“Siapa di sana!”
Keberadaan Brad mau tidak mau akhirnya terlihat. Tak peduli dirinya akan diapakan setelah ini, pemuda itu tetap menggedor jendela kaca hingga pergerakan di dalam kamar itu akhirnya terintervensi.
“Hei, kalian apakan wanita itu!”
Brad terus menggedor, sampai kemudian tirai jendela besar itu tertutup rapat hingga ia tak bisa melihat apapun di dalam sana. Dengan napas terengah, Brad mencoba mencari jalan masuk lain. Sampai ia bertemu handle pintu yang kemudian ia coba buka paksa.
Sebuah dorongan dari dalam ruangan membuat Brad mundur selangkah, seorang pria bertubuh tegap langsung melayangkan tinju padanya, tanpa bertanya siapa dan untuk apa dirinya ada di balkon kamar ini.
“Apa yang kalian lakukan? Kalian pembunuh?”
Bugh!
Bukannya mendapat jawaban, Brad kembali mendapatkan bogem mentah di wajahnya sampai ia terhuyung mundur. Pandangan Brad menoleh, situasi di kamar itu begitu misterius, namun kata hatinya mengatakan ia harus menghentikan sesuatu.
Brad pun melawan, sampai berhasil masuk ke kamar. Dan benar adanya jika ada sebuah peristiwa percobaan pembunuhan di sana.
“Apa yang kalian lakukan!” erang Brad dengan kecepatan tangannya mampu menggagalkan upaya seorang pria yang akan membenamkan sebuah bantal besar, ke wajah seorang wanita yang terbaring tak berdaya di ranjang.
“Eughh!” erang Brad mendorong tubuh seorang pria setengah tua sampai tersungkur dan mengambil paksa bantal besar yang ternyata berhasil membuat seorang wanita hampir kehilangan napasnya.
“Nyonya, Anda tidak apa?”
Petugas keamanan rumah pun menghampiri kamar yang gaduh, hingga lampu kamar kini terbuka terang saat posisi yang terlampau sial.
“Dia perampok, ingin membunuh Nyonya Alberta! Lihat barang buktinya!”
Brad terkesiap, lalu refleks membuang bantal besar itu ke lantai. Pria setengah tua itu ternyata ingin mencuci tangan dan melempar bola panas padanya.
“Tunggu! Aku tidak membunuhnya, tapi mereka!” tampik Brad membuang tuduhan padanya, lalu menuding dua orang yang kini berdiri begitu elegan tanpa berdosa.
“Kau mau mencuri di rumah ini!”
Lagi-lagi, Brad tak punya waktu membela diri, karena memang dirinya tiba-tiba menyelinap di mansion ini.
“Nyonya Alberta!”
Wanita yang terbujur kaku di atas ranjang, tiba-tiba mengejang. Situasi menjadi begitu panik dan rumit kala Brad harus digelandang pergi, dan dokter pun segera datang memeriksa.
“Hentikan! Hentikan mereka berdua, Pak! Mereka yang akan membunuh nyonya kalian, percaya padaku!”
“Mereka itu pengasuh Nyonya rumah! Jangan meronta, sebentar lagi polisi datang menjemputmu!”
Meski Brad mengatakan yang sesungguhnya, namun sebagai orang asing yang tiba-tiba datang, Brad sudah mendapatkan stempel sebagai orang jahat di mansion ini.
Di ruang penjaga keamanan rumah kini Brad yang kedua tangannya terikat ke belakang, tak lagi bisa bergerak bebas apalagi melarikan diri.
“Cek layar CCTV kalian! Atau kalian akan melihat nyonya kalian mati!”
Di dalam ruangan ini, belasan layar monitor yang kemudian Brad tunjuk dengan mengangkat dagunya. Dan saat petugas memundurkan hasil rekaman di salah satu monitor, mereka baru bergerak kembali ke kamar. Sementara Brad tetap terkunci di ruangan ini. Namun tak lama, pintu kembali terbuka, dan Brad digelandang memasuki rumah, sampai ke lantai dua dimana kamar nyonya rumah ini berada.
Di dalam kamar tuan rumah, wanita bernama Alberta baru saja diberikan obat, mengembalikan napasnya secara teratur kembali.
“Nyonya, apa yang Anda rasakan?”
Bukannya menjawab, pandangan Alberta justru terhunus lurus ke arah dua pria yang kini melayaninya seolah tak terjadi apapun. Bersamaan dengan polisi yang datang, dan atas laporan dari penjaga rumah, kedua asisten pribadi itu pun dibekuk.
Brad menyaksikan sendiri, polisi membawa pergi dua pria itu, namun dirinya masih dibiarkan selamat di ruangan ini.
“Siapa namamu!” tanya seorang penjaga pada Brad yang masih menunduk lemas.
“Diego Bradley!”
“Apa yang kamu incar di rumah ini!”
Bebas dari polisi, nyatanya Brad masih dicecar bak pencuri.
“Tidak ada, saya tersasar!”
“Banyak alasan! Temui nyonya Alberta dan dia yang akan menghukummu!”
Brad yang kedua tangannya masih terikat di belakang, kini digelandang bak seorang tersangka. Kembali memasuki kamar besar dimana sang tuan rumah tengah didudukkan di tempat tidurnya.
“Ini, Nyonya. Penyusup yang memasuki kamar ini.”
Brukk!
Tubuh Brad didorong begitu saja hingga wajahnya hampir tersungkur ke lantai. Sekejap Brad menegakkan tubuhnya kembali, lalu menatap lebih jelas, sosok Alberta Sharon yang juga menatapnya lurus.“Nyonya, Anda tidak apa?” tanya Brad menunjukkan raut cemas.
Alberta tak langsung menjawab, usianya cukup matang untuk bisa menggambar siapa sosok pemuda yang berani menyelinap di rumahnya ini.
“Tinggalkan kami berdua!” titahnya membuat sebuah pergerakan cepat untuk membiarkan wanita itu berani hanya berdua saja dengan Brad yang masih berlutut di depan ranjang tidurnya itu.
“Maafkan saya, Nyonya. Saya … bukan orang jahat, tolong percaya dengan—”
“Siapa kamu?”Brad menghela napasnya sejenak, sebelum bibirnya dengan lancar menceritakan bagaimana ia bisa masuk ke rumah ini lalu tanpa sengaja menyaksikan kejadian yang cukup mengerikan jika ia tidak nekat menggedor kaca jendela tadi.
“Terima kasih, bekerjalah denganku! Kamu aman di sini,” ucap Alberta tak butuh banyak waktu, untuk langsung mempercayai sosok pemuda di hadapannya ini.
Wajah Brad pun tersungging bahagia, tidak hanya mendapatkan tempat untuk berlindung dari kejaran polisi, namun atas perbuatan tak sengajanya, Brad malah mendapatkan pekerjaan untuk menggantikan asisten Alberta yang berkhianat.
“Terima kasih, Nyonya!”
Bersama dengan asisten Alberta yang lain, Brad kini belajar menjadi perawat wanita dewasa. Meski pikirannya tak lepas memertanyakan apa yang terjadi pada raga Alberta yang hanya bisa berdiam diri saja di atas tempat tidurnya. Lalu segala pekerjaan bisnis dilakukan dengan posisi seperti itu saja.
“Nyonya Debbie, maaf. Apa yang terjadi pada nyonya Alberta sebenarnya?” tanya Brad memberanikan diri, pada asisten wanita yang menjadi seniornya di rumah ini.
“Tugasmu hanya melayani dan merawat nyonya Alberta, tidak perlu mempertanyakan hal yang bukan menjadi urusanmu!”
Jawaban tegas itu malah menimbulkan rasa ingin tahu Brad yang tak terbendung. Berada di kamar Alberta hampir dua puluh empat jam, Brad tak henti dilanda keheranan saat ia membantu wanita itu membersihkan diri hingga menyiapkan segala perlengkapannya.
Sampai kemudian timbullah rasa iba, dalam pikiran Brad soal wanita empat puluh lima tahun yang dari raut wajahnya masih menyimpan kecantikan dari masa mudanya.
“Kenapa kamu menatapku seperti itu?” tanya Alberta dingin, membaca Brad diam-diam mencuri pandang namun wanita itu segera bisa membaca keheranannya.
“Maaf, Nyonya. Apa yang membuat Anda seperti ini?”
Sekian detik Brad menunggu jawaban, dari pertanyaan yang sudah terlanjur meluncur dari bibirnya.
“Jika aku beritahu, apa kamu mau membalaskan dendamku?”
Deg!
‘Dendam?’ batin Brad makin terusik karena kehidupan Alberta ini cukup misterius, tanpa keluarga dan hanya berteman beberapa asisten di rumah besarnya ini.
“Di dalam laci besar nomor dua, berkas warna abu-abu.”
Brad segera mengangguk, dan mengambil sebuah dokumen yang ia sodorkan atas perintah Alberta.
“Kalau kamu bisa membalaskan dendamku pada pria yang membuatku seperti ini … aku akan memberikan sebagian besar hartaku untukmu.”
Brad terhenyak, mudah sekali bagi seorang kaya raya seperti Alberta untuk menyerahkan harta, bahkan pada orang yang belum dikenalnya.
Pemuda itu membuka lembar dokumen, di halaman pertama ada sebuah foto yang cukup membuat wajah Brad mengerut kali ini.
“Siapa pria ini, Nyonya?”
“Pria yang pernah menikahiku, namun menjadi neraka dan membuatku cacat seperti ini!”
Bras kembali melihat dengan seksama, seperti mengenali sosok pria yang membuat kedua matanya membelalak sempurna.
‘Astaga, ini kan George Garcia?!’
“Kamu mengenalnya?”Pertanyaan Alberta membuat Brad terkesiap dari lamunan sesaatnya.“Eumm, maaf. Ti-tidak, Nyonya,” jawab Brad lantas mengangguk untuk menyetujui tawaran Alberta. “Mohon maaf, Nyonya. Kenapa mantan suami Anda melakukan semua ini?”Pandangan Alberta mendadak buram dan nanar. Membayangkan hal pahit yang menyebabkan ia mendapatkan predikat sebagai wanita cacat, Alberta pun menangis getir.“Nyonya ….”Dan pandangan Brad pun begitu iba, pada wanita yang kini meratapi nasibnya. Meski memiliki banyak harta melimpah, namun hidupnya seolah hampa. “Anda tenang saja, Nyonya. Saya akan melakukan apapun untuk mengembalikan hidup Anda bahagia seperti sebelumnya!” janji Brad terlihat begitu tulus, di mata Alberta yang kini menyerahkan semua rasa dendamnya pada pemuda itu.Merawat Alberta tanpa rasa jijik, Brad yang diselimuti rasa iba dan dendam bahkan lama-lama merasakan wanita itu seperti ibunya sendiri. Melihat ketulusan Brad yang merawatnya berhari-hari ini, Alberta pun tak se
“Sial!” umpat Brad kesal begitu keluar dari gedung perusahaan itu. “Ternyata kelicikan mereka sudah terlalu jauh!”Sadar yang dilawannya tidak sepadan, Brad tak bisa menggunakan emosinya untuk cepat bertindak. Mempercepat langkahnya keluar dari tempat berhawa panas itu, Brad masih kembali ke mansion dengan tangan hampa. Baru akan menyiapkan makan siang untuk Alberta, pemuda itu melihat ada dua orang pria asing berada di kamar. Brad langsung menaruh rasa curiga, lebih tepatnya waspada karena siapapun bisa memanfaatkan ketidakberdayaan Alberta untuk kepentingan apapun.“Nyonya Debbie, siapa mereka?”“Pengacara dan notaris. Kamu jangan menguping, menepi saja dan jangan coba mencari tahu!”Asisten wanita itu mengultimatum Brad yang menyunggingkan senyum tipisnya. Debbie belum tahu saja kalau Alberta sudah memberinya banyak sekali uang hingga ia bisa melakukan apapun untuk membalas dendam.Setelah hampir satu jam, dua pria itu lantas keluar dari kamar. Brad yang standby dengan berdiri teg
“Untuk apa Anda masih bertanya, Tuan Garcia? Bukankah Anda punya kemampuan untuk mengetahui segalanya?” Pertanyaan balik Brad membuat wajah George Garcia menggelap. Pria itu mengangkat dagunya, pun dengan satu sudut alisnya yang ikut terangkat kala menyisir wajah Brad dengan segala keberanian untuk mengangkat wajah di hadapannya, meski dalam kondisi tubuh terluka, namun masih kuat melangkah.“Kamu sendiri yang memutuskan berhadapan denganku, Diego Bradley!”Suara dingin George sempat membuat langkah Brad terhenti sejenak, hingga kini pemuda itu lantas pergi dengan langkah besar menuju kembali ke mansion Alberta.“Nyonya, maaf ….”“Lain kali buang gegabahmu!” ucap Alberta langsung membuat Brad terkesiap kaget.“Jadi, Anda yang—”“Bagaimana aku bisa mengandalkanmu?” potong Alberta tanpa berekspresi saat Brad menunduk di hadapannya. “Maaf, Nyonya. Tapi saya sudah melakukan—”“Mulai besok masuklah ke perusahaanku. Kamu akan belajar menemukan kelicikan manusia!”Brad mengangguk, lalu kem
BAB 6“Tidak mungkin!” pekik Brad auto keringat dingin, jantungnya terasa berdebar tak beraturan.Langkahnya terayun cepat memasuki mansion, namun malah ada beberapa orang yang menghalangi pergerakannya memasuki rumah besar itu. “Kenapa kalian menghalangiku masuk? Pagi tadi nyonya Alberta masih baik-baik saja!” erang Brad pada beberapa orang asing yang menghadang langkahnya. “Kemana saja kamu seharian ini, Brad? Tugasmu itu menjaga Nyonya, bukan menggantikan pekerjaan nyonya Alberta!”Suara Debbie menghentikan pergerakan Brad yang akan merangsek masuk, namun seperti kini ia tengah dihalangi untuk melihat kondisi Alberta secara langsung.“Apa yang terjadi? Kenapa nyonya Alberta bisa meninggal?!”Tak ada yang menggubris suara erangan Brad yang sangat terpukul. Bahkan ia belum sepenuhnya menjalankan misi dengan sempurna, namun Alberta keburu tidak bisa melihat hasil pembalasan dendamnya.Bahkan tiba-tiba, mayat Alberta akan segera diurus kremasinya, tanpa satu pun keluarga di sisinya. E
BAB 7“Apa? Tidak mungkin!” pekik Debbie menggeleng tak percaya. “Kalian pasti keliru! Mana mungkin nyonya memberikan hartanya pada orang asing!”Brad yang tak kalah kaget, hanya bisa berdiri dan diam. Membaca situasi apa yang sebenarnya terjadi saat ini. Namun diliriknya Debbie menjadi yang paling frontal menolak kenyataan ini.“Kenapa, Nyonya Debbie? Sepertinya Anda keberatan?” tanya balik salah satu pria yang kini mengkode Brad untuk mengekor mereka.Brad mulai berani mengangkat dagunya, menatap Debbie dengan seringai wajah yang jelas menyebalkan di wajah wanita itu. Sudah mulai paham apa yang terjadi, Brad pun baru terbuka bagaimana sikap Debbie selama ini kepadanya.“Lalu, Anda sendiri untuk apa masih ada di tempat ini, Nyonya Debbie? Bukankah sudah tidak ada lagi yang perlu Anda rawat di sini?”Belum apa-apa Brad kini berani membuat Debbie tak sanggup mengungkapkan alasannya, tetap bertahan di mansion mewah ini.Langkah Brad pun terayun ringan, mengikuti dua pria yang kini memin
“Sudah kubilang, aku tidak bisa ya tidak bisa!” sembur Bradley pada dua rekannya yang menyodorkan secarik dokumen untuk ia tanda tangani.“Kau ini, sudah miskin banyak gengsi! Kau pikir akan jadi cepat kaya kalau hanya makan komisi saja dari tempat ini, hehh?!”Satu staf divisi pemasaran dan seorang staf divisi keuangan perusahaan asuransi menekan Brad yang dianggap terlalu jenius dan menonjol dengan jabatannya yang masih sebagai agen baru.“Lakukan apa yang kalian inginkan dan jangan melibatkan aku!”Tak ingin memperpanjang urusan, Brad segera beranjak pergi dari mereka yang menawarkan rencana busuk untuk memainkan dana perusahaan. Rencana yang sudah ia dengar sejak beberapa bulan lalu dan kini coba mereka realisasikan dengan melibatkan dirinya.Di sebuah pertemuan tiga bulanan, Brad yang baru terhitung baru bergabung beberapa bulan di perusahaan asuransi kini harus menyerahkan laporan pekerjaannya. “Diego Bradley, target pekerjaanmu tidak tercapai bulan ini!”Brad mendelik kaget, b