlu bantuan?" tanya Elang yang ternyata belum beranjak dari depan tenda, tempatnya berdiri sedari tadi. Mengawasi wanita yang sedang rumit dengan pikirannya, juga dengan barang-barang yang sedang disusun ke dalam tas secara asal-asalan."Tidak! Sudah selesai semua," jawab Nindya ketus. "Apa ada masalah? Ibu terlihat banyak pikiran!" tanya Elang konyol. Menghembuskan nafas berat, Nindya menjawab, "Apa aku perlu mengungkapkan semua kekesalanku lagi?"Elang menyeringai jenaka, "Jika itu bisa membuat Bu Nindya bahagia … luapkan saja semua, El terima dengan hati lapang!""Begini El, aku rasa tidak ada yang perlu kita bahas atau kamu risaukan, aku ingin kita seperti orang tidak kenal saja mulai saat ini!" ungkap Nindya sarkas."Hah? Bu Nindya serius?" Elang menyusul masuk ke dalam tenda dan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Tukang Gombal

    Ketua mapala selalu menekan semua anggota dengan kalimat, 'Bekerjalah secara profesional saat mengantar tamu di lapangan!'. Kalimat sakti yang membius semua anggotanya untuk lebih memperdalam skill, tujuannya adalah mendapatkan keamanan dan kenyamanan saat mereka kerja menjual jasa petualangan.Tidak terkecuali Elang, dia juga berusaha menjaga nama baik organisasi yang menaunginya baik sebagai anggota aktif di bawah mapala maupun sebagai salah satu atlet panjang dinding yang membawa nama kampus.Minggu lalu saat rafting, Elang sukses tidak mencampuradukkan urusan pribadinya bersama Nindya dengan profesionalisme di lapangan. Elang tampil sebaik mungkin sebagai penyedia layanan jasa kegiatan outdoor bersama teman-temannya.Namun, hal itu hanya terjadi pada saat kegiatan penyambutan mahasiswa baru jurusan teknik kimia berlangsung di lapangan. Saat kuliah reguler sudah dimulai, Elang juga memulai kehidupannya yang berubah jadi tak biasa.Setelah hari dimana Elang menjadi orang asing bagi

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Setan Meresahkan

    Sebenarnya, jantung Elang sedang berdetak keras, bukan karena olahraga memanjat dinding yang dilakukannya, tapi karena matanya baru saja bertabrakan dengan Nindya saat mengarahkan pandangan tanpa sengaja. Desiran aneh langsung menyapa hati Elang, ingatannya kembali ke pinggir sungai saat perempuan itu menamparnya. Bukan! Bukan bagian itu yang diingat Elang, tapi kelembaban Nindya yang membuatnya muntah hanya dalam beberapa celupan."Sial!" gerutu Elang pelan. Bahkan Vivian yang mengajaknya bicara masih tak mampu mengalihkan pikiran liarnya. Elang melepas semua perlengkapan panjat dinding yang melekat pada tubuhnya dan berbicara dengan Arga yang masih memegang tali karmantel. "Hari ini cukup kayaknya, Ga! Aku capek!"Arga mengedikkan kepala ke arah Vivian, "Bukan itu alasannya? Si Nangka?"Elang tertawa penuh makna yang hanya dipahami oleh Arga sebagai sesama pemuda durjana, "Jangan pernah membuang makanan, Ga!""Enak nambah, nggak enak cukup satu kali aja ya?" tanya tegas Arga menat

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Friend With Benefit

    Elang menggandeng tangan Vivian dan membawanya langsung masuk ke tempat pribadinya di lantai dua. "Aku tidur di sini," kata Elang misterius. Tangannya membuka pintu selebar-lebarnya setelah memutar anak kunci dan menurunkan handle pintu. "Masuk Vi, sorry berantakan!"Kamar berwarna biru langit, lumayan luas, dengan ranjang besar di tengah, rapi dan wangi adalah ruang favorit Elang untuk menghabiskan waktu selepas menyelesaikan kegiatan padatnya di kampus."Apanya yang berantakan?" gumam Vivian heran. Semua barang tertata apik di tempatnya."Aku mandi sebentar ya! Anggap kamar sendiri, Vi!" Elang pamit keluar kamar untuk membersihkan diri dari keringat latihan."Iya!" Vivian menjawab kikuk, masih mengamati kamar Elang dengan seksama. Dia tidak menyangka Elang adalah tipe cowok yang sangat bersih dan rapi. Vivian tadi sudah membayangkan akan menemukan ruangan pengap bau rokok dan berantakan ciri khas anak mahasiswa, terlebih aktivis mapala yang terkenal dekil dan jorok. Tapi yang ada

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16

Bab terbaru

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Tanpa Pengaman

    Dua bulan kemudian ….Elang mendapatkan ucapan selamat dari Pak Ronald, dua dosen penguji dan teman-teman dari teknik kimia yang hadir dalam seminar. Penelitian Elang sukses, membawa proyek kampus pada tahap berikutnya, yaitu menaikkan sumber air tanah yang telah teruji dari dalam goa untuk didistribusikan ke desa dan dijadikan kebutuhan sehari-hari oleh warga sekitar. "Sukses ya, El!" Mayra menjabat tangan Elang paling akhir, tulus mengucapkan doa untuk orang yang dicintainya. "Bisa langsung skripsi itu, jaminan lancar kamu sama Pak Ronald! Aku yakin tiga bulan kelar, bisa wisuda periode semester ini kamu, El!""Thanks, sukses buat kamu juga, May!" Elang bersyukur, Mayra tidak berubah sikap. Tetap baik dan ramah padanya. "Kayaknya kamu bakal lulus lebih dulu … ngomong-ngomong kemana Bu Nindya? Kok cepet banget ilangnya, padahal tadi masih sempat ngasih masukan buat revisi laporan!"Elang mengedikkan bahu, dia memang tidak tau

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Mantan Tunangan

    Bukan pernikahan mewah seperti yang diimpikan oleh semua gadis dan juga orang tuanya. Elang menikahi Nindya di rumah sakit sebagai permintaan maaf, sebagai hadiah untuk keteledorannya dan sebagai penyembuh untuk hati Nindya yang sedang terluka.Elang menebus semua rasa bersalahnya dengan berjanji akan mencintai Nindya selamanya. Hatinya ikut perih, bukan hanya karena kehilangan calon anaknya tapi karena dirinyalah yang telah merusak masa depan Nindya dan tunangannya, meski itu terjadi tanpa disengaja.Elang tidak ingin Nindya tidak bahagia di masa depan karena ulahnya, karena ada bekas yang mungkin akan jadi pemantik dalam kisah rumah tangga dosennya itu bila menikah dengan Daniel. Biarlah Elang yang menanggung semua itu terlepas Nindya mencintainya atau tidak.Sudah seminggu berlalu, Nindya masih di rumah ibunya untuk beristirahat, sementara Elang memulai kesibukannya dengan penelitian dan juga latihan untuk persiapan lomba.Nindya tidak mau dije

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Sangat Mencintai

    Setelah beberapa waktu yang terasa sangat lama bagi Elang, akhirnya Nindya dipindahkan ke bangsal perawatan. Elang duduk gelisah di sisi ranjang tempat Nindya istirahat. Sesekali masih tersenyum sembari mengusap jemari Nindya yang terasa dingin."El, aku minta maaf!" Nindya menatap Elang sendu, dengan mata merebak dan penuh penyesalan.Elang mengeratkan genggaman, lalu mencium tangan Nindya dengan kasih sayang. "Sssttt …! No, kamu tidak boleh menangis! Itu salahku, jadi seharusnya aku yang minta maaf." "Aku tidak bermaksud berbohong," ucap Nindya serak."Kamu pasti punya alasan kuat melakukan itu semua, aku menduga ada dua hal yang menyebabkan kamu begitu. Pertama kamu akan menikah dengan Daniel dalam waktu dekat karena aku tidak pantas menjadi seorang suami. Kedua, kamu melakukan ini untuk Mayra." Elang menjeda kalimatnya dengan satu tarikan nafas panjang. "Aku kehilangan satu lembar surat mama!"Elang setiap beberapa hari sekali selalu

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Sakit Dadakan

    Nindya terengah-engah, nafasnya berat dan serasa hampir putus melewati tanjakan cinta. Padahal, dia berjalan setengah ditarik Elang. Melihat pemuda itu masih bisa cengengesan di depannya, Nindya menyadari kalau fisiknya terlalu lembek.Elang mengusap keringat di wajah Nindya, "Capek ya?""Sangat, rasanya aku tidak mungkin kuat berjalan lagi, El! Kakiku gemetar, perutku juga melilit." Nindya merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Rasa lelah menghampiri dengan dahsyat, tubuhnya lemas tak bertenaga dan perut bagian bawahnya sakit. Elang mengajak Nindya duduk di pinggir jalan, meluruskan kaki dosennya dan memberikan tasnya untuk bersandar. Wajah Nindya terlalu pucat, keringat dingin juga tidak berhenti memenuhi dahi Nindya. "Kamu sakit? Apa yang kamu rasakan?"Ada orang yang memiliki alergi dingin, ada juga yang mendadak sakit saat beradaptasi dengan cuaca gunung. Elang menemukan kasus serupa di beberapa kegiatan pendakian massal yang

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Tanjakan Cinta

    Setelah mendapat izin dari ibu Nindya, Elang mengemudi ke tempat penyewaan alat-alat petualangan. Mereka akan berangkat langsung dari Semarang, Elang tidak akan sempat kembali ke Yogya mengambil semua kebutuhannya untuk di gunung nanti. Mereka juga mampir ke minimarket untuk membeli kebutuhan makanan.Elang cukup gila memilih jalur ngagrong sebagai pendakian pertama untuk Nindya. Selain lebih ekstrim, jalur tikus tersebut terbilang bukan jalur resmi yang direkomendasikan untuk mendaki Gunung Merbabu. Tidak ada pos pantau untuk mengawasi para pendaki dari jalur yang tidak resmi, sehingga membahayakan bagi pendaki yang tidak berpengalaman, karena tidak ada data yang tercatat di pos utama.Pendaki pemula kebanyakan lebih memilih jalur Selo dengan tingkat kesulitan medium. Elang pribadi kurang menyukai jalur tersebut karena terlalu ramai. Dia suka sepi saat di alam terbuka, agar suara alam terdengar jelas dan dia bisa lebih leluasa menikmati perjalanannya.Ela

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Getaran dan Adiksi

    "Kamu bisa pingsan di pelukanku!" Uh, Elang memang selalu penuh rayuan mematikan untuk Nindya yang sering naif dalam sebuah hubungan. "Apa Lala masih melihat kita?""Tidak, dia membuang muka!" Elang terkekeh, dia agak keterlaluan menciptakan suasana romantis bersama Nindya. Bukan hanya Lala yang gerah, tapi pria seumuran ayahnya yang sedari tadi memperhatikannya spontan memasang wajah dingin. "Siapa pria yang berdiri arah jam sembilan?"Nindya tidak menoleh tapi melihat dengan ekor matanya. "Oh … itu ayahku!""Hm … sepertinya aku dalam masalah!"Nindya terkikik melihat ekspresi Elang yang mendadak serius. "Tidak akan, kami sudah tidak bertegur sapa selama sepuluh tahun.""Apa alasan ibumu tidak mau datang karena situasi ini, karena ada ayahmu?""Mempelai wanita itu sepupuku dari keluarga ayah, jadi ayah pasti hadir, dan ibu menghindari masalah. Istri ayahku masih saja cemburu pada ibuku, dan selalu saja berusaha menying

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Dasar Gila

    "Pegang tanganku," perintah Elang pada Nindya ketika mereka turun dari mobil. Masuk ke dalam gedung serbaguna yang sudah disulap menjadi tempat resepsi pernikahan yang lumayan mewah.Sepupu Nindya cukup mujur karena mendapatkan suami dari kalangan orang banyak harta, sehingga pesta pernikahan pun tidak bisa dibilang sederhana. Beruntung Nindya dan Elang memakai pakaian yang pantas. Sangat serasi sebagai pasangan muda yang sedang jatuh cinta. Ups … sepertinya baru Elang yang jatuh cinta. Nindya baru tahap suka."Hm, ide bagus! Aku kurang nyaman dengan heels ini, terlalu tinggi!" Nindya mengaitkan tangan pada lengan mahasiswanya, selain agar tampak mesra sebagai pasangan, Nindya butuh bantalan kuat jika ada yang menyindir statusnya yang masih melajang di usia dua puluh delapan. Masalahnya tidak sederhana sederhana karena sepupunya yang sedang menggelar pesta pernikahan belum genap berusia 23 tahun. "Kenapa tidak pakai yang tanpa heels?" Elang mela

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Gede Rasa

    Sulit untuk menolak pria yang bisa membuatmu selalu tersenyum! Mungkin itu pepatah kuno yang dulu tidak pernah diyakini Nindya. Sekarang kalimat sakti itu membuktikan diri padanya, memberikan kebenaran yang mau tidak mau harus diakui. Nindya memiliki kesulitan menolak Elang! Pemuda itu terus saja menempel padanya di tiap kesempatan, membuat mereka selalu berdekatan tanpa rasa malu sedikitpun. Terlalu cuek atau terlalu percaya diri juga Nindya tak paham, yang jelas Elang cukup berani untuk ikut pulang bersamanya ke Semarang.Cinta? Ya Elang memang sudah menyatakan cinta padanya, tapi bagi Nindya cinta Elang bisa jadi hanya kamuflase dari nafsunya. Mereka menjadi dekat dan banyak bersentuhan karena sebuah kesalahan, yang berasal dari nafsu. Jadi kemungkinan untuk berubah menjadi cinta masih sulit untuk dipercaya Nindya. Lalu bagaimana Nindya nanti akan mengenalkan Elang pada ibunya? Entahlah! Bagaimana dia menjawab pertanyaan yang akan datang padanya saat

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Air Mata

    Di rumah, Nindya belum juga bersiap pulang ke Semarang. Hatinya masih terguncang dengan permintaan Daniel yang menurutnya kejam dan tak berperasaan. "Aku akan menikahimu setelah janin itu dihilangkan!""Aku tidak mau menjadi ayahnya, dia bukan anakku!""Untuk apa kamu mempertahankan bayi itu jika bapaknya saja tidak mau bertanggung jawab?""Kenapa kamu harus melindungi pria yang melecehkanmu?" "Gugurkan minggu depan dan kita atur pernikahan segera!""Aku juga salah karena terlalu sibuk!"Dan masih banyak kalimat-kalimat Daniel yang terngiang-ngiang di telinga Nindya. Namun, keputusannya sudah bulat, dia tidak akan melakukan aborsi. Soal Elang? Entahlah, Nindya juga masih dalam kebimbangan. Dia bukan wanita jahat, terlebih pada sesama wanita. Nindya tidak ingin merebut Elang dari siapapun, apalagi dari Mayra.Tangan Nindya mengambil satu kertas lusuh yang beberapa waktu lalu diambilnya dari tas Elang.

DMCA.com Protection Status