Share

Merajut asa

"Lintang?"

Aku ragu untuk menjawabnya. "Iya, Mas Emiel."

"Saya minta tolong bujuk Jingga, agar mau makan?" tanya mas Emiel padaku.

Aku mengangguk pelan. "InsyaAllah, Mas akan Lintang usahakan membujuknya."

"Hmm, terima kasih."

Mobil terparkir di halaman rumah yang dua kali lipat besar dari rumah mertuaku dulu. Rumah yang elegan dan mewah, aku sampai takjub melihatnya, subhanallah bagus sekali rumahnya. Nuansa cat warna abu-abu dengan variasi keemasan membuat rumah terlihat elegan dan wah. Mas Emiel mengajakku masuk kedalam, dan benar saja rumahnya sangat bagus dan indah. Ya Allah baru aku lihat rumah sebagus ini, kemana kamarnya Jingga rumah yang banyak sekali kamar.

"Nak, bagaimana Jingga juga belum mau keluar?" tanya wanita paruh baya itu pada Anaknya.

"Ma, kenalin ini Lintang, Siapa tahu bisa menenagkan Jingga," jawab Emiel pada Mamanya.

Aku mencium punggung tangan wanita paruh baya itu.

"Nak Lintang, tolonglah, Jingga. Mama takut terjadi apa-apa sama, Jingga," ucap wanita paruh b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status