Apakah sulit bagimu untuk mengatakan yang sebenarnya? Apakah begitu sulit? Apakah begitu sulit?Karina berteriak keras di dalam hati.Karina merasa sangat frustrasi. Dia tahu jika menentang Rafael akan berakibat buruk. Oleh karena itu, Karina pun menjawab, "Ya, ya, Tuan Muda. Saat aku merasa kesepian dan kosong, aku pasti akan meneleponmu. Jadi, tolong berbelas kasihlah dan pulanglah lebih cepat."Setelah berkata seperti itu, Karina merasa giginya sakit.Akan tetapi, Rafael merasa sangat puas. Dia mendengus dengan arogan. "Baiklah kalau begitu. Aku akan mempertimbangkannya nanti. Sudah malam. Cepatlah tidur.""Tunggu sebentar. Biarkan aku menyelesaikan beberapa halaman ini."Karina sudah hampir sampai pada akhir cerita. Dia belum tahu apakah pemeran utama pria benar-benar mati atau tidak.Tatapan mata Rafael tertuju pada sampul buku Karina dan dia pun berkata dengan acuh tak acuh, "Dokternya benar-benar mati."Karina tidak mampu berkata-kata.Sejak dahulu, Karina selalu merasa jika mem
Yani juga merasa ketakutan. Ketika melihat profesor tua itu memanggil namanya, dia langsung menjadi terkejut.Sayangnya, dia juga tidak tahu jawaban dari pertanyaan profesor tua itu.Harus diakui jika tidak mungkin ada orang yang bisa menjawab. Hal tersebut karena salah satu kesenangan terbesar profesor tua ini adalah memberikan mereka soal-soal yang tidak jelas dan rumit.Tujuannya memang agar mereka tidak mengerti, apalagi bisa menyelesaikannya.Yani perlahan-lahan berdiri dan diam-diam menggertakkan giginya. Bajingan tua ini biasanya hanya mengajar tanpa memperhatikan orang lain. Kenapa hari ini tiba-tiba saja dia berubah? Apa dia memang ingin menghajar orang?Para mahasiswa di sekitarnya semuanya tampak seperti sedang menyaksikan sebuah pertunjukan, sehingga membuat Yani merasa sangat malu.Terdengar suara dingin profesor tersebut. "Yani, kamu bisa atau nggak? Kalau nggak bisa, keluar!"Wajah Yani memerah dan dia merasa agak cemas. Benarkah dia harus berdiri di luar dan menerima hu
"Yani harusnya nggak mungkin akan melibatkan dirimu, 'kan?" Safira merasa ngeri dan cepat-cepat menarik baju Karina.Karina juga tidak yakin dengan apa yang dipikirkan oleh Yani.Tampak Yani melirik ke arah mereka dengan tatapan sombong dan berkata, "Karina, kenapa kamu berpura-pura bodoh? Kamu bilang, kamu bisa mengerjakan soal di papan tulis ini, 'kan?""Sialan! Dia benar-benar menyeretmu ke dalam masalah!" Safira mengumpat pelan.Tatapan mata profesor tua itu juga beralih ke arah mereka. Dia membetulkan letak kacamatanya dan berkata kepada Karina, "Itu, kamu Karina, 'kan? Kamu bisa menjawab soal ini? Kamu nggak perlu memberikan jawaban yang tepat. Cukup jelaskan pemikiranmu saja."Sekarang, semua orang memusatkan perhatiannya pada Karina.Yani merasa senang dalam hati. Memangnya kenapa kalau dia itu juara kelas?Dia tidak percaya jika Karina bisa memahami soal yang sulit ini!Perempuan itu berani mentertawakannya. Sekarang, dia harus menanggung akibatnya! Jika harus malu, semua haru
"Aku pernah sedikit mempelajarinya saat mengerjakan tugas," jawab Karina dengan jujur.Perlu diketahui. Tugas yang diberikan oleh Neo sangat banyak. Sementara Neo sendiri tidak peduli apakah kamu bisa atau tidak, yang penting hasil akhirnya.Sekalipun menemui hal yang sulit di luar silabus, Neo akan dengan mudahnya membantahmu dengan menjawab, "Apa kamu nggak bisa belajar sendiri?"Jadi, untuk bisa bertahan di bawah bimbingan Neo, kamu harus bekerja keras sendiri. Banyak orang yang tidak tahan dan akhirnya minta ganti dosen. Namun, Karina tetap bertahan dan itu bukan tanpa alasan.Karina memiliki rekor pernah bergadang selama dua minggu untuk menyelesaikan tugas di luar silabus!Pada saat itulah Karina mengenal Teorema Sinus.Yani melihat Karina seperti melihat hantu. Dia tidak percaya jika Karina bisa memahami materi yang berada di luar silabusPasti mereka bersekongkol!Yani berpikir dengan marah. Siapa yang akan mempelajari hal-hal tersebut? Jelas mereka bersekongkol untuk menjebakn
"Aku nggak melakukannya.""Kamu pasti melakukannya! Karina, kamu benar-benar murahan! Bahkan, orang tua seperti itu juga kamu suka? Apa dia bisa memuaskanmu?" tanya Yani makin tidak terkendali."Yani, jaga bicaramu." Karina menatap Yani dengan marah.Yani benar-benar tidak masuk akal. Bagi Yani, selama Karina berbicara lebih banyak dengan seorang dosen, pasti ada hubungan yang tidak pantas di antara mereka."Bukannya memang seperti itu? Kalau nggak, bagaimana kamu bisa tahu soal yang begitu sulit semacam itu? Kalau bukan karena sudah tahu sebelumnya, lalu apa lagi?" tanya Yani dengan marah."Aku sudah bilang, aku mempelajarinya saat mengerjakan tugas.""Ada begitu banyak teorema, kenapa kamu mesti memilih untuk mempelajari Teorema Sinus? Siapa yang kamu bodohi ini? Karina, aku benar-benar nggak menyangka kalau kamu bisa sekeji ini!" kata Yani sambil menggertakkan gigi.Karina mengerutkan kening karena kesal. Tidak peduli apa yang dia katakan, Yani tidak akan percaya. Jadi, untuk apa di
Keesokan harinya, saat Karina sedang mengemasi barang-barangnya dan pergi ke kampus, Safira meneleponnya."Halo? Ada apa, Safira?"Karina bertanya dengan rasa ingin tahu.Di ujung telepon, suara Safira terdengar ragu-ragu, "Halo? Karina, itu, kamu sudah dengar rumor aneh yang beredar?""Rumor? Rumor apa?"Karina merasa bingung dan tidak mengerti.Rumor apa?"Hah? Kamu belum dengar ya?" Safira terkejut. Kemudian, dengan nada lega dia berkata, "Belum dengar ya? Baguslah kalau begitu. Ehm, kamu nanti hati-hati saat datang ke kampus, ya"Karina menjadi makin bingung. Kenapa harus hati-hati saat pergi ke kampus?Dia merasa Safira menyembunyikan sesuatu darinya dan membuat hatinya menjadi makin cemas. "Safira, apa ada sesuatu yang terjadi? Katakan yang sebenarnya.""Ah, nggak ada apa-apa ...."Jika memang tidak ada apa-apa, Safira tidak mungkin tiba-tiba menelepon dan menanyakan hal ini. Karina makin curiga. Mungkinkah ada sesuatu yang benar-benar terjadi?Apa yang terjadi? Apakah Yani sudah
Safira melirik sekeliling dengan santai. Kemudian, menatap Karina dan berkata, "Jangan pedulikan mereka. Katakan padaku, apa kamu menyukai Pak Neo?""Aku ...." Karina tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan ini.Namun, ada satu hal yang pasti. Pengaruh Neo terhadapnya makin berkurang. Karina pun tersenyum tipis dan berkata, "Itu hanya cinta monyet yang kekanak-kanakan.""Ah, jadi maksudnya, kamu dan Pak Neo nggak ada hubungan lagi?" Mata Safira tiba-tiba membelalak.Mendengar hal tersebut, Karina merasa geli sekaligus kesal, "Aku dan Pak Neo, selain hubungan guru dan murid, apa lagi yang bisa terjadi?""Bukan itu maksudku ...." Safira tiba-tiba menjadi panik. Matanya terlihat bingung. Dia memegang lengan Karina, "Karina, apa kamu punya pacar?"Wajah Karina langsung menjadi tegang. Suaranya menjadi hati-hati. "Kamu ... apa kamu mendengar sesuatu?"Hati Karina berdebar. Apakah hubungannya dengan Rafael sudah terbongkar?Bagaimanapun, akhir-akhir ini Rafael sering datang ke Universitas S
Karina langsung menekan aura Yani. Yani yang merasa kurang percaya diri, tanpa sadar mundur selangkah. "Karina, apa kamu mengancamku?""Bukan ancaman, hanya pengingat.""Hah, terserah itu ancaman atau pengingat. Sekarang, semua orang di kampus sudah mengetahui keburukanmu. Tunggu saja. Kamu akan dikeluarkan dari kampus!" Wajah Yani begitu merah padam hingga hampir meneteskan darah. Setelah mengucapkan kata-kata kejam seperti itu, dia pun berbalik dan pergi.Karina menatapnya dengan tenang. Dia hendak pergi bersama Safira. Namun, beberapa teman perempuan yang biasanya suka pamer segera mengerumuninya."Hei, Karina, apa yang ada di forum itu benar?""Ya, aku selalu merasa kalau hubunganmu dengan Pak Neo itu nggak jelas. Ternyata memang benar.""Tapi, berselingkuh itu nggak baik. Memanfaatkan kecantikan dan usia muda untuk melakukan hal-hal seperti itu, bukankah itu terlalu ....""Kalau dia punya kesempatan, kenapa nggak? Lebih banyak cadangan kenapa nggak? Tapi, Karina, sebenarnya bagaim