Nella langsung bisa memahami maksud Karina. Dalam sekejap, wajahnya langsung berubah. Dengan matanya yang panjang dan menyempit tajam, dia menatap Karina. Suaranya terdengar melengking, "Karina, kamu bilang aku ini nggak beradab?"Karina mengangkat alisnya, "Apa aku pernah bilang begitu?""Kamu jelas bermaksud begitu!""Nella, kamu ini nggak belajar pelajaran bahasa di SD dengan baik, ya? Kamu dengar dari mana kalau Karina bilang begitu? Kamu tahu sendiri kalau kamu nggak beradab. Jangan sampai mempermalukan diri sendiri di depan umum.""Safira, kamu sama saja dengan Karina. Dasar perempuan jalang!" Nella begitu marah hingga mengeluarkan kata-kata kasar."Bagaimana dengan dirimu sendiri? Kamu melihat orang lain seperti melihat dirimu sendiri." Karina mengerutkan kening dan menatap Nella.Jika Nella hanya memaki dirinya, Karina bisa menahannya. Namun, karena Nella juga memaki Safira, Karina merasa tidak perlu lagi bersikap baik kepadanya.Wajah Nella berubah menjadi merah padam karena m
Saat Karina sedang menuju ke kantor dosen pembimbing, tanpa sengaja dia melihat Yani.Yani menatapnya dengan tatapan penuh kemenangan, membuat Karina makin merasa tidak tenang. Seperti yang sudah diduga. Begitu dosen pembimbing melihat mereka berdua dan akhirnya tatapannya tertuju pada Karina."Karina, Yani, aku memanggil kalian ke sini hari ini hanya untuk memberi tahu tentang perubahan yang dibuat oleh pihak kampus mengenai peserta seminar penelitian ilmiah. Karina, kali ini kamu nggak perlu hadir dalam seminar penelitian ilmiah itu. Yani yang akan menggantikanmu."Mendengar hal tersebut, mata Yani langsung tampak bercahaya. Dia menatap Karina dengan penuh kemenangan dan tersenyum seperti pemenang.Karina merasa hatinya hancur dan tidak bisa menerima kenyataan ini.Dia telah membuat begitu banyak persiapan dan berusaha keras untuk seminar penelitian ilmiah ini. Tiba-tiba saja, dia diberi tahu jika dirinya akan digantikan. Karina tidak dapat menerima keputusan ini.Dengan tangan terke
"Aku tahu."Mendengar hal tersebut, dosen pembimbing itu tiba-tiba bertepuk tangan. "Bukankah sudah beres kalau begitu? Kamu sudah tahu, jadi jangan berdebat lagi.""Aku difitnah!"Dosen pembimbing itu menunjukkan sedikit senyum ejekan di sudut mulutnya. Dia melirik Karina dan menasihati Karina layaknya seorang guru, "Kamu bilang kamu difitnah, jadi apakah foto-foto palsu?"Sambil berkata seperti itu, dosen pembimbing tersebut menggerakkan mouse dan membuka forum internal kampus. Dalam waktu hanya beberapa menit, jumlah orang yang menyaksikan unggahan tersebut sudah mencapai 500 ribu orang.Kemudian, dia menggulir halaman dan berkata dengan nada kesal, "Lihat, ini, ini, ini, apa ini palsu?"Karina melirik layar komputer dan berkata dengan tenang, "Itu semua asli."Orang-orang itu berniat untuk menghancurkan dirinya. Jadi, bagaimana mungkin mereka menggunakan foto-foto palsu untuk membodohi orang?"Kalau begitu, apa yang kamu perjuangkan?" Dosen pembimbing itu menjatuhkan mouse dengan k
"Pacar?" Raut wajah dosen pembimbing itu jelas menunjukkan rasa tidak percaya. Dia mengeklik-ngeklik tumpukan foto itu, lalu berkata dengan nada sinis, "Pacarmu benar-benar kaya, ya? Mobil yang dia kendarai semuanya bernilai miliaran dan sering berganti-ganti. Karina, di mana kamu bertemu dengan pacar sekaya itu?"Karina menjawab dengan acuh tak acuh, "Di mana aku bertemu dengannya, seharusnya itu menjadi privasiku.""Hmm, tentu saja itu privasimu. Tapi, sekarang kamu malah dipermalukan dengan tuduhan menjadi wanita simpanan. Bagaimana mungkin kami mengirim mahasiswa sepertimu ke seminar penelitian ilmiah? Bagaimana kampus lain akan memandang Universitas Standela?"Wanita peliharaan!Wanita simpanan!Dua kata ini tertanam kuat di benak Karina.Karina tiba-tiba teringat kontraknya dengan Rafael, juga kata-kata Yasmin. Dia pun merasa sedikit malu dan berkata dengan tegas, "Itu semua nggak benar.""Aku nggak peduli apakah itu benar atau nggak. Tapi, masalah ini sudah diketahui oleh banyak
"Ya, aku mengerti."....Setelah meninggalkan ruang kantor, Karina masih merasa sangat murung.Meskipun dosen pembimbingnya, Zuhri, sudah memberinya kesempatan untuk membuktikan diri, dia tahu bahwa bukan Zuhri yang memutuskan siapa yang menghadiri pertemuan penelitian ilmiah tersebut. Untuk membalikkan keadaan, dia sekarang harus menyelidiki masalah ini dari awal.Masalah ini terjadi berawal dari orang yang memposting foto-foto itu.Sebenarnya tidak sulit untuk mengetahui siapa yang memposting foto tersebut karena hanya perlu melacak alamat IP-nya. Sekarang era digital, selama kamu menggunakan internet, pasti akan meninggalkan jejak. Siapa pun yang ingin, bisa saja melacak alamat rumahmu dengan jelas.Ini disebut mengumpulkan informasi tentang seseorang dengan menggunakan internet.Karina memutuskan kembali ke kelas terlebih dahulu untuk mengambil semua bukunya. Sepanjang jalan, dia tentu menerima tatapan aneh dari banyak orang.Di pertengahan jalan, ponselnya berdering.Karina terkej
Detak jantung Karina saat ini bagaikan suara drum.Dia takut Neo akan memberikan jawaban yang tidak sesuai harapannya.Neo yang tiba-tiba tidak bersuara, kelihatannya terkejut karena mendengar pertanyaan itu, membuat Karina semakin cemas.Jantung Karina berdetak semakin kencang.Setelah beberapa saat, terdengar suara tawa kecil Neo dan dia berkata, "Tentu saja karena kemampuanmu sendiri. Kamu yang berada di peringkat pertama dan sudah menerbitkan beberapa jurnal, tapi nggak ada kesempatan untuk berpartisipasi di pertemuan itu, baru aneh, 'kan?"Mendengar itu, Karina langsung menghela napas lega.Karina tiba-tiba merasa dirinya sudah terlalu narsis. Mengapa dia mengira Neo akan menyukai gadis biasa seperti dirinya ini sampai sengaja melakukan kecurangan deminya? Selain itu, kecantikan dan keseksian Amy bukanlah pajangan."Apa ada yang lain?" tanya Neo.Karina kali ini benar-benar merasa lega dan berkata, "Nggak ada lagi. Pak Neo, makasih sudah mengabariku."Pada saat ini, Karina bertemu
Sekarang, Karina hanya perlu menyakinkan pengelola warnet agar bisa mendapatkan informasi identitas pelanggan yang mendatangi warnet pada hari itu. Dengan begitu, dia bisa tahu siapa yang sengaja memfitnahnya dari belakang.Sore itu, Karina pergi ke sana dengan taksi.Sayang sekali, pengelola warnet tidak akan pernah memberi informasi pribadi semacam ini kepadanya.Sekeras apa pun usaha Karina menjelaskan, pengelola warnet menolak memberikannya.Pada akhirnya, Karina tidak punya pilihan selain pergi.Tidak lama setelah Karina pergi, pengelola itu menelepon seseorang, "Halo, Bos ya? Benar, barusan ada orang datang menyelidiki. Tenang saja, aku nggak beri tahu dia."Karina tidak tahu bahwa tempat ini sudah menjadi wilayah orang dipanggil bos oleh Simon. Siapa pun yang membuka toko di tempat harus mendengarkan kata-kata pria itu. Oleh karena itu, pada saat Karina menginjakkan kakinya ke tempat ini, setiap pergerakannya sudah diawasi dengan cermat.Karina menghela napas tanpa daya. Karena
"Kenapa nggak bicara lagi?"Rafael bertanya setelah tidak bisa mendengar jawaban Karina.Karina menjawabnya dengan cemberut, "Aku takut salah bicara dan membuatmu nggak senang.""Justru aku nggak senang kalau kamu nggak bicara. Ini reaksimu ketika aku meneleponmu? Karina, apa hatimu terbuat dari besi?"Karina menggaruk rambutnya dengan kesal. Mengapa sebelumnya dia tidak menyadari bahwa Rafael berpotensi menjadi suami yang cerewet?"Kamu ingin aku bicara apa? Aku bicara apa pun kamu nggak akan senang, hanya akan dimarahi olehmu.""Baiklah kalau kamu nggak ingin bicara, jawab saja beberapa pertanyaan dariku.""Apa?" tanya Karina dengan bingung."Dengarkan baik-baik. Pertanyaan pertama, kamu hari ini makan tepat waktu?"'Pertanyaan apaan ini?''Apa dia seorang ibu-ibu?'"Cepat jawab," desak Rafael dengan tidak senang."Eh ... seharusnya termasuk makan tepat waktu.""Beneran?""Beneran!" Karina berpikir pagi hari dia sudah minum segelas susu, jadi seharusnya sudah termasuk sarapan."Perta