“Mas, apa kamu tidak curiga kepada Shera? Bagaimana kalau Savina adalah pengaruh buruk untuk Shera?” ucap Nadia dengan tatapan menyelidik.“Maksudmu apa Nadia? Aku tidak paham.” Fazli tampak menatap lekat Nadia yang tengah duduk di hadapannya.“Bisa saja, Savina memiliki maksud lain di rumah ini!” ucap Nadia dengan nada setengah berbisik. Ia melirik kepada Savina yang tengah membawakan dua gelas orange juice di atas nampan.“Maksud lain?” lirih Fazli dengan kening mengernyit. Laki-laki itu tidak paham dengan apa yang dicapkan oleh Nadia.“Ya, maksud lain. Atau jangan-jangan, kamu tidak sadar?” Nadia berbisik dengan nada sepelan mungkin.“Tolong jangan berbasa-basi, aku ingin kamu menjelaskan maksudmu!” Fazli tampak kesal karena Nadia seolah-olah ingin membuat Fazli merasa kesal.“Mas, aku merasa Savina ingin berniat buruk kepada kalian. Apalagi, dia tahu kalau kamu seorang duda. Jangan-jangan, dia menaruh hati padamu, Mas.” Nadia berbicara dengan penuh penekanan. Ia merasa Savina dapa
“Mas Fazli, Shera Mas, Shera!” teriak Nadia dengan wajah panik. Wanita itu bahkan berteriak dengan suara lantang dan membuat Fazli segera berlari ke arah kolam renang.Fazli sudah sampai di tepi kolam renang, netranya terbelalak dengan wajah pias. Laki-laki itu segera menceburkan diri ketika melihat putrinya tengah menggapai-gapaikan tangannya dan hampir tenggelam.“Byur!” Fazli segera terjun ke kolam renang dan meraih tubuh putrinya. Ia bahkan terlihat sangat panik dan memeluk erat tubuh Shera.“Uhuk! Uhuk! Uhuk!” Shera terbatuk-batuk dan memeluk tubuh Fazli. Anak itu dapat bernapas dengan lega karena Fazli datang di saat dan waktu yang tepat.“Shera, apa kamu baik-baik saja?” ucap Fazli dengan nada cemas. Laki-laki itu memeluk erat putrinya yang kini tengah berada di dalam pelukan.Shera hanya mengangguk dan masih berusaha mengatur napasnya. Ia bahkan masih memilih diam ketika Fazli tampak mengkhawatirkan dirinya.“Mas, Savina itu memang tidak becus mengurus Shera. Bagaimana bisa di
“Mas, kamu jangan gila dan berusaha menutup mata. Savina itu berbahaya dan jangan sampai kamu menyesal karena sudah mempertaruhkan nyawa putrimu sendiri. Jangan sampai kamu menyesal karena tidak mampu menjaga amanah dari Mbak Erlita. Savina bukan siapa-siapa dan kenapa kamu masih terus berusaha mempertahankannya? Apa jangan-jangan, kamu sudah jatuh cinta kepada perempuan kampung itu?” ucap Nadia dengan tatapan yang begitu lekat.DEG!“Nad, aku mohon tinggalkan aku. Aku ingin sendiri dan fokus menemani Shera. Pulanglah, hari sudah sore dan rasanya tidak enak kalau kamu masih berada di sini.” Fazli meminta Nadia meninggalkan kediamannya. Ia tidak ingin berdebat dengan wanita yang berstatus tunangannya.“Mas, kenapa kamu mengusirku? Apa sebegitu penting Savina di dalam hidupmu? Sampai-sampai kamu tega berbicara seperti itu kepadaku.” Nadia berbicara dengan tatapan terluka. Ada kesedihan yang tergambar di wajahnya.“Nadia, tolong mengerti posisiku. Jangan membuatku semakin merasa bersalah
Pagi-pagi Fazli sudah sampai di salah satu toko roti miliknya. Ia sengaja melakukan sidak untuk memastikan kalau seluruh karyawan melakukan tugasnya dengan baik. Hal ini, ia lakukan untuk menjaga mutu pelayan kepada para pelanggan yang sudah setia berkunjung ke tokonya.“Selamat pagi, Pak Fazli!” ucap salah satu pegawai dengan wajah terkejut. Ia tidak menyangka kalau laki-laki itu akan datang sepagi ini ke toko miliknya.“Selamat pagi, Ana. Apa seluruh pegawai sudah datang?” tanya Fazli dengan tatapan menyelidik. Ia mengamati suasana toko yang masih terlihat lengang.“Beberapa pegawai sudah datang, Pak. Mungkin sebentar lagi yang lain akan segera tiba.” Ana tampak sibuk menata aneka roti dan kue di etalase. Gadis itu terlihat cekatan dan menunjukkan semangat kerjanya.Fazli hanya mengangguk dan bergegas menuju ke ruangan khusus yang biasa ia tempati. Laki-laki itu tersenyum bahagia melihat toko yang menjadi pilihan Erlita untuk membuka cabang, mengalami banyak kemajuan. Semua ini, tak
“Mas, tinggallah lebih lama di sini. Aku sedang masa subur dan bukankah kamu juga ingin memiliki anak dariku?” ucap Nayra dengan tatapan penuh permohonan.DEG!Firman terdiam dengan wajah pias. Nayra mungkin benar, ibunya pasti sudah sering menanyakan perihal tanda-tanda kehamilan kepada istrinya. Hanya saja, Firman memang kurang peka dan menganggap semuanya baik-baik saja.“Ya, aku akan mengusahkan untuk cuti beberapa hari lagi. Semoga saja, tidak ada hal-hal yang mendesak sehingga harus memaksaku meninggalkan kota ini lebih cepat.” Firman berbicara dengan nada datar. Ia bahkan tidak mempedulikan ekspresi kekecewaan yang ditunjukkan oleh Nayra.“Mas, aku ingin kamu tinggal lebih lama di sini. Setelah menikah, kita juga belum pernah berbulan madu. Kamu tahu, kan? Kalau ibu terus menerus bertanya mengenai kehadiran seorang cucu di dalam rumah tangga kita?” Nayra berbicara dengan tatapan lekat. Ia ingin Firman tinggal lebih lama di rumah dan tidak meninggalkan dirinya dalam waktu dekat
Ketika ayam bakar itu masuk ke mulut Fazli, seketika wajah Savina tampak gelisah. Ia takut kalau Fazli tidak akan menyukai masakan buatannya.“B-bagaimana rasanya, Pak?” tanya Savina dengan perasaan was-was.Fazli terdiam untuk sesaat, laki-laki itu tampak meresapi makanan yang tengah berbaur di lidahnya. Hal itu membuat nyali Savina semakin menciut.“Ayah, bagaimana rasa masakan Sus Vina?” Shera mengguncang bahu ayahnya dan bertanya mengenai cita rasa masakan pengasuhnya.“Rasanya enak dan Ayah menyuakinya!” puji Fazli dengan senyum yang merekah.Shera dan Savina tersenyum penuh kelegaan. Mereka berdua merasa senang karena sudah memberikan yang terbaik untuk Fazli.“Ayah, ide ayam bakar ini, sebenarnya adalah permintaanku. Aku yang meminta Sus Vina untuk memasaknya. Aku bilang kepada Sus Vina, kalau Ayah sangat menyukai ayam bakar buatan bunda dan ternyata, masakan Sus Vina sangat lezat dan tidak kalah dengan masakan bunda.” Shera berbicara dengan tatapan berbinar. Anak itu merasa se
"Sus Vina, aku mau ditemani di kamar,''ucap Shera degan raut wajah murung. Anak kecil itu segera menarik tangan Savina memasuki kamarnya.Savira menurut saja keinginan Shera, sebentar saja keduanya sudah berada di dalam kamar. Shera mengajak Savina bermain boneka kesayangannya.Savina dengan sabar menemani Shera bermain, ia ingin mengembalikan senyum anak itu."Sus, aku tidak mau bertemu dengan Tante Nadia lagi,"ucap Shera sambil menggembungkan kedua pipinya.Savina menghela napasnya, ia paham dengan apa yang dirasakan oleh Shera. Wanita itu kemudian mengusap kepala Shera dengan penuh kelembutan."Shera, anak manis tidak boleh berkata seperti itu. Tante Nadia itu orangnya baik, aku yakin satu saat nanti kalian akan berhubungan dengan baik,"Savina mencoba membujuk Shera agar bisa menerima kehadiran Nadia.Sebenarnya Savina tahu bagaimana sikap Nadia kepada Shera, sebagai seorang yang bekerja sebagai pengasuh dirinya hanya bisa memberikan nasihat yang baik kepada Shera.Shera tampa
"Shera?Apa yang terjadi dengan Shera?Kamu jangan membuatku panik,''ucap Fazli seraya membuka mobilnya. Laki-laki itu menatap tajam Nadia yang berdiri di hadapannya.''Mas, aku khawatir dengan pengaruh Savina untuk perkembangan Shera. Walaupun aku bukan Ibu kandungnya, tapi aku harus memperhatikan perkembangan dan kebaikan Shera,"jawab Nadia berapi-api."Nadia, sudahlah, jangan karena kamu cemburu kepada Savinamembuat kamu berprasangka buruk kepadanya. Sekarang aku mau pulang, aku sudah lelah,"ucap Fazli segera masuk kedalam mobilnya."Mas!"Tampak Nadia sangat kecewa karena Fazli mengacuhkan dirinya."Kamu masih mau berdiri di sana?"ucap Fazli mengisyaratkan agar Nadia segera masuk kedalam mobil.Nadia mengembuskan napasnya dengan kasar dan melangkahkan kakinya memasuki mobil Fazli.Mobil perlahan bergerak meninggalkan toko kue, Fazli tampak fokus mengemudikan mobil. Sementara Nadia duduk disampingnya dengan menyandarkan tubuhnya di jok mobil.Wanita itu menatap tajam jalanan, hatin
Savina membuka matanya ketika mendengar suara yang sangat di kenalnya. Ya itu suara Shera."Shera?"Shera meminta turun dari pangkuan ayahnya, Fazlipun menurunkan sang putri di samping Savina.Shera menghambur kedalam pelukan Savina, membuat wanita itu kelagapan karena baru bangun."Sus Savina kenapa pergi?"tanya Shera."Sus tidak pergi Shera, Sus hanya pulang sebentar," jawab Savina sambil merapikan rambutnya yang berantakan."Kata Tante Nadia, Sus pergi dan tidak mau bermain denganku lagi,"balas Shera dengan wajah yang mulai mendung."Tidak Shera, buktinyan sekarang Sus ada di sini,"jawab Savina memeluk tubuh Shera hangat.Shrera yang sudah berkaca-kaca melepaskan tangisnya di dada Savina.Fazli hanya terdiam melihat putrinya saat melepas rindu dengan pengasuhnya."Ya Allah, berikanlah aku jodoh yang mampu menyayangi Shera sepenuh hati,'doa Fazli di dalam hati. Ia berharap calon istrinya nanti bisa menyayangi Shera dengan baik."Sus jangan pergi lagi,''ucap Shera penuh harap."
Firman dan Nayra terkejut mendengar pertanyaan dari Bu Leni. Sebenar hal ini sudah sering di tanyakan Bu Leni kepada mereka.Sampai saat ini belum ada tanda-tanda Nayra hamil."Firman, Nayra, kenapa kalian diam? Apa kalian tidak ingin memiliki keturunan?"sambung Bu Leni menatap tajam putranya.''Bu, kami ingin sekali memiliki seorang anak, tapi sampai saat ini kamibelum di beri rezeki,"jawab Firman dengan suara pelan.Sementara Nayra hanya tertunduk diam di samping suaminya."Kamu berusaha dong Man. Masa menbuat Nayra hamil saja tidak bisa,"jawab Bu Leni dengan nada suara penuh penekanan."Bu, kenapa Ibu berkata begitu?""Firman Ibu sudah tidak sabar menggendong seorang cucu. Nayra bagaimana kalau kamu periksa kondisi kamu? Maaf bukannya Ibu menuduh, tapi sebagai salah satu usaha kita tidak ada salahnya,"ucap Bu Leni meminta menantunya untuk memeriksakan kondisinya apakah bisa hamil atau tidak.Bagaikan di sambar petir, ucapan mertuanya seakan menghakiminya tidak bisa memberikan ket
"Mbok katakan sekali lagi kepadakum kalau Mas Fazli mau menjemput pembantu itu!"perintah Nadia berapi-api, ia ingin meyakinkan sekali lagi kalau tunangannya sedang pergi menemui wanita yang lain. Orang yang ingin ditemui Fazli hanya seorang bekas pembantu ."B-benar Mbak, Pak Fazli sedang ke Purwokerto menjemput Savina,"jawab Mbok Nah bergetar, ia belum pernah melihat Nadia murka seperti sekarang."Cukup Mbok, kamu temani saja Shera, mungkin nanti dia butuih sesuatu,"ucap Nadia memerintahkan Mbok Nah menjauh dari hadapannya.Mbok Nah menurut saja, wanita itu kemudian pamit dan berlalu dari hadapan Nadia.Nadia meraih ponselnya dan menghubungi Fazli, ia ingin mengetahui langsung dari tunangannya itu apa benar dirinya pergi menjemput Savina."TUUUUT, TUUUUT, TUUUUT,""Mas, kamu keterlaluan! Panggilanku kamu tidak gubris,"Nadia semakin murka ketika Fazli tidak menerima panggilannya. Wanita itu menautkan gerahamnya dengan kuat.Nadia tidak menyangka Fazli ingin kembali memperkerjakan
"Baik Pak, aku bersedia kembali ke Jakarta,''ucap Savina bersedia untuk kembali bekerja di rumah Fazli. Setelah memikirkan dengan matang akhirnya Savina menerima ajakan Fazli.''Terima kasih Savina, aku sangat berterima kasih kepadamu karena bersedia kembali ke Jakarta,"ucap Fazli berbinar, ia sangat berbahagia karena keputusan yang diambil oleh Savina. Inilah yang diharapkan oleh laki-laki itu, Shera sangat membutuhkan kehadiran Savina.Setelah beristirahat sebentar, siang itu juga Fazli dan Savina bersiap untuk berangkat ke Jakarta. Mereka ingin secepatnya sampai di Jakarta karena Shera sudah menunggu kedatangan keduanya terutama Savina.''Bu Aku dan Savina, berangkat dulu,''ucap azli berpamitan kepada ibun Sarmah sambil memberikan sebuah amplop berisikan sejumlah uang. Awalnya Bu Sarmah menolak pemberian Fazli, tapi laki-laki terus memberikannya."Bu sampaikan salamku kepada Bapak,''lanjut Fazli.“Baik Pak, hati-hati di jalan,”jawab Bu Sarmah membantu memasukan barang bawaan
"Apa Ibu tidak salah mendengar?"ucap Savina masih belum percaya dengan kedatangan Fazli ke rumahnya. Menurutnya dirinya sudah tidak ada masalah lagi dengan mantan majikannya itu sejak Fazli memintanya berhenti bekerja. "Vina, Ibu memang sudah tua, tapi belum terlalu pikun. Orangnya sedang duduk di kursi, kamu temui saja sendiri, nanti kamu akan tahu sendiri apa itu Pak Fazli atau bukan,''jawab Bu Sarmah meminta putrinya menemui laki-laki yang datang pagi ini ke rumah mereka. Savina awalnya tampak ragu untuk menemui laki-laki yang mengaku sebagai Fazli. Wanita itu merasa khawatir jika benar itu Fazli, pasti ada sesuatu yang membuatnya datang jauh-jauh ke desa ini. Tapi apa masalahnya?Bu Sarmah mendesak putrinya agar menemui Fazli, ia merasa kasihan karena tamunya itu sudah menempuh perjalanan jauh dari Jakarta. Savina lalu memperbaiki jilbabnya dan dengan hati yang penuh tanda tanya, wanita itu kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan dapur. Benar saja saat sampai di ruang
"Nadia, untuk sementara waktu sebaiknya kita tidak bertemu dulu, sekarang aku ingin fokus dengan kesembuhan Shera,"ucap Fazli ingin mengakhiri pembicaraannya dengan Nadia lewat ponselnya. Wanita itu ingin datang ke rumah sakit untuk menjenguk Shera."Tapi Mas, aku mau meringankan beban kamu,"protes Nadia, ia merasa keberatan dengan keputusan Fazli."Nadia, cobalah mengerti keadaanku,"potong Fazli cepat.Walaupun Nadia bersikeras dan keberatan dengan keputusan sepihak Fazli namun, laki-laki itu tetap memutuskan untuk tidak mengizinkan Nadia bertemu dengan Shera sementara waktu. Saat ini baginya kesembuhan Shera adalah yang utama, jika Nadia masih menemui sang putri ia khawatir ini akan memperburuk keadaan.Setelah mengakhiri pembicaraannya dengan Nadia, Fazli meletakkan ponselnya di atas meja. Laki-laki itu kemudian mengedarkan pandangannya keluar dari jendela kaca rumah sakit. Suasana langit ibu kota tampak sudah mulai gelap.Jika hatinya sekarang tidak sedang bersedih pa
Pagi ini Fazli baru saja membuka matanya ketika sinar matahari menembus masuk kedalam ruang perawatan Shera. Laki-laki itu merapikan rambut tebalnya dengan jari-jarinya.Fazli membasahi kerongkongannya dengan beberapa teguk air mineral, sejenak ia menatap tubuh mungil Shera yang masih meringkuk di balik selimut.Fazli menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi, sepanjang malam Shera selalu memanggil nama Savina.'Shera apa Ayah salah? Mengusir Sus Savina dari rumah kita,'bisik batin Fazli.Laki-lakimitu mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.Setiap sang putri memanggil nama Savina, hati laki-laki itu merasa sedih. Sebagai seorang ayah, Fazli dapat merasakan arti dari semua panggilan penuh kerinduan.'Tapi aku tidak bisa menerima sikap Shera kepada Nadia,'bisikan lain di dalam hati Fazli. Seketika laki-laki itu merasa bimbang, menuruti kata hati atau mendengarkan pendapat dari Nadia wanita yang sebentar lagi akan menjadi istrinya.Fazli mengusap wajah putrinya lembut, selama ini b
"Tidak, aku mau Sus Savina yang menggantikan Bunda!"jawab Shera sambil bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Nadia yang terdiam di kamar. "Shera, kamu mau kemana?"ucap Fazli bertemu dengan putrinya. "Ayah, aku mau menyusul Sus Vina,"jawab Shera berlutut di hadapan ayahnya. Seakan anak kecil itu memohon Fazli mau mengabulkan keinginannya untuk bertemu dengan Savina. "Shera, rumah Sus Vina jauh dari sini, lagi pula ayah tidak tahu alamatnya di mana. Shera sekarang kamu masih memiliki Ayah, Ayah berjanji akan membuatmu bahagia Nak,"bujuk Fazl sekuat tenaga menenangkan Shera yang terus menangis. Shera mengatakan ia tidak mau Nadia sebagai pengganti ibunya, dirinya ingin Savina. Fazli menghela napas panjang, permintaan yang tidak mungkin dikabulkannya. Sekarang dirinya sudah bertunangan dengan Nadia. Nadia mendekati keduanya, tapi Shera menunjukkan sikap penolakannya. "Nadia, sebaiknya kamu pulang dulu, sepertinya Shera belum bisa menerima ini semua,''ucap Fazli meminta Nadia
"Shera, Sus Savina sudah tidak di sini,''ucap Nadia sambil memeluk tubuh mungil Shera dari arah belakang. Wanita itu mengecup puncak kepala Shera lembut.Shera menangis sejadinya, ia tidak percaya orang yang begitu disayanginya selama ini pergi begitu saja tanpa memberitahunya.Shera menjatuhkan tubuhnya di lantai, isak tangis gadis kecil itu semakin kencang. Suaranya yang memanggil nama Savina memenuhi ruangan itu."Sus, jangan tinggalkan aku!"Shera bangkit dan berlari menuju lemari pakaian Savina. Tangis anak kecil itu semakin kencang ketika membuka pintu dan mengetahui lemari itu sudah kosong. Savina benar-benar sudah pergi meninggalkan dirinya.Shera terduduk di pangkuan Nadia, ia menumpahkan semua air matanya sambil terus memanggil nama Savina."Shera kamu jangan bersedih, sekarang ada tante. Tante sangat menyayangi kamu,''ucap Nadia seraya kembali mengecup puncak kepala Shera lembut serta membelai rambut Shera.Entah mendapatkan kekuatan dari mana, Shera dengan kuat mendoro