“Kamu mengenalnya?”
Pertanyaan Alberta membuat Brad terkesiap dari lamunan sesaatnya.
“Eumm, maaf. Ti-tidak, Nyonya,” jawab Brad lantas mengangguk untuk menyetujui tawaran Alberta. “Mohon maaf, Nyonya. Kenapa mantan suami Anda melakukan semua ini?”
Pandangan Alberta mendadak buram dan nanar. Membayangkan hal pahit yang menyebabkan ia mendapatkan predikat sebagai wanita cacat, Alberta pun menangis getir.
“Nyonya ….”
Dan pandangan Brad pun begitu iba, pada wanita yang kini meratapi nasibnya. Meski memiliki banyak harta melimpah, namun hidupnya seolah hampa.
“Anda tenang saja, Nyonya. Saya akan melakukan apapun untuk mengembalikan hidup Anda bahagia seperti sebelumnya!” janji Brad terlihat begitu tulus, di mata Alberta yang kini menyerahkan semua rasa dendamnya pada pemuda itu.
Merawat Alberta tanpa rasa jijik, Brad yang diselimuti rasa iba dan dendam bahkan lama-lama merasakan wanita itu seperti ibunya sendiri. Melihat ketulusan Brad yang merawatnya berhari-hari ini, Alberta pun tak segan menggelontorkan puluhan ribu dollar sebagai uang muka pada Brad untuk memulai misinya.
“Astaga, banyak sekali, Nyonya.”
Kedua mata Brad membelalak kaget melihat sejumlah uang yang benar-benar akan menjadi miliknya.
“Kamu benar tidak mengenal pria itu? Aku akui kau tulus merawatku. Tapi aku pernah dikhianati dua asistenku yang ternyata bekerja untuk dia!”
“Anda bisa mempercayai saya, Nyonya. Silahkan menyelidiki siapa saya sebenarnya.”
Alberta menatap wajah Brad nanar, mencari ketulusan yang sebenarnya dan tak ingin terkhianati untuk yang kesekian kalinya.
“Tolong jaga kepercayaanku. Aku tidak ingin mati sia-sia sebelum melihat George menderita!” erang Alberta dengan segenap emosi yang menguasai pikirannya.
Setelah mendapatkan cukup uang dari Alberta, hal pertama yang Brad lakukan saat ini adalah, mencari tahu lebih dalam siapa George Garcia sebenarnya. Berbekal data yang disimpan Alberta hingga sekelebat cerita yang wanita itu tuturkan sebelumnya, malam ini Brad bahkan terjaga semalaman demi membaca satu persatu dokumen pria yang menikahi Alberta lima tahun silam itu.
“Brengsek! Ternyata pria ini bajingan! Bagaimana bisa nyonya Alberta bisa bertekuk lutut dengannya!”
Tak hanya data soal bisnis, saat Brad mengorek lebih dalam lagi soal kehidupan pribadinya, Brad menemukan sesuatu yang tak diceritakan Alberta sebelum ini padanya.
“Siapa ini?” gumamnya kala melihat sosok wanita muda yang ada dalam foto bersama George Garcia.
Kedua mata Brad menyipit, tak memiliki informasi apapun soal wanita muda itu. Brad melanjutkan penelusurannya, pada perusahaan yang pernah menaunginya selama beberapa bulan belakangan.
“Astaga, ternyata semua yang di perusahaan itu busuk!” berang Brad hampir saja meremas beberapa dokumen lama yang ia baca. “Pantas saja hasil kerjaku tidak diperhitungkan. Ternyata mereka semua bermain menipu nasabah!”
Lewat ponsel baru yang Alberta berikan padanya, Brad mengintip berita penggelapan dana yang dilaporkan oleh puluhan nasabah asuransi dan kasusnya masih bergulir dengan menjadikan dirinya sebagai tersangka utama.
“Ini tidak bisa dibiarkan. Mereka semua harus menerima akibatnya!”
Tak bisa menunggu lagi, Brad pun harus bergerak cepat. Uang muka dari Alberta ternyata mampu membuatnya lebih percaya diri menghadapi apapun, termasuk bahaya yang bisa saja mengintainya setelah ini.
Berdiri di depan sebuah cermin besar yang menampakkan seluruh bayangan tubuhnya, Brad kini memandangi dirinya sendiri. Sebuah outfit mahal kini menempel sempurna di lekuk tubuhnya. Siapa yang menyangka, dirinya pun tak pernah bermimpi bisa mengenakan pakaian semahal ini. Dengan tatapan sangat tajam, ia pun menyeringai penuh dendam.
“Lihat saja kalian semua. Aku bukan lagi Diego Bradley yang bisa kalian tindas!”
Hal pertama yang Brad lakukan setelah melakukan perubahan pada dirinya adalah, mendatangi United States Financial Services Authority untuk melaporkan kebusukan yang terjadi di perusahaan asuransi itu.
“Anda ini siapa? Bukti yang Anda berikan tidak cukup kuat!”
“Tapi banyak nasabah yang sudah melaporkan perusahaan ini. Apa itu belum cukup?”
“Beri kami bukti data yang akurat, maka akan kami selidiki lebih lanjut!”
Brad mundur selangkah, sengaja menyembunyikan siapa dirinya karena namanya masih dalam pencarian polisi, Brad kini baru menyadari siapa yang ia lawan sebenarnya.
“Aku harus bisa mengumpulkan bukti itu,” gumam Brad kini beralih mengunjungi gedung perusahaan yang sudah mencoret namanya dari daftar pegawai.
Hari pertama ia gagal, Brad harus memikirkan langkah berikutnya untuk bisa minimal menjerat para manager yang juga ikut andil menjerumuskan namanya.
Tak bisa bebas bergerak karena masih menjadi incaran polisi, kini ia kembali ke mansion Alberta dan bekerja menjadi pengasuh seperti biasanya.
Semalaman Brad hampir tidak bisa terlelap, hanya karena memikirkan bagaimana cara agar bisa memasuki perusahaan asuransi itu dan membuktikan kejahatan siapapun yang pernah menindasnya.
Keesokan harinya, setelah rangkaian pekerjaan merawat Alberta selesai di pagi hari, Brad langsung bergegas ke perusahaan kembali. Tak ingin gagal kembali, Brad sampai membayar petugas keamanan agar dirinya bisa masuk, dan langsung menemui tim data untuk membantunya mencari apa yang diperlukan.
Langkah Brad pun terayun pasti, melintasi ruangan yang sebelumnya menjadi tempatnya mengadu nasib.
“Masih berani datang? Mau menyerahkan diri?”
Suara yang begitu ia kenali membuat Brad memutar tubuhnya perlahan. Dengan gaya yang berbeda, Brad berhasil membuat beberapa orang yang mengenalnya cukup kaget dengan penampilannya hari ini.
Terbiasa menjadi karyawan rendahan dengan seragam biasa, kini Brad berani datang dengan kemeja rapi dan jas yang kancingnya dibiarkan terbuka, celana licin hingga sepatu mengkilap yang tak terlihat murahan.
“Kenapa memangnya? Kalian masih bisa tidur nyenyak karena aku yang menjadi buron, hemm?”
Suara Brad terdengar dingin, cukup menusuk dan berbeda sekali dari yang terakhir mereka tahu di tempat ini.
“Sudah menjadi buron masih berani menampakkan diri. Memangnya apa yang bisa kamu lakukan?”
“Apa yang bisa kulakukan? Hehh! Kalau kalian bisa selicik itu menjerumuskanku, kenapa aku tidak!”
Tak butuh balasan ucapan lagi, langkah Brad pun terayun ringan kembali memasuki ruang pusat data dimana ia sudah membayar ahli data di dalamnya.
“Bagaimana?” tanya Brad dengan senyum tipis penuh kelegaan karena bisa berhasil tampil berbeda di depan siapa saja yang pernah meremehkannya.
“Maaf, Tuan Bradley. Data yang Anda minta hilang! Kami tidak bisa menemukannya.”
Deg!
Kedua mata Brad membelalak sempurna. “Bagaimana bisa? Bukankah data itu baru berumur beberapa bulan? Kenapa bisa lenyap?!”“Sial!” umpat Brad kesal begitu keluar dari gedung perusahaan itu. “Ternyata kelicikan mereka sudah terlalu jauh!”Sadar yang dilawannya tidak sepadan, Brad tak bisa menggunakan emosinya untuk cepat bertindak. Mempercepat langkahnya keluar dari tempat berhawa panas itu, Brad masih kembali ke mansion dengan tangan hampa. Baru akan menyiapkan makan siang untuk Alberta, pemuda itu melihat ada dua orang pria asing berada di kamar. Brad langsung menaruh rasa curiga, lebih tepatnya waspada karena siapapun bisa memanfaatkan ketidakberdayaan Alberta untuk kepentingan apapun.“Nyonya Debbie, siapa mereka?”“Pengacara dan notaris. Kamu jangan menguping, menepi saja dan jangan coba mencari tahu!”Asisten wanita itu mengultimatum Brad yang menyunggingkan senyum tipisnya. Debbie belum tahu saja kalau Alberta sudah memberinya banyak sekali uang hingga ia bisa melakukan apapun untuk membalas dendam.Setelah hampir satu jam, dua pria itu lantas keluar dari kamar. Brad yang standby dengan berdiri teg
“Untuk apa Anda masih bertanya, Tuan Garcia? Bukankah Anda punya kemampuan untuk mengetahui segalanya?” Pertanyaan balik Brad membuat wajah George Garcia menggelap. Pria itu mengangkat dagunya, pun dengan satu sudut alisnya yang ikut terangkat kala menyisir wajah Brad dengan segala keberanian untuk mengangkat wajah di hadapannya, meski dalam kondisi tubuh terluka, namun masih kuat melangkah.“Kamu sendiri yang memutuskan berhadapan denganku, Diego Bradley!”Suara dingin George sempat membuat langkah Brad terhenti sejenak, hingga kini pemuda itu lantas pergi dengan langkah besar menuju kembali ke mansion Alberta.“Nyonya, maaf ….”“Lain kali buang gegabahmu!” ucap Alberta langsung membuat Brad terkesiap kaget.“Jadi, Anda yang—”“Bagaimana aku bisa mengandalkanmu?” potong Alberta tanpa berekspresi saat Brad menunduk di hadapannya. “Maaf, Nyonya. Tapi saya sudah melakukan—”“Mulai besok masuklah ke perusahaanku. Kamu akan belajar menemukan kelicikan manusia!”Brad mengangguk, lalu kem
BAB 6“Tidak mungkin!” pekik Brad auto keringat dingin, jantungnya terasa berdebar tak beraturan.Langkahnya terayun cepat memasuki mansion, namun malah ada beberapa orang yang menghalangi pergerakannya memasuki rumah besar itu. “Kenapa kalian menghalangiku masuk? Pagi tadi nyonya Alberta masih baik-baik saja!” erang Brad pada beberapa orang asing yang menghadang langkahnya. “Kemana saja kamu seharian ini, Brad? Tugasmu itu menjaga Nyonya, bukan menggantikan pekerjaan nyonya Alberta!”Suara Debbie menghentikan pergerakan Brad yang akan merangsek masuk, namun seperti kini ia tengah dihalangi untuk melihat kondisi Alberta secara langsung.“Apa yang terjadi? Kenapa nyonya Alberta bisa meninggal?!”Tak ada yang menggubris suara erangan Brad yang sangat terpukul. Bahkan ia belum sepenuhnya menjalankan misi dengan sempurna, namun Alberta keburu tidak bisa melihat hasil pembalasan dendamnya.Bahkan tiba-tiba, mayat Alberta akan segera diurus kremasinya, tanpa satu pun keluarga di sisinya. E
BAB 7“Apa? Tidak mungkin!” pekik Debbie menggeleng tak percaya. “Kalian pasti keliru! Mana mungkin nyonya memberikan hartanya pada orang asing!”Brad yang tak kalah kaget, hanya bisa berdiri dan diam. Membaca situasi apa yang sebenarnya terjadi saat ini. Namun diliriknya Debbie menjadi yang paling frontal menolak kenyataan ini.“Kenapa, Nyonya Debbie? Sepertinya Anda keberatan?” tanya balik salah satu pria yang kini mengkode Brad untuk mengekor mereka.Brad mulai berani mengangkat dagunya, menatap Debbie dengan seringai wajah yang jelas menyebalkan di wajah wanita itu. Sudah mulai paham apa yang terjadi, Brad pun baru terbuka bagaimana sikap Debbie selama ini kepadanya.“Lalu, Anda sendiri untuk apa masih ada di tempat ini, Nyonya Debbie? Bukankah sudah tidak ada lagi yang perlu Anda rawat di sini?”Belum apa-apa Brad kini berani membuat Debbie tak sanggup mengungkapkan alasannya, tetap bertahan di mansion mewah ini.Langkah Brad pun terayun ringan, mengikuti dua pria yang kini memin
“Sudah kubilang, aku tidak bisa ya tidak bisa!” sembur Bradley pada dua rekannya yang menyodorkan secarik dokumen untuk ia tanda tangani.“Kau ini, sudah miskin banyak gengsi! Kau pikir akan jadi cepat kaya kalau hanya makan komisi saja dari tempat ini, hehh?!”Satu staf divisi pemasaran dan seorang staf divisi keuangan perusahaan asuransi menekan Brad yang dianggap terlalu jenius dan menonjol dengan jabatannya yang masih sebagai agen baru.“Lakukan apa yang kalian inginkan dan jangan melibatkan aku!”Tak ingin memperpanjang urusan, Brad segera beranjak pergi dari mereka yang menawarkan rencana busuk untuk memainkan dana perusahaan. Rencana yang sudah ia dengar sejak beberapa bulan lalu dan kini coba mereka realisasikan dengan melibatkan dirinya.Di sebuah pertemuan tiga bulanan, Brad yang baru terhitung baru bergabung beberapa bulan di perusahaan asuransi kini harus menyerahkan laporan pekerjaannya. “Diego Bradley, target pekerjaanmu tidak tercapai bulan ini!”Brad mendelik kaget, b
“Siapa di sana!”Keberadaan Brad mau tidak mau akhirnya terlihat. Tak peduli dirinya akan diapakan setelah ini, pemuda itu tetap menggedor jendela kaca hingga pergerakan di dalam kamar itu akhirnya terintervensi.“Hei, kalian apakan wanita itu!”Brad terus menggedor, sampai kemudian tirai jendela besar itu tertutup rapat hingga ia tak bisa melihat apapun di dalam sana. Dengan napas terengah, Brad mencoba mencari jalan masuk lain. Sampai ia bertemu handle pintu yang kemudian ia coba buka paksa.Sebuah dorongan dari dalam ruangan membuat Brad mundur selangkah, seorang pria bertubuh tegap langsung melayangkan tinju padanya, tanpa bertanya siapa dan untuk apa dirinya ada di balkon kamar ini. “Apa yang kalian lakukan? Kalian pembunuh?”Bugh!Bukannya mendapat jawaban, Brad kembali mendapatkan bogem mentah di wajahnya sampai ia terhuyung mundur. Pandangan Brad menoleh, situasi di kamar itu begitu misterius, namun kata hatinya mengatakan ia harus menghentikan sesuatu.Brad pun melawan, sam