Setelah beberapa saat yang penuh gairah, suasana ambigu yang samar-samar memenuhi ruangan tersebut.Yani memaksakan diri untuk menahan rasa tidak nyaman di tubuhnya. Dia menguatkan diri dan berdiri untuk mulai mengumpulkan pakaian yang berserakan di mana-mana. Tiba-tiba saja, sebuah tangan terulur dan meraba-raba tubuhnya.Yani langsung merasa mual dan ingin muntah."Sayang, mau pergi secepat ini?"Yani dengan muak menyingkirkan tangan Simon dari tubuhnya dan berkata dengan dingin, "Simon, jangan lupa dengan apa yang kamu janjikan kepadaku!""Tenang saja. Karina yang sudah membuatku seperti ini. Aku akan pastikan dia menerima konsekuensi dari semua ini." Lingkaran mata abu-abu kehijauan yang menonjol di mata Simon tampak sangat menyeramkan."Apa teman premanmu itu bisa diandalkan?""Tentu saja bisa diandalkan. Dia pemimpin di daerah ini. Nggak ada yang berani macam-macam dengannya. Kamu hanya perlu menyiapkan uangnya. Dia akan mengirim anak buahnya untuk menyebarkan berita. Lalu, kita
Apakah sulit bagimu untuk mengatakan yang sebenarnya? Apakah begitu sulit? Apakah begitu sulit?Karina berteriak keras di dalam hati.Karina merasa sangat frustrasi. Dia tahu jika menentang Rafael akan berakibat buruk. Oleh karena itu, Karina pun menjawab, "Ya, ya, Tuan Muda. Saat aku merasa kesepian dan kosong, aku pasti akan meneleponmu. Jadi, tolong berbelas kasihlah dan pulanglah lebih cepat."Setelah berkata seperti itu, Karina merasa giginya sakit.Akan tetapi, Rafael merasa sangat puas. Dia mendengus dengan arogan. "Baiklah kalau begitu. Aku akan mempertimbangkannya nanti. Sudah malam. Cepatlah tidur.""Tunggu sebentar. Biarkan aku menyelesaikan beberapa halaman ini."Karina sudah hampir sampai pada akhir cerita. Dia belum tahu apakah pemeran utama pria benar-benar mati atau tidak.Tatapan mata Rafael tertuju pada sampul buku Karina dan dia pun berkata dengan acuh tak acuh, "Dokternya benar-benar mati."Karina tidak mampu berkata-kata.Sejak dahulu, Karina selalu merasa jika mem
Yani juga merasa ketakutan. Ketika melihat profesor tua itu memanggil namanya, dia langsung menjadi terkejut.Sayangnya, dia juga tidak tahu jawaban dari pertanyaan profesor tua itu.Harus diakui jika tidak mungkin ada orang yang bisa menjawab. Hal tersebut karena salah satu kesenangan terbesar profesor tua ini adalah memberikan mereka soal-soal yang tidak jelas dan rumit.Tujuannya memang agar mereka tidak mengerti, apalagi bisa menyelesaikannya.Yani perlahan-lahan berdiri dan diam-diam menggertakkan giginya. Bajingan tua ini biasanya hanya mengajar tanpa memperhatikan orang lain. Kenapa hari ini tiba-tiba saja dia berubah? Apa dia memang ingin menghajar orang?Para mahasiswa di sekitarnya semuanya tampak seperti sedang menyaksikan sebuah pertunjukan, sehingga membuat Yani merasa sangat malu.Terdengar suara dingin profesor tersebut. "Yani, kamu bisa atau nggak? Kalau nggak bisa, keluar!"Wajah Yani memerah dan dia merasa agak cemas. Benarkah dia harus berdiri di luar dan menerima hu
"Yani harusnya nggak mungkin akan melibatkan dirimu, 'kan?" Safira merasa ngeri dan cepat-cepat menarik baju Karina.Karina juga tidak yakin dengan apa yang dipikirkan oleh Yani.Tampak Yani melirik ke arah mereka dengan tatapan sombong dan berkata, "Karina, kenapa kamu berpura-pura bodoh? Kamu bilang, kamu bisa mengerjakan soal di papan tulis ini, 'kan?""Sialan! Dia benar-benar menyeretmu ke dalam masalah!" Safira mengumpat pelan.Tatapan mata profesor tua itu juga beralih ke arah mereka. Dia membetulkan letak kacamatanya dan berkata kepada Karina, "Itu, kamu Karina, 'kan? Kamu bisa menjawab soal ini? Kamu nggak perlu memberikan jawaban yang tepat. Cukup jelaskan pemikiranmu saja."Sekarang, semua orang memusatkan perhatiannya pada Karina.Yani merasa senang dalam hati. Memangnya kenapa kalau dia itu juara kelas?Dia tidak percaya jika Karina bisa memahami soal yang sulit ini!Perempuan itu berani mentertawakannya. Sekarang, dia harus menanggung akibatnya! Jika harus malu, semua haru
"Aku pernah sedikit mempelajarinya saat mengerjakan tugas," jawab Karina dengan jujur.Perlu diketahui. Tugas yang diberikan oleh Neo sangat banyak. Sementara Neo sendiri tidak peduli apakah kamu bisa atau tidak, yang penting hasil akhirnya.Sekalipun menemui hal yang sulit di luar silabus, Neo akan dengan mudahnya membantahmu dengan menjawab, "Apa kamu nggak bisa belajar sendiri?"Jadi, untuk bisa bertahan di bawah bimbingan Neo, kamu harus bekerja keras sendiri. Banyak orang yang tidak tahan dan akhirnya minta ganti dosen. Namun, Karina tetap bertahan dan itu bukan tanpa alasan.Karina memiliki rekor pernah bergadang selama dua minggu untuk menyelesaikan tugas di luar silabus!Pada saat itulah Karina mengenal Teorema Sinus.Yani melihat Karina seperti melihat hantu. Dia tidak percaya jika Karina bisa memahami materi yang berada di luar silabusPasti mereka bersekongkol!Yani berpikir dengan marah. Siapa yang akan mempelajari hal-hal tersebut? Jelas mereka bersekongkol untuk menjebakn
"Aku nggak melakukannya.""Kamu pasti melakukannya! Karina, kamu benar-benar murahan! Bahkan, orang tua seperti itu juga kamu suka? Apa dia bisa memuaskanmu?" tanya Yani makin tidak terkendali."Yani, jaga bicaramu." Karina menatap Yani dengan marah.Yani benar-benar tidak masuk akal. Bagi Yani, selama Karina berbicara lebih banyak dengan seorang dosen, pasti ada hubungan yang tidak pantas di antara mereka."Bukannya memang seperti itu? Kalau nggak, bagaimana kamu bisa tahu soal yang begitu sulit semacam itu? Kalau bukan karena sudah tahu sebelumnya, lalu apa lagi?" tanya Yani dengan marah."Aku sudah bilang, aku mempelajarinya saat mengerjakan tugas.""Ada begitu banyak teorema, kenapa kamu mesti memilih untuk mempelajari Teorema Sinus? Siapa yang kamu bodohi ini? Karina, aku benar-benar nggak menyangka kalau kamu bisa sekeji ini!" kata Yani sambil menggertakkan gigi.Karina mengerutkan kening karena kesal. Tidak peduli apa yang dia katakan, Yani tidak akan percaya. Jadi, untuk apa di
Keesokan harinya, saat Karina sedang mengemasi barang-barangnya dan pergi ke kampus, Safira meneleponnya."Halo? Ada apa, Safira?"Karina bertanya dengan rasa ingin tahu.Di ujung telepon, suara Safira terdengar ragu-ragu, "Halo? Karina, itu, kamu sudah dengar rumor aneh yang beredar?""Rumor? Rumor apa?"Karina merasa bingung dan tidak mengerti.Rumor apa?"Hah? Kamu belum dengar ya?" Safira terkejut. Kemudian, dengan nada lega dia berkata, "Belum dengar ya? Baguslah kalau begitu. Ehm, kamu nanti hati-hati saat datang ke kampus, ya"Karina menjadi makin bingung. Kenapa harus hati-hati saat pergi ke kampus?Dia merasa Safira menyembunyikan sesuatu darinya dan membuat hatinya menjadi makin cemas. "Safira, apa ada sesuatu yang terjadi? Katakan yang sebenarnya.""Ah, nggak ada apa-apa ...."Jika memang tidak ada apa-apa, Safira tidak mungkin tiba-tiba menelepon dan menanyakan hal ini. Karina makin curiga. Mungkinkah ada sesuatu yang benar-benar terjadi?Apa yang terjadi? Apakah Yani sudah
Safira melirik sekeliling dengan santai. Kemudian, menatap Karina dan berkata, "Jangan pedulikan mereka. Katakan padaku, apa kamu menyukai Pak Neo?""Aku ...." Karina tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan ini.Namun, ada satu hal yang pasti. Pengaruh Neo terhadapnya makin berkurang. Karina pun tersenyum tipis dan berkata, "Itu hanya cinta monyet yang kekanak-kanakan.""Ah, jadi maksudnya, kamu dan Pak Neo nggak ada hubungan lagi?" Mata Safira tiba-tiba membelalak.Mendengar hal tersebut, Karina merasa geli sekaligus kesal, "Aku dan Pak Neo, selain hubungan guru dan murid, apa lagi yang bisa terjadi?""Bukan itu maksudku ...." Safira tiba-tiba menjadi panik. Matanya terlihat bingung. Dia memegang lengan Karina, "Karina, apa kamu punya pacar?"Wajah Karina langsung menjadi tegang. Suaranya menjadi hati-hati. "Kamu ... apa kamu mendengar sesuatu?"Hati Karina berdebar. Apakah hubungannya dengan Rafael sudah terbongkar?Bagaimanapun, akhir-akhir ini Rafael sering datang ke Universitas S
"Kalian!" teriak Karina.Karina merasa kesal. Dia memandang para wartawan dengan marah, lalu hendak membungkuk untuk mengambil dokumen-dokumen yang berserakan di tanah. Akan tetapi, bagaimana mungkin orang-orang ini peduli? Demi mendapatkan berita utama, mereka semua tidak segan-segan menggunakan cara apa pun.Dokumen yang tercecer di tanah itu sudah diinjak-injak oleh mereka sebelum sempat diambil Karina. "Cukup! Hubunganku dengan Pak Rafael memangnya ada hubungan dengan kalian?" teriak Karina dengan kesal sambil kembali berdiri tegak.Orang-orang itu sudah menghabiskan kesabaran Karina."Nona Karina, apakah Nona marah karena pernyataan kami benar? Apakah Nona benar-benar merayu CEO Grup Stalin demi bisa menjadi bagian dari keluarga kaya raya?""Nggak!" balas Karina dengan cepat."Jika tidak, bisakah Nona mengungkapkan bagaimana Nona dan Pak Rafael bertemu? Apakah Nona merasa bisa menjadi seperti Cinderella?""Benar, Nona Karina, Keluarga Stalin adalah keluarga terkenal. Apakah Nona y
Pada akhirnya yang mendapatkan keuntungan dari keseluruhan kejadian ini adalah Amy.Di dalam mobil.Karina berdebar-debar dan bergumam, "Hubungan kita telah diketahui publik, aku nggak tahu bagaimana reaksi dari pihak kampus ...."Memiliki hubungan dengan Rafael pasti akan menimbulkan sensasi. Karina tahu itu dan dia hanya berharap reaksi orang-orang tidak terlalu berlebihan.Namun, pasti akan menarik banyak perhatian orang terhadapnya.Karina menghela napas, dia merasa tidak ingin pergi ke kampus untuk sementara waktu.Begitu Karina selesai berbicara, Rafael sudah memegang tangannya. Sentuhan hangat itu membuat Karina terkejut. Karina menoleh, menatap Rafael dengan bingung. Terlihat Rafael sedang memandang keluar jendela mobil sambil menopang dagunya, seperti sedang menikmati pemandangan, dan berkata dengan datar, "Apa pun yang terjadi, aku akan selalu berada di sisimu."Wanita mana pun pasti akan tersentuh hatinya mendengar perkataan itu.Sudut mata Karina melengkung. Dia menggeser p
Karina menggeleng, raut wajahnya tampak bimbang. "Nggak, hanya saja ini terlalu mendadak, aku merasa belum siap.""Apa yang perlu kamu takutkan? Bukankah aku ada di depanmu untuk melindungimu? Kamu hanya perlu bersembunyi di belakangku dengan tenang," jawab Rafael dengan sangat santai dan lancar seakan-akan dia telah berlatih berkali-kali.Hati Karina menjadi hangat. Awalnya dia merasa sedikit bimbang, tetapi sekarang semuanya seketika menjadi jelas. Apa pun yang terjadi, bukankah Rafael selalu ada untuknya?Mengapa dirinya harus khawatir berlebihan?Karina pun mengangguk dengan bersemangat, tersenyum manis dan berkata dengan gaya menggemaskan, "Mulai sekarang, aku akan mengandalkanmu."Rafael mengangkat alisnya ketika dia melihat ekspresi antusias Karina dan berkata, "Kalau aku nggak melindungimu, aku harus melindungi siapa?"Mendengar itu, Karina tertawa lebih bahagia.....Setelah itu, atas permintaan keras Rafael, Karina baru bisa keluar dari ruang perawatan khusus di rumah sakit s
"Eh?" Karina mengusap hidungnya, lalu menatap Rafael."Kamu sudah tahu aku sebaik ini, jadi kamu menikah denganku atau nggak?" tanya Rafael sambil memegang dagu Karina, tersenyum lebar.Karina mengangguk mantap dan berkata, "Asalkan kamu mau menikahiku, aku akan menikah denganmu."Rafael benar, jika kamu ingin memakai mahkota, harus siap menanggung bebannya. Rafael telah melakukan begitu banyak hal untuknya, lalu mengapa dirinya tidak menghadapi orang-orang yang datang untuk memprovokasinya demi Rafael?Jika sudah mencintai, mengapa dirinya tidak sanggup menghadapi sedikit kesulitan demi Rafael?Mendengar jawaban yang pasti, Rafael tersenyum lebar, matanya yang hitam penuh arti. "Kamu yakin?"Karina mengangguk tegas. "Aku yakin."Tiba-tiba, Rafael menekan bahu Karina, menghela napas panjang dan berkata, "Sekarang aku merasa lega.""Eh?"Karina tertegun, matanya berkedip-kedip. 'Apa maksudnya?'Ekspresi Rafael tiba-tiba tampak serius, menatap ke arah Karina dan berkata dengan sungguh-su
Dia bilang ingin berjalan bersama dengan Rafael, tetapi tidak dapat melakukan banyak hal untuk Rafael dan ini membuatnya merasa sangat tidak berdaya.Karina menghela napas, sorot matanya berkilap dan dia bertanya dengan tidak percaya diri, "Rafael, kenapa kamu begitu baik padaku? Kupikir aku sudah cukup baik, tapi setelah bersamamu, aku baru menyadari kalau aku masih jauh dari cukup baik. Apa aku benar-benar bisa menjadi wanita yang berdiri di sisimu?""Bisa atau nggak kamu menjadi wanita yang berada di sisiku, itu terserah padaku. Aku bilang kamu bisa, maka kamu bisa.""Tapi aku masih belum cukup baik," ujar Karina sambil menggigit bibirnya, kembali merasa ragu."Oh?""Aku punya temperamen yang buruk."Rafael mengangguk, mengakuinya, "Memang, temperamenmu ini sulit ditoleransi oleh kebanyakan orang. Selain itu, kamu suka mempermasalahkan hal-hal kecil, seperti landak yang bisa menyakiti orang jika ia terdesak."Mendengar komentar itu, Karina makin merasa tertekan, "Dan aku juga nggak
"Bukan begitu!" Karina tiba-tiba menjadi emosional, lalu berkata dengan tergesa-gesa, "Aku sungguh menyukaimu!""Tapi kamu bahkan nggak memiliki keberanian untuk menghadapi masa depan bersamaku. Kalau kamu ingin memakai mahkota, berarti harus siap menanggung bebannya. Apa kamu bahkan nggak mengerti prinsip ini?""Aku mengerti semua itu!""Kamu benar-benar mengerti?" Rafael mengangkat alisnya.Karina mengangguk dengan tegas, dia menggigit bibirnya dan wajahnya terlihat sedikit bingung."Aku sudah memikirkan semua ini sejak lama, tapi ... aku kurang percaya diri," ujar Karina.Karina menundukkan kepala, suaranya melemah, "Dibandingkan berurusan dengan keluargamu dan teman-temanmu, aku lebih suka berada di laboratorium dengan peralatan dingin. Aku punya temperamen yang buruk, kalau ada orang yang membuatku kesal, aku akan membalasnya. Nggak masalah kalau hanya dengan orang luar, tapi kalau itu terjadi pada orang-orang terdekatmu, aku khawatir akan membuat mereka marah. Aku nggak ingin mem
Karina tercekat.Melihat ekspresi konyol Karina, Rafael tersenyum dan mencubit wajah kecilnya. "Kenapa? Kamu sangat bahagia sampai nggak bisa berkata-kata?" tanya Rafael.Karina mengatupkan bibirnya dan menghindari tangan Rafael. Dia menyipitkan matanya dan berkata dengan muram, "Bukankah aku sudah memberitahumu untuk nggak bercanda? Hal ini nggak mungkin terjadi.""Kenapa?" tanya Rafael, yang senyumannya sedikit memudar, sambil menatap Karina.'Kenapa?'Karina juga menanyakan hal sama pada dirinya sendiri di dalam hatinya.Karena kesenjangan status di antara mereka terlalu besar. Meskipun sekarang mereka bersama, tidak ada jaminan mereka tetap dekat seperti ini di masa depan.Dua orang dengan nilai dan pandangan hidup yang berbeda, Karina tidak berpikir mereka bisa melangkah jauh bersama.Secara rasional, dia dan Rafael tidak akan pernah bisa mencapai akhir, jadi sebaiknya mereka menghentikan hubungan ini. Akan tetapi, secara emosional, putus setelah jatuh cinta lebih sulit dari per
'Kenapa reaksi Rafael malah aneh?'Tepat ketika pikiran Karina melayang ke mana-mana, Rafael tiba-tiba tersenyum. Senyuman yang menghiasi wajah tampannya itu sungguh membuat orang terpesona."Karina, jujur saja, cara kamu mengungkapkan perasaanmu berstandar rendah, nggak ada tekniknya sama sekali. Di antara wanita yang pernah menyatakan perasaannya padaku, kamu mungkin yang terburuk.""...."Senyuman Karina memudar.Namun, Rafael melanjutkan tanpa menyadari perubahan ekspresi itu, "Aku sarankan kamu untuk belajar bagaimana menyatakan cinta. Apa yang kamu katakan terlalu lugas dan nggak romantis sama sekali."Kali ini, senyuman di wajah Karina sepenuhnya hilang, lalu terdengar suara gertakan gigi.'Siapa pun tolong seret bajingan bermulut tajam ini keluar dari sini!''Di tengah suasana yang begitu indah, bisa-bisanya dia mengungkit wanita lain! Nggak hanya itu, dia bahkan mengatakan cara aku menyatakan perasaanku adalah terburuk!''Romantis! Romantis!''Kalau kamu begitu ingin romantis,
Karina bingung, dia menempelkan pipinya ke dada Rafael, mendengarkan detak jantungnya yang kuat dan merasakan detak jantungnya sendiri ikut sinkron.Karena begitu dekat, dia sepertinya dapat merasakan Rafael sedikit gemetar, gemetar yang disebabkan oleh rasa takut.'Dia sebenarnya sangat takut, bukan?'Karina berpikir, meskipun dirinya tidak bodoh, sebodoh apa pun dirinya pada saat ini, dia tetap tahu bahwa Rafael gemetar karena dirinya. Dirinya yang tiba-tiba menghilang pasti membuat Rafael sangat panik.Dia ingin memeluknya kembali Rafael dan memberitahunya bahwa dia ada di sini sekarang, bahwa dia tidak menghilang dan tidak akan menghilang.Begitu dia bergerak, Rafael menghentikannya dengan suara rendah."Jangan bergerak."Gerakan Karina tiba-tiba berhenti. Karina berbisik di pelukannya, "Rafael, apa kamu takut?"Berdasarkan sikap biasanya, Rafael pasti akan menyangkalnya. Bagaimana mungkin dia yang begitu arogan membiarkan dirinya merasakan ketakutan?Tepat ketika Karina mengira Ra