“Untuk apa Anda masih bertanya, Tuan Garcia? Bukankah Anda punya kemampuan untuk mengetahui segalanya?”
Pertanyaan balik Brad membuat wajah George Garcia menggelap. Pria itu mengangkat dagunya, pun dengan satu sudut alisnya yang ikut terangkat kala menyisir wajah Brad dengan segala keberanian untuk mengangkat wajah di hadapannya, meski dalam kondisi tubuh terluka, namun masih kuat melangkah.
“Kamu sendiri yang memutuskan berhadapan denganku, Diego Bradley!”
Suara dingin George sempat membuat langkah Brad terhenti sejenak, hingga kini pemuda itu lantas pergi dengan langkah besar menuju kembali ke mansion Alberta.
“Nyonya, maaf ….”
“Lain kali buang gegabahmu!” ucap Alberta langsung membuat Brad terkesiap kaget.
“Jadi, Anda yang—”
“Bagaimana aku bisa mengandalkanmu?” potong Alberta tanpa berekspresi saat Brad menunduk di hadapannya.
“Maaf, Nyonya. Tapi saya sudah melakukan—”
“Mulai besok masuklah ke perusahaanku. Kamu akan belajar menemukan kelicikan manusia!”
Brad mengangguk, lalu kembali mundur. Keesokan harinya, berita Brad yang akan masuk ke perusahaan perkebunan milik Alberta sontak menimbulkan kegemparan di dalam mansion. Brad hanya orang asing yang beruntung bekerja di sini, namun sudah menjadi bagian khusus di dalam perusahaan yang selama ini dijalankan Alberta di atas tempat tidurnya.
Brad pun mendapatkan jabatan yang tidak main-main di sana. Baru saja duduk manis di ruang kerjanya, Brad tak akan menyiakan kedudukannya yang langka ini. Kembali membayar orang untuk membobol data perusahaan asuransi, Brad pun segera membuat laporan.
Ditemani seorang asisten yang membantunya di perusahaan, Brad yang memiliki otak cerdas di dalam perhitungan matematika kini belajar lebih dalam, mengenal karakter siapapun yang berhubungan dengannya.
Bertemu beberapa orang, melakukan pertemuan bisnis klien kerja, staf perusahaan hingga musuh dalam selimut, Brad kini bergerak cepat melakukan hal yang akan membawa perubahan di hidupnya.
Dan sore ini, dalam kotak masuk surelnya, Brad mendapatkan berita yang cukup membuatnya bisa tersenyum lega.
‘Brad, aku tahu ini karena dirimu. Perusahaan ini mulai diperiksa. Terima kasih, Brad!’
Sebuah pesan elektronik dari salah satu staf perusahaan mengabarkan bahwa perusahaan Asuransi milik George kini tengah diperiksa oleh Otoritas Jasa Keuangan setempat.
“Heuhh, akhirnya! Satu perjuanganku tidak sia-sia!”
Brad mengepalkan tinjunya, lega karena satu langkahnya membayar orang untuk membobol data perusahaan akhirnya mampu membuat perusahaan itu kalang kabut.
Dua manager pun tak luput dari ringkusan polisi, setelah Brad mengirimkan laporan berupa data kebusukan mereka sebelumnya.
“George Garcia ternyata licin juga dengan hukum. Aku harus mencari cara lain untuk menghadapinya. Aku tidak boleh gagal lagi kali ini!” janji Brad begitu terbakar setelah berhasil menumbangkan dua manager sekaligus.
Pulang ke mansion, Brad berubah wujud menjadi pengasuh Alberta kembali. Laporan demi laporan pun ia utarakan pada sang majikan.
“Diego Bradley!”
“Nyonya Debbie, ada apa?” tanya Brad kaget begitu Debbie menyeret lengannya setelah keluar dari kamar Alberta.
“Siapa kamu sebenarnya? Mengapa nyonya Alberta memberikan begitu banyak untukmu? Kamu mau menipu nyonya dengan ketampananmu?”
Brad sampai menyisir tubuhnya sendiri. Kenapa tiba-tiba wanita itu menuduhnya seperti ini?
“Maaf, Nyonya. Saya tidak—”“Ingat, Brad. Nyonya sudah hidup sebatang kara. Dan kamu jangan coba-coba memanfaatkan situasi dengan menipunya!”
Seolah mendapatkan pertentangan, Brad tak akan mundur. Ia tetap merawat Alberta dengan baik, hingga pundi-pundi pribadinya terus terisi.
“Nyonya, mengapa Anda tidak melanjutkan terapi? Ada banyak dokter terbaik di negara ini. Anda bisa kembali melihat dunia yang—”
“Dunia yang indah tapi pada akhirnya menjadi neraka?” potong Alberta yang mentalnya sudah tergerus sangat dalam atas kejadian buruk di masa lalunya.“Tapi Anda harus bahagia, Nyonya,” ucap Brad dengan wajah penuh iba, pada wanita yang berhasil merubah kehidupannya, dari Brad dungu yang tertindas, kini menjadi Brad yang berani melawan siapa saja.
“Kebahagiaanku hanya melihat George hancur!”
Serbuan dendam terlanjur menggerogoti jiwa Alberta saat ini. Wanita itu bahkan lupa caranya membahagiakan dirinya sendiri.
“Kehancuran seperti apa yang Anda inginkan, Nyonya?”
Alberta lantas mengelus kedua lengannya sendiri, merasakan sisa kepedihan yang tak akan hilang dari memorinya.
“Buat dia merasakan apa yang aku rasakan!”
Brad membelalak nyeri. Ada berapa kejahatan yang George lakukan pada Alberta? Dan semua itu harus Brad reka ulang demi memuaskan dendam wanita itu.
“Baik, Nyonya. Asal bisa membuat Anda bahagia, saya akan melakukannya!”
Brad pun kini merubah haluannya. Menyewa tim profesional, Brad memulai rencana menyerang George secara pribadi, setelah puas menyerang lewat jalur bisnisnya.
Berpesan agar tidak mematikan George lebih cepat, Brad pun menyusun apa saja yang akan ia lakukan sesuai titah Alberta padanya.
Sementara itu, di gedung perusahaan miliknya, George sedang menjalani pemeriksaan atas dugaan penipuan terhadap nasabah. Beberapa dokumen dan barang di ruangannya digeledah secara merata.
“Hehh, periksa saja sesuka kalian,” ucap George dengan tenangnya, hingga ia pun melenggang meninggalkan kantornya tanpa beban.
Bersama sopir yang mengantarnya, George memilih pulang ketimbang menghadapi kerumitan di kantornya.
“Kalian pikir aku akan mati kalau perusahaan itu hancur?” gumam George santai di dalam mobilnya sambil menyalakan sebuah cerutu lalu menghisapnya penuh perasaan.
Belum beberapa jauh meluncur, George seperti merasakan mobilnya tersendat.
“Ada masalah?”
“Saya akan cek, Tuan.”
Baru saja akan menepi, tiba-tiba….
Braakkk!
Sebuah kendaraan jeep menabrak mobil George dari arah belakang. Jeep itu pun kemudian mundur untuk mengambil lajur tengah lalu pergi dengan kecepatan tinggi.
“Bagaimana?” tanya Brad yang memantau dari ruang kerjanya.
“Target sudah terbidik. Bagian belakang mobil ringsek!”
“Bagus, jalankan rencana kedua!” titah Brad lega setelah mendapatkan kiriman foto soal kondisi terkini mobil milik George.
Saking leganya, Brad berencana pulang lebih awal untuk mengabarkan hal ini pada Alberta. Namun, baru memasuki halaman mansion, ada sebuah keramaian tak biasa yang terjadi di dalam rumah besar itu. Beberapa kendaraan tak dikenal terparkir di sana.
“Ada apa ini?” tanya Brad waswas, pada penjaga rumah yang baru saja membukakan gerbang untuknya.
“Nyonya Alberta …meninggal!”
BAB 6“Tidak mungkin!” pekik Brad auto keringat dingin, jantungnya terasa berdebar tak beraturan.Langkahnya terayun cepat memasuki mansion, namun malah ada beberapa orang yang menghalangi pergerakannya memasuki rumah besar itu. “Kenapa kalian menghalangiku masuk? Pagi tadi nyonya Alberta masih baik-baik saja!” erang Brad pada beberapa orang asing yang menghadang langkahnya. “Kemana saja kamu seharian ini, Brad? Tugasmu itu menjaga Nyonya, bukan menggantikan pekerjaan nyonya Alberta!”Suara Debbie menghentikan pergerakan Brad yang akan merangsek masuk, namun seperti kini ia tengah dihalangi untuk melihat kondisi Alberta secara langsung.“Apa yang terjadi? Kenapa nyonya Alberta bisa meninggal?!”Tak ada yang menggubris suara erangan Brad yang sangat terpukul. Bahkan ia belum sepenuhnya menjalankan misi dengan sempurna, namun Alberta keburu tidak bisa melihat hasil pembalasan dendamnya.Bahkan tiba-tiba, mayat Alberta akan segera diurus kremasinya, tanpa satu pun keluarga di sisinya. E
BAB 7“Apa? Tidak mungkin!” pekik Debbie menggeleng tak percaya. “Kalian pasti keliru! Mana mungkin nyonya memberikan hartanya pada orang asing!”Brad yang tak kalah kaget, hanya bisa berdiri dan diam. Membaca situasi apa yang sebenarnya terjadi saat ini. Namun diliriknya Debbie menjadi yang paling frontal menolak kenyataan ini.“Kenapa, Nyonya Debbie? Sepertinya Anda keberatan?” tanya balik salah satu pria yang kini mengkode Brad untuk mengekor mereka.Brad mulai berani mengangkat dagunya, menatap Debbie dengan seringai wajah yang jelas menyebalkan di wajah wanita itu. Sudah mulai paham apa yang terjadi, Brad pun baru terbuka bagaimana sikap Debbie selama ini kepadanya.“Lalu, Anda sendiri untuk apa masih ada di tempat ini, Nyonya Debbie? Bukankah sudah tidak ada lagi yang perlu Anda rawat di sini?”Belum apa-apa Brad kini berani membuat Debbie tak sanggup mengungkapkan alasannya, tetap bertahan di mansion mewah ini.Langkah Brad pun terayun ringan, mengikuti dua pria yang kini memin
“Sudah kubilang, aku tidak bisa ya tidak bisa!” sembur Bradley pada dua rekannya yang menyodorkan secarik dokumen untuk ia tanda tangani.“Kau ini, sudah miskin banyak gengsi! Kau pikir akan jadi cepat kaya kalau hanya makan komisi saja dari tempat ini, hehh?!”Satu staf divisi pemasaran dan seorang staf divisi keuangan perusahaan asuransi menekan Brad yang dianggap terlalu jenius dan menonjol dengan jabatannya yang masih sebagai agen baru.“Lakukan apa yang kalian inginkan dan jangan melibatkan aku!”Tak ingin memperpanjang urusan, Brad segera beranjak pergi dari mereka yang menawarkan rencana busuk untuk memainkan dana perusahaan. Rencana yang sudah ia dengar sejak beberapa bulan lalu dan kini coba mereka realisasikan dengan melibatkan dirinya.Di sebuah pertemuan tiga bulanan, Brad yang baru terhitung baru bergabung beberapa bulan di perusahaan asuransi kini harus menyerahkan laporan pekerjaannya. “Diego Bradley, target pekerjaanmu tidak tercapai bulan ini!”Brad mendelik kaget, b
“Siapa di sana!”Keberadaan Brad mau tidak mau akhirnya terlihat. Tak peduli dirinya akan diapakan setelah ini, pemuda itu tetap menggedor jendela kaca hingga pergerakan di dalam kamar itu akhirnya terintervensi.“Hei, kalian apakan wanita itu!”Brad terus menggedor, sampai kemudian tirai jendela besar itu tertutup rapat hingga ia tak bisa melihat apapun di dalam sana. Dengan napas terengah, Brad mencoba mencari jalan masuk lain. Sampai ia bertemu handle pintu yang kemudian ia coba buka paksa.Sebuah dorongan dari dalam ruangan membuat Brad mundur selangkah, seorang pria bertubuh tegap langsung melayangkan tinju padanya, tanpa bertanya siapa dan untuk apa dirinya ada di balkon kamar ini. “Apa yang kalian lakukan? Kalian pembunuh?”Bugh!Bukannya mendapat jawaban, Brad kembali mendapatkan bogem mentah di wajahnya sampai ia terhuyung mundur. Pandangan Brad menoleh, situasi di kamar itu begitu misterius, namun kata hatinya mengatakan ia harus menghentikan sesuatu.Brad pun melawan, sam
“Kamu mengenalnya?”Pertanyaan Alberta membuat Brad terkesiap dari lamunan sesaatnya.“Eumm, maaf. Ti-tidak, Nyonya,” jawab Brad lantas mengangguk untuk menyetujui tawaran Alberta. “Mohon maaf, Nyonya. Kenapa mantan suami Anda melakukan semua ini?”Pandangan Alberta mendadak buram dan nanar. Membayangkan hal pahit yang menyebabkan ia mendapatkan predikat sebagai wanita cacat, Alberta pun menangis getir.“Nyonya ….”Dan pandangan Brad pun begitu iba, pada wanita yang kini meratapi nasibnya. Meski memiliki banyak harta melimpah, namun hidupnya seolah hampa. “Anda tenang saja, Nyonya. Saya akan melakukan apapun untuk mengembalikan hidup Anda bahagia seperti sebelumnya!” janji Brad terlihat begitu tulus, di mata Alberta yang kini menyerahkan semua rasa dendamnya pada pemuda itu.Merawat Alberta tanpa rasa jijik, Brad yang diselimuti rasa iba dan dendam bahkan lama-lama merasakan wanita itu seperti ibunya sendiri. Melihat ketulusan Brad yang merawatnya berhari-hari ini, Alberta pun tak se
“Sial!” umpat Brad kesal begitu keluar dari gedung perusahaan itu. “Ternyata kelicikan mereka sudah terlalu jauh!”Sadar yang dilawannya tidak sepadan, Brad tak bisa menggunakan emosinya untuk cepat bertindak. Mempercepat langkahnya keluar dari tempat berhawa panas itu, Brad masih kembali ke mansion dengan tangan hampa. Baru akan menyiapkan makan siang untuk Alberta, pemuda itu melihat ada dua orang pria asing berada di kamar. Brad langsung menaruh rasa curiga, lebih tepatnya waspada karena siapapun bisa memanfaatkan ketidakberdayaan Alberta untuk kepentingan apapun.“Nyonya Debbie, siapa mereka?”“Pengacara dan notaris. Kamu jangan menguping, menepi saja dan jangan coba mencari tahu!”Asisten wanita itu mengultimatum Brad yang menyunggingkan senyum tipisnya. Debbie belum tahu saja kalau Alberta sudah memberinya banyak sekali uang hingga ia bisa melakukan apapun untuk membalas dendam.Setelah hampir satu jam, dua pria itu lantas keluar dari kamar. Brad yang standby dengan berdiri teg