“Sudah kubilang, aku tidak bisa ya tidak bisa!” sembur Bradley pada dua rekannya yang menyodorkan secarik dokumen untuk ia tanda tangani.
“Kau ini, sudah miskin banyak gengsi! Kau pikir akan jadi cepat kaya kalau hanya makan komisi saja dari tempat ini, hehh?!”
Satu staf divisi pemasaran dan seorang staf divisi keuangan perusahaan asuransi menekan Brad yang dianggap terlalu jenius dan menonjol dengan jabatannya yang masih sebagai agen baru.
“Lakukan apa yang kalian inginkan dan jangan melibatkan aku!”
Tak ingin memperpanjang urusan, Brad segera beranjak pergi dari mereka yang menawarkan rencana busuk untuk memainkan dana perusahaan. Rencana yang sudah ia dengar sejak beberapa bulan lalu dan kini coba mereka realisasikan dengan melibatkan dirinya.
Di sebuah pertemuan tiga bulanan, Brad yang baru terhitung baru bergabung beberapa bulan di perusahaan asuransi kini harus menyerahkan laporan pekerjaannya.
“Diego Bradley, target pekerjaanmu tidak tercapai bulan ini!”
Brad mendelik kaget, begitu manajer membacakan rekap hasil kerjanya di akhir triwulan.
“Tidak target? Bagaimana bisa? Bukankah di laporan yang saya buat sudah jelas?”
Sebuah berkas dalam map dokumen hampir melayang ke wajah Brad yang kemudian menangkapnya, hingga kini sebuah data pun diperlihatkan di layar ruang meeting di hadapan para petinggi perusahaan.
Data yang membuat wajah Brad berkerut tak percaya, bahwa hasil pekerjaannya selama ini ternyata dihitung berbeda di mata manager.
“Hanya ini yang bisa kamu laporkan? Apa saja yang selama ini kamu kerjakan, hehh!”
Merasa telah dibuat malu, apalagi ini rapat tiga bulanan yang dihadiri oleh dan petinggi perusahaan, termasuk Presdir George Garcia. Brad membuka kembali laporan pekerjaannya yang bagi dirinya sudah lebih dari cukup memenuhi target perusahaan bulan ini.
“Lima essential critical care, sepuluh asuransi premium plus, lima proteksi diri extra, simply home platinum, dan Enhanced Premium Waiver, bukankah semua sudah melebihi target bulanan saya?” Brad membacakan kembali hasil pekerjaannya.
“Lalu, dengan detail itu, apa dana yang masuk ke perusahaan sudah sesuai?”
Deg!
Brad mulai tertekan, apalagi pandangan semua pejabat kini terarah padanya. Dibukanya kembali nominal polis yang seharusnya masuk sesuai dengan jenis asuransi yang ia laporkan.
Bagaimana bisa nominal yang sudah ia hitung benar menjadi berkurang seperti ini? Meski hanya pegawai bawahan, namun otak Brad tidak bodoh untuk melakukan penghitungan. Bahkan sebelum rapat ini, pencapaian Brad malah jauh melampaui para agen lainnya.
“Gaji dan komisimu ditahan bulan ini, sampai kau bisa menjelaskan dengan benar semua ketimpangan yang terjadi!”
Brad menunduk kaku, bahkan dirinya tidak diberikan kesempatan untuk menjelaskan di hadapan semua petinggi.
Saat tiba waktunya Brad menghadap ke pucuk pimpinan untuk menjelaskan semuanya, di dalam ruangan keramat itu ternyata sudah ada beberapa petinggi yang siap menghakiminya.
“Maaf, ada apa ini?”
Sebuah salinan surat pelaporan dari Kepolisian ditunjukkan pada Brad yang makin tak paham situasinya.
“Bagian pengaduan pelanggan menerima puluhan laporan, dana nasabah banyak yang raib. Dan mereka sudah melapor ke polisi. Setelah kami lakukan investigasi, namamu ada dalam lingkaran penggelapan itu. Apa pembelaanmu, Diego Bradley?”
“Apa? Penggelapan? Saya tidak pernah melakukan hal itu!”
“Silahkan jelaskan semuanya di kantor polisi. Setelah ini petugas berwenang akan menjemputmu!”
“Presdir, saya bisa menjelaskan kalau saya tidak terlibat apapun, dan nasabah saya—”
Sayangnya, presdir George Garcia tidak memberinya kesempatan untuk membela diri. “Hari ini terakhir kalinya kamu bekerja! Nikmati perbuatan busukmu di penjara!”
Bahkan sang pucuk pimpinan pun tidak akan mendengarkan apapun yang terlontar dari karyawan kelas rendahan seperti dirinya.
Brad menggeleng, satu persatu pejabat perusahaan ia sisir wajahnya, dari manajer di atasnya, hingga sang pucuk pimpinan pun tidak melakukan pembelaan apapun padanya. Brad bahkan tak punya waktu kembali untuk membela diri.
Brad yang panik meski tidak merasa bersalah kini pun mundur dan otaknya bekerja cepat untuk meminta dirinya melarikan diri, ketimbang bertahan namun akan tetap terperosok pula dalam kekejaman para pimpinan korporat itu.
Tak mau mati sia-sia di tangan polisi, Brad yang namanya kadung tercatut dan dirinya kini resmi dinyatakan buron karena polisi tak berhasil menjemputnya di apartemen yang ia sewa.
Dua hari melarikan diri, Brad hampir putus asa karena tak memiliki siapapun yang bisa ia percaya di kota ini. Nasib perantauan dari desa kecil, Brad bahkan tak memegang uang untuk kembali ke kota asalnya.
Di tengah lelahnya, Brad baru berhenti bergerak, saat sebuah mobil polisi terlihat mendekat ke arahnya. Pemuda itu pun kembali berlari sebisanya meski tanpa tujuan yang jelas.
“Sialan! Apa mereka pikir aku ini pembunuh!” erang Brad hingga tubuhnya yang tinggi tegap akhirnya merasakan letih juga menjadi buronan selama berhari-hari.
Suara dari dalam mobil polisi pun memintanya menyerah, namun Brad tak mau mengalah pada hal yang tidak ia kerjakan. Tak peduli polisi sudah meneriakinya, Brad terus berlari hingga kini kegelapan malam seolah melenyapkan bayangan tubuhnya.
Brukkk!
“Awwhh, sshhh!” desis Brad setelah ia nekat menggelinding cepat begitu melihat ada sebuah pagar besar yang akan tertutup menggunakan remot otomatis
Kepala pemuda itu terantuk ke deretan bebatuan hingga tubuhnya kini seperti sampah yang terperosok ke semak dan beberapa tumbuhan lainnya.
“Dimana ini?” gumam Brad begitu sadar dirinya mendongak melihat sebuah mansion besar dan mewah di hadapannya.
Tak ada lagi suara kendaraan polisi terdengar, Brad merasa dirinya memasuki dimensi lain yang cukup aman meski tulangnya serasa mau patah dan napasnya hampir putus rasanya.
“Mudah-mudahan tempat ini aman!” ucapnya perlahan lalu mengendap mengangkat langkahnya seperti penyusup untuk bisa memasuki sebuah bangunan tempat tinggal megah dengan pagar menjulang tinggi yang dari jalan saja tidak terlihat bentuknya.
“Sepi sekali … tempat apa ini?”
Brad terus melangkah, penerangan di sepanjang taman dan jalan menuju bangunan utama sungguh temaram.
“Siapa itu!”
Suara seorang pria begitu mengetahui ada pergerakan asing di mansion ini. Lagi dan lagi Brad harus menggunakan kakinya untuk bergerak cepat, menyusuri bangunan hingga entah kekuatan dari mana yang membuat pemuda itu bisa sampai ke lantai dua meski ada sorot cahaya yang kini mengintainya.
Dinding kaca yang super besar dengan sedikit penerangan membuat Brad memicing. Ia harus berhati-hati melangkah dan mengendap, sampai pemuda itu baru menyadari apa yang dilihatnya di balik ruangan berdinding kaca lebar dimana ada pergerakan mencurigakan di dalam sana.
“Astaga!”
Dor dor dorr!
Brad refleks menggedor jendela kaca lebar kaca dengan penutup tirai yang sedikit tersingkap di satu sisi itu. Tampak seorang pria setengah tua yang mengangkat bantal besar hendak dibenamkan paksa ke wajah seseorang yang terbujur di tempat tidur.
“Hei, hentikan! Apa yang kalian lakukan!”
“Siapa di sana!”Keberadaan Brad mau tidak mau akhirnya terlihat. Tak peduli dirinya akan diapakan setelah ini, pemuda itu tetap menggedor jendela kaca hingga pergerakan di dalam kamar itu akhirnya terintervensi.“Hei, kalian apakan wanita itu!”Brad terus menggedor, sampai kemudian tirai jendela besar itu tertutup rapat hingga ia tak bisa melihat apapun di dalam sana. Dengan napas terengah, Brad mencoba mencari jalan masuk lain. Sampai ia bertemu handle pintu yang kemudian ia coba buka paksa.Sebuah dorongan dari dalam ruangan membuat Brad mundur selangkah, seorang pria bertubuh tegap langsung melayangkan tinju padanya, tanpa bertanya siapa dan untuk apa dirinya ada di balkon kamar ini. “Apa yang kalian lakukan? Kalian pembunuh?”Bugh!Bukannya mendapat jawaban, Brad kembali mendapatkan bogem mentah di wajahnya sampai ia terhuyung mundur. Pandangan Brad menoleh, situasi di kamar itu begitu misterius, namun kata hatinya mengatakan ia harus menghentikan sesuatu.Brad pun melawan, sam
“Kamu mengenalnya?”Pertanyaan Alberta membuat Brad terkesiap dari lamunan sesaatnya.“Eumm, maaf. Ti-tidak, Nyonya,” jawab Brad lantas mengangguk untuk menyetujui tawaran Alberta. “Mohon maaf, Nyonya. Kenapa mantan suami Anda melakukan semua ini?”Pandangan Alberta mendadak buram dan nanar. Membayangkan hal pahit yang menyebabkan ia mendapatkan predikat sebagai wanita cacat, Alberta pun menangis getir.“Nyonya ….”Dan pandangan Brad pun begitu iba, pada wanita yang kini meratapi nasibnya. Meski memiliki banyak harta melimpah, namun hidupnya seolah hampa. “Anda tenang saja, Nyonya. Saya akan melakukan apapun untuk mengembalikan hidup Anda bahagia seperti sebelumnya!” janji Brad terlihat begitu tulus, di mata Alberta yang kini menyerahkan semua rasa dendamnya pada pemuda itu.Merawat Alberta tanpa rasa jijik, Brad yang diselimuti rasa iba dan dendam bahkan lama-lama merasakan wanita itu seperti ibunya sendiri. Melihat ketulusan Brad yang merawatnya berhari-hari ini, Alberta pun tak se
“Sial!” umpat Brad kesal begitu keluar dari gedung perusahaan itu. “Ternyata kelicikan mereka sudah terlalu jauh!”Sadar yang dilawannya tidak sepadan, Brad tak bisa menggunakan emosinya untuk cepat bertindak. Mempercepat langkahnya keluar dari tempat berhawa panas itu, Brad masih kembali ke mansion dengan tangan hampa. Baru akan menyiapkan makan siang untuk Alberta, pemuda itu melihat ada dua orang pria asing berada di kamar. Brad langsung menaruh rasa curiga, lebih tepatnya waspada karena siapapun bisa memanfaatkan ketidakberdayaan Alberta untuk kepentingan apapun.“Nyonya Debbie, siapa mereka?”“Pengacara dan notaris. Kamu jangan menguping, menepi saja dan jangan coba mencari tahu!”Asisten wanita itu mengultimatum Brad yang menyunggingkan senyum tipisnya. Debbie belum tahu saja kalau Alberta sudah memberinya banyak sekali uang hingga ia bisa melakukan apapun untuk membalas dendam.Setelah hampir satu jam, dua pria itu lantas keluar dari kamar. Brad yang standby dengan berdiri teg
“Untuk apa Anda masih bertanya, Tuan Garcia? Bukankah Anda punya kemampuan untuk mengetahui segalanya?” Pertanyaan balik Brad membuat wajah George Garcia menggelap. Pria itu mengangkat dagunya, pun dengan satu sudut alisnya yang ikut terangkat kala menyisir wajah Brad dengan segala keberanian untuk mengangkat wajah di hadapannya, meski dalam kondisi tubuh terluka, namun masih kuat melangkah.“Kamu sendiri yang memutuskan berhadapan denganku, Diego Bradley!”Suara dingin George sempat membuat langkah Brad terhenti sejenak, hingga kini pemuda itu lantas pergi dengan langkah besar menuju kembali ke mansion Alberta.“Nyonya, maaf ….”“Lain kali buang gegabahmu!” ucap Alberta langsung membuat Brad terkesiap kaget.“Jadi, Anda yang—”“Bagaimana aku bisa mengandalkanmu?” potong Alberta tanpa berekspresi saat Brad menunduk di hadapannya. “Maaf, Nyonya. Tapi saya sudah melakukan—”“Mulai besok masuklah ke perusahaanku. Kamu akan belajar menemukan kelicikan manusia!”Brad mengangguk, lalu kem
BAB 6“Tidak mungkin!” pekik Brad auto keringat dingin, jantungnya terasa berdebar tak beraturan.Langkahnya terayun cepat memasuki mansion, namun malah ada beberapa orang yang menghalangi pergerakannya memasuki rumah besar itu. “Kenapa kalian menghalangiku masuk? Pagi tadi nyonya Alberta masih baik-baik saja!” erang Brad pada beberapa orang asing yang menghadang langkahnya. “Kemana saja kamu seharian ini, Brad? Tugasmu itu menjaga Nyonya, bukan menggantikan pekerjaan nyonya Alberta!”Suara Debbie menghentikan pergerakan Brad yang akan merangsek masuk, namun seperti kini ia tengah dihalangi untuk melihat kondisi Alberta secara langsung.“Apa yang terjadi? Kenapa nyonya Alberta bisa meninggal?!”Tak ada yang menggubris suara erangan Brad yang sangat terpukul. Bahkan ia belum sepenuhnya menjalankan misi dengan sempurna, namun Alberta keburu tidak bisa melihat hasil pembalasan dendamnya.Bahkan tiba-tiba, mayat Alberta akan segera diurus kremasinya, tanpa satu pun keluarga di sisinya. E
BAB 7“Apa? Tidak mungkin!” pekik Debbie menggeleng tak percaya. “Kalian pasti keliru! Mana mungkin nyonya memberikan hartanya pada orang asing!”Brad yang tak kalah kaget, hanya bisa berdiri dan diam. Membaca situasi apa yang sebenarnya terjadi saat ini. Namun diliriknya Debbie menjadi yang paling frontal menolak kenyataan ini.“Kenapa, Nyonya Debbie? Sepertinya Anda keberatan?” tanya balik salah satu pria yang kini mengkode Brad untuk mengekor mereka.Brad mulai berani mengangkat dagunya, menatap Debbie dengan seringai wajah yang jelas menyebalkan di wajah wanita itu. Sudah mulai paham apa yang terjadi, Brad pun baru terbuka bagaimana sikap Debbie selama ini kepadanya.“Lalu, Anda sendiri untuk apa masih ada di tempat ini, Nyonya Debbie? Bukankah sudah tidak ada lagi yang perlu Anda rawat di sini?”Belum apa-apa Brad kini berani membuat Debbie tak sanggup mengungkapkan alasannya, tetap bertahan di mansion mewah ini.Langkah Brad pun terayun ringan, mengikuti dua pria yang kini memin