Karina langsung menekan aura Yani. Yani yang merasa kurang percaya diri, tanpa sadar mundur selangkah. "Karina, apa kamu mengancamku?""Bukan ancaman, hanya pengingat.""Hah, terserah itu ancaman atau pengingat. Sekarang, semua orang di kampus sudah mengetahui keburukanmu. Tunggu saja. Kamu akan dikeluarkan dari kampus!" Wajah Yani begitu merah padam hingga hampir meneteskan darah. Setelah mengucapkan kata-kata kejam seperti itu, dia pun berbalik dan pergi.Karina menatapnya dengan tenang. Dia hendak pergi bersama Safira. Namun, beberapa teman perempuan yang biasanya suka pamer segera mengerumuninya."Hei, Karina, apa yang ada di forum itu benar?""Ya, aku selalu merasa kalau hubunganmu dengan Pak Neo itu nggak jelas. Ternyata memang benar.""Tapi, berselingkuh itu nggak baik. Memanfaatkan kecantikan dan usia muda untuk melakukan hal-hal seperti itu, bukankah itu terlalu ....""Kalau dia punya kesempatan, kenapa nggak? Lebih banyak cadangan kenapa nggak? Tapi, Karina, sebenarnya bagaim
Nella langsung bisa memahami maksud Karina. Dalam sekejap, wajahnya langsung berubah. Dengan matanya yang panjang dan menyempit tajam, dia menatap Karina. Suaranya terdengar melengking, "Karina, kamu bilang aku ini nggak beradab?"Karina mengangkat alisnya, "Apa aku pernah bilang begitu?""Kamu jelas bermaksud begitu!""Nella, kamu ini nggak belajar pelajaran bahasa di SD dengan baik, ya? Kamu dengar dari mana kalau Karina bilang begitu? Kamu tahu sendiri kalau kamu nggak beradab. Jangan sampai mempermalukan diri sendiri di depan umum.""Safira, kamu sama saja dengan Karina. Dasar perempuan jalang!" Nella begitu marah hingga mengeluarkan kata-kata kasar."Bagaimana dengan dirimu sendiri? Kamu melihat orang lain seperti melihat dirimu sendiri." Karina mengerutkan kening dan menatap Nella.Jika Nella hanya memaki dirinya, Karina bisa menahannya. Namun, karena Nella juga memaki Safira, Karina merasa tidak perlu lagi bersikap baik kepadanya.Wajah Nella berubah menjadi merah padam karena m
Saat Karina sedang menuju ke kantor dosen pembimbing, tanpa sengaja dia melihat Yani.Yani menatapnya dengan tatapan penuh kemenangan, membuat Karina makin merasa tidak tenang. Seperti yang sudah diduga. Begitu dosen pembimbing melihat mereka berdua dan akhirnya tatapannya tertuju pada Karina."Karina, Yani, aku memanggil kalian ke sini hari ini hanya untuk memberi tahu tentang perubahan yang dibuat oleh pihak kampus mengenai peserta seminar penelitian ilmiah. Karina, kali ini kamu nggak perlu hadir dalam seminar penelitian ilmiah itu. Yani yang akan menggantikanmu."Mendengar hal tersebut, mata Yani langsung tampak bercahaya. Dia menatap Karina dengan penuh kemenangan dan tersenyum seperti pemenang.Karina merasa hatinya hancur dan tidak bisa menerima kenyataan ini.Dia telah membuat begitu banyak persiapan dan berusaha keras untuk seminar penelitian ilmiah ini. Tiba-tiba saja, dia diberi tahu jika dirinya akan digantikan. Karina tidak dapat menerima keputusan ini.Dengan tangan terke
"Aku tahu."Mendengar hal tersebut, dosen pembimbing itu tiba-tiba bertepuk tangan. "Bukankah sudah beres kalau begitu? Kamu sudah tahu, jadi jangan berdebat lagi.""Aku difitnah!"Dosen pembimbing itu menunjukkan sedikit senyum ejekan di sudut mulutnya. Dia melirik Karina dan menasihati Karina layaknya seorang guru, "Kamu bilang kamu difitnah, jadi apakah foto-foto palsu?"Sambil berkata seperti itu, dosen pembimbing tersebut menggerakkan mouse dan membuka forum internal kampus. Dalam waktu hanya beberapa menit, jumlah orang yang menyaksikan unggahan tersebut sudah mencapai 500 ribu orang.Kemudian, dia menggulir halaman dan berkata dengan nada kesal, "Lihat, ini, ini, ini, apa ini palsu?"Karina melirik layar komputer dan berkata dengan tenang, "Itu semua asli."Orang-orang itu berniat untuk menghancurkan dirinya. Jadi, bagaimana mungkin mereka menggunakan foto-foto palsu untuk membodohi orang?"Kalau begitu, apa yang kamu perjuangkan?" Dosen pembimbing itu menjatuhkan mouse dengan k
"Pacar?" Raut wajah dosen pembimbing itu jelas menunjukkan rasa tidak percaya. Dia mengeklik-ngeklik tumpukan foto itu, lalu berkata dengan nada sinis, "Pacarmu benar-benar kaya, ya? Mobil yang dia kendarai semuanya bernilai miliaran dan sering berganti-ganti. Karina, di mana kamu bertemu dengan pacar sekaya itu?"Karina menjawab dengan acuh tak acuh, "Di mana aku bertemu dengannya, seharusnya itu menjadi privasiku.""Hmm, tentu saja itu privasimu. Tapi, sekarang kamu malah dipermalukan dengan tuduhan menjadi wanita simpanan. Bagaimana mungkin kami mengirim mahasiswa sepertimu ke seminar penelitian ilmiah? Bagaimana kampus lain akan memandang Universitas Standela?"Wanita peliharaan!Wanita simpanan!Dua kata ini tertanam kuat di benak Karina.Karina tiba-tiba teringat kontraknya dengan Rafael, juga kata-kata Yasmin. Dia pun merasa sedikit malu dan berkata dengan tegas, "Itu semua nggak benar.""Aku nggak peduli apakah itu benar atau nggak. Tapi, masalah ini sudah diketahui oleh banyak
Di sebuah kamar hotel VIP, suasana di dalamnya dipenuhi ambiguitas kenikmatan dan beberapa pakaian berserakan di lantai.Sinar matahari yang masuk dari jendela, samar-samar menyinari selimut yang menutupi pria dan wanita yang sedang tidur di kasur yang besar.Suara ketukan pintu yang tergesa-gesa membuat kening Karina Valerio berkerut. Dia membalikkan badannya dengan perasaan tidak nyaman.Kepalanya terasa sangat sakit, tubuhnya terasa nyeri seperti habis tertindih sesuatu. Ketika dia mengangkat tangannya untuk mengusap kepalanya, dia menyadari ada sesuatu yang hangat menempel di belakangnya.Karina Valerio pun terbangun dengan kaget, tubuhnya menjadi kaku seperti patung. Dia perlahan menundukkan kepalanya, mendapati ada sebuah tangan besar terlentang di depan dadanya.Sekujur tubuhnya seketika merinding. Ketika rasa panik menyerang dirinya, dia pun berteriak dengan keras.Suara teriakan itu langsung membuat pria di sampingnya terbangun. Begitu si pria melihat Karina, sorot matanya sek
Semua orang menghela napas lega, seolah-olah mereka mendapatkan pengampunan. Mereka terbirit-birit keluar dari kamar, seolah-olah mereka akan ditelan oleh binatang buas jika mereka terlambat selangkah.Karina juga buru-buru mengambil pakaiannya yang terlempar ke mana-mana. Dia masih bingung dengan situasi ini, tetapi nalurinya mengatakan bahwa dia harus segera meninggalkan tempat berbahaya ini. Dia masih memegang erat selimut yang menutupi dirinya dengan satu tangan.Rafael tidak bergerak, hanya menatap Karina yang sedang panik itu. Terlihat jelas ada beberapa bekas merah di bagian punggung Karina yang tidak tertutup selimut. Melihat itu, Rafael merasa sedikit kesal. Dia pun memanggil Karina dengan dingin, "Hei!"Karina seketika membeku di tempat dan mulai gemetar. Dia tidak berani berbalik untuk melihat Rafael.Dia ketakutan dan merasa tidak berdaya. Dia ingat dengan jelas bahwa kemarin dia sedang merayakan ulang tahun Simon bersama teman-teman sekampus. Namun, mengapa pagi ini begitu
'Penjahat?''Pelanggan bordil?''Atau pria mesum?'Karina terlalu takut untuk melanjutkan pemikirannya. Dia menyalakan pancuran dan membiarkan air mengalir membasahi tubuhnya.Di bawah air pancuran, warna bekas ciuman di tubuhnya semakin merah, seperti bunga mawar merah yang baru mekar. Seakan-akan menunjukkan betapa gila dan intensnya semalam. Melihat semua bekas ciuman itu, sekujur tubuh Karina semakin gemetar.Dia merasa dunianya menjadi gelap dan orang yang selama ini dia kagumi semakin menjauh darinya.Perlahan-lahan dia menurunkan tubuhnya, meringkuk seperti anak kecil yang tidak berdaya. Hanya ada satu hal yang muncul di benak Karina sekarang.Hidupnya sudah tamat.Di sisi lain, Rafael sudah berpakaian lengkap, hanya rambutnya masih sedikit berantakan. Meskipun begitu, dia tidak terlihat seperti orang yang baru saja bangun. Dia duduk di sofa dengan menyilangkan kakinya yang jenjang itu di atas meja kopi sambil memainkan sebuah liontin berantai perak. Liontin itu berbentuk hati d