"Aku nggak melakukannya.""Kamu pasti melakukannya! Karina, kamu benar-benar murahan! Bahkan, orang tua seperti itu juga kamu suka? Apa dia bisa memuaskanmu?" tanya Yani makin tidak terkendali."Yani, jaga bicaramu." Karina menatap Yani dengan marah.Yani benar-benar tidak masuk akal. Bagi Yani, selama Karina berbicara lebih banyak dengan seorang dosen, pasti ada hubungan yang tidak pantas di antara mereka."Bukannya memang seperti itu? Kalau nggak, bagaimana kamu bisa tahu soal yang begitu sulit semacam itu? Kalau bukan karena sudah tahu sebelumnya, lalu apa lagi?" tanya Yani dengan marah."Aku sudah bilang, aku mempelajarinya saat mengerjakan tugas.""Ada begitu banyak teorema, kenapa kamu mesti memilih untuk mempelajari Teorema Sinus? Siapa yang kamu bodohi ini? Karina, aku benar-benar nggak menyangka kalau kamu bisa sekeji ini!" kata Yani sambil menggertakkan gigi.Karina mengerutkan kening karena kesal. Tidak peduli apa yang dia katakan, Yani tidak akan percaya. Jadi, untuk apa di
Keesokan harinya, saat Karina sedang mengemasi barang-barangnya dan pergi ke kampus, Safira meneleponnya."Halo? Ada apa, Safira?"Karina bertanya dengan rasa ingin tahu.Di ujung telepon, suara Safira terdengar ragu-ragu, "Halo? Karina, itu, kamu sudah dengar rumor aneh yang beredar?""Rumor? Rumor apa?"Karina merasa bingung dan tidak mengerti.Rumor apa?"Hah? Kamu belum dengar ya?" Safira terkejut. Kemudian, dengan nada lega dia berkata, "Belum dengar ya? Baguslah kalau begitu. Ehm, kamu nanti hati-hati saat datang ke kampus, ya"Karina menjadi makin bingung. Kenapa harus hati-hati saat pergi ke kampus?Dia merasa Safira menyembunyikan sesuatu darinya dan membuat hatinya menjadi makin cemas. "Safira, apa ada sesuatu yang terjadi? Katakan yang sebenarnya.""Ah, nggak ada apa-apa ...."Jika memang tidak ada apa-apa, Safira tidak mungkin tiba-tiba menelepon dan menanyakan hal ini. Karina makin curiga. Mungkinkah ada sesuatu yang benar-benar terjadi?Apa yang terjadi? Apakah Yani sudah
Safira melirik sekeliling dengan santai. Kemudian, menatap Karina dan berkata, "Jangan pedulikan mereka. Katakan padaku, apa kamu menyukai Pak Neo?""Aku ...." Karina tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan ini.Namun, ada satu hal yang pasti. Pengaruh Neo terhadapnya makin berkurang. Karina pun tersenyum tipis dan berkata, "Itu hanya cinta monyet yang kekanak-kanakan.""Ah, jadi maksudnya, kamu dan Pak Neo nggak ada hubungan lagi?" Mata Safira tiba-tiba membelalak.Mendengar hal tersebut, Karina merasa geli sekaligus kesal, "Aku dan Pak Neo, selain hubungan guru dan murid, apa lagi yang bisa terjadi?""Bukan itu maksudku ...." Safira tiba-tiba menjadi panik. Matanya terlihat bingung. Dia memegang lengan Karina, "Karina, apa kamu punya pacar?"Wajah Karina langsung menjadi tegang. Suaranya menjadi hati-hati. "Kamu ... apa kamu mendengar sesuatu?"Hati Karina berdebar. Apakah hubungannya dengan Rafael sudah terbongkar?Bagaimanapun, akhir-akhir ini Rafael sering datang ke Universitas S
Karina langsung menekan aura Yani. Yani yang merasa kurang percaya diri, tanpa sadar mundur selangkah. "Karina, apa kamu mengancamku?""Bukan ancaman, hanya pengingat.""Hah, terserah itu ancaman atau pengingat. Sekarang, semua orang di kampus sudah mengetahui keburukanmu. Tunggu saja. Kamu akan dikeluarkan dari kampus!" Wajah Yani begitu merah padam hingga hampir meneteskan darah. Setelah mengucapkan kata-kata kejam seperti itu, dia pun berbalik dan pergi.Karina menatapnya dengan tenang. Dia hendak pergi bersama Safira. Namun, beberapa teman perempuan yang biasanya suka pamer segera mengerumuninya."Hei, Karina, apa yang ada di forum itu benar?""Ya, aku selalu merasa kalau hubunganmu dengan Pak Neo itu nggak jelas. Ternyata memang benar.""Tapi, berselingkuh itu nggak baik. Memanfaatkan kecantikan dan usia muda untuk melakukan hal-hal seperti itu, bukankah itu terlalu ....""Kalau dia punya kesempatan, kenapa nggak? Lebih banyak cadangan kenapa nggak? Tapi, Karina, sebenarnya bagaim
Nella langsung bisa memahami maksud Karina. Dalam sekejap, wajahnya langsung berubah. Dengan matanya yang panjang dan menyempit tajam, dia menatap Karina. Suaranya terdengar melengking, "Karina, kamu bilang aku ini nggak beradab?"Karina mengangkat alisnya, "Apa aku pernah bilang begitu?""Kamu jelas bermaksud begitu!""Nella, kamu ini nggak belajar pelajaran bahasa di SD dengan baik, ya? Kamu dengar dari mana kalau Karina bilang begitu? Kamu tahu sendiri kalau kamu nggak beradab. Jangan sampai mempermalukan diri sendiri di depan umum.""Safira, kamu sama saja dengan Karina. Dasar perempuan jalang!" Nella begitu marah hingga mengeluarkan kata-kata kasar."Bagaimana dengan dirimu sendiri? Kamu melihat orang lain seperti melihat dirimu sendiri." Karina mengerutkan kening dan menatap Nella.Jika Nella hanya memaki dirinya, Karina bisa menahannya. Namun, karena Nella juga memaki Safira, Karina merasa tidak perlu lagi bersikap baik kepadanya.Wajah Nella berubah menjadi merah padam karena m
Saat Karina sedang menuju ke kantor dosen pembimbing, tanpa sengaja dia melihat Yani.Yani menatapnya dengan tatapan penuh kemenangan, membuat Karina makin merasa tidak tenang. Seperti yang sudah diduga. Begitu dosen pembimbing melihat mereka berdua dan akhirnya tatapannya tertuju pada Karina."Karina, Yani, aku memanggil kalian ke sini hari ini hanya untuk memberi tahu tentang perubahan yang dibuat oleh pihak kampus mengenai peserta seminar penelitian ilmiah. Karina, kali ini kamu nggak perlu hadir dalam seminar penelitian ilmiah itu. Yani yang akan menggantikanmu."Mendengar hal tersebut, mata Yani langsung tampak bercahaya. Dia menatap Karina dengan penuh kemenangan dan tersenyum seperti pemenang.Karina merasa hatinya hancur dan tidak bisa menerima kenyataan ini.Dia telah membuat begitu banyak persiapan dan berusaha keras untuk seminar penelitian ilmiah ini. Tiba-tiba saja, dia diberi tahu jika dirinya akan digantikan. Karina tidak dapat menerima keputusan ini.Dengan tangan terke
"Aku tahu."Mendengar hal tersebut, dosen pembimbing itu tiba-tiba bertepuk tangan. "Bukankah sudah beres kalau begitu? Kamu sudah tahu, jadi jangan berdebat lagi.""Aku difitnah!"Dosen pembimbing itu menunjukkan sedikit senyum ejekan di sudut mulutnya. Dia melirik Karina dan menasihati Karina layaknya seorang guru, "Kamu bilang kamu difitnah, jadi apakah foto-foto palsu?"Sambil berkata seperti itu, dosen pembimbing tersebut menggerakkan mouse dan membuka forum internal kampus. Dalam waktu hanya beberapa menit, jumlah orang yang menyaksikan unggahan tersebut sudah mencapai 500 ribu orang.Kemudian, dia menggulir halaman dan berkata dengan nada kesal, "Lihat, ini, ini, ini, apa ini palsu?"Karina melirik layar komputer dan berkata dengan tenang, "Itu semua asli."Orang-orang itu berniat untuk menghancurkan dirinya. Jadi, bagaimana mungkin mereka menggunakan foto-foto palsu untuk membodohi orang?"Kalau begitu, apa yang kamu perjuangkan?" Dosen pembimbing itu menjatuhkan mouse dengan k
"Pacar?" Raut wajah dosen pembimbing itu jelas menunjukkan rasa tidak percaya. Dia mengeklik-ngeklik tumpukan foto itu, lalu berkata dengan nada sinis, "Pacarmu benar-benar kaya, ya? Mobil yang dia kendarai semuanya bernilai miliaran dan sering berganti-ganti. Karina, di mana kamu bertemu dengan pacar sekaya itu?"Karina menjawab dengan acuh tak acuh, "Di mana aku bertemu dengannya, seharusnya itu menjadi privasiku.""Hmm, tentu saja itu privasimu. Tapi, sekarang kamu malah dipermalukan dengan tuduhan menjadi wanita simpanan. Bagaimana mungkin kami mengirim mahasiswa sepertimu ke seminar penelitian ilmiah? Bagaimana kampus lain akan memandang Universitas Standela?"Wanita peliharaan!Wanita simpanan!Dua kata ini tertanam kuat di benak Karina.Karina tiba-tiba teringat kontraknya dengan Rafael, juga kata-kata Yasmin. Dia pun merasa sedikit malu dan berkata dengan tegas, "Itu semua nggak benar.""Aku nggak peduli apakah itu benar atau nggak. Tapi, masalah ini sudah diketahui oleh banyak
"Kalian!" teriak Karina.Karina merasa kesal. Dia memandang para wartawan dengan marah, lalu hendak membungkuk untuk mengambil dokumen-dokumen yang berserakan di tanah. Akan tetapi, bagaimana mungkin orang-orang ini peduli? Demi mendapatkan berita utama, mereka semua tidak segan-segan menggunakan cara apa pun.Dokumen yang tercecer di tanah itu sudah diinjak-injak oleh mereka sebelum sempat diambil Karina. "Cukup! Hubunganku dengan Pak Rafael memangnya ada hubungan dengan kalian?" teriak Karina dengan kesal sambil kembali berdiri tegak.Orang-orang itu sudah menghabiskan kesabaran Karina."Nona Karina, apakah Nona marah karena pernyataan kami benar? Apakah Nona benar-benar merayu CEO Grup Stalin demi bisa menjadi bagian dari keluarga kaya raya?""Nggak!" balas Karina dengan cepat."Jika tidak, bisakah Nona mengungkapkan bagaimana Nona dan Pak Rafael bertemu? Apakah Nona merasa bisa menjadi seperti Cinderella?""Benar, Nona Karina, Keluarga Stalin adalah keluarga terkenal. Apakah Nona y
Pada akhirnya yang mendapatkan keuntungan dari keseluruhan kejadian ini adalah Amy.Di dalam mobil.Karina berdebar-debar dan bergumam, "Hubungan kita telah diketahui publik, aku nggak tahu bagaimana reaksi dari pihak kampus ...."Memiliki hubungan dengan Rafael pasti akan menimbulkan sensasi. Karina tahu itu dan dia hanya berharap reaksi orang-orang tidak terlalu berlebihan.Namun, pasti akan menarik banyak perhatian orang terhadapnya.Karina menghela napas, dia merasa tidak ingin pergi ke kampus untuk sementara waktu.Begitu Karina selesai berbicara, Rafael sudah memegang tangannya. Sentuhan hangat itu membuat Karina terkejut. Karina menoleh, menatap Rafael dengan bingung. Terlihat Rafael sedang memandang keluar jendela mobil sambil menopang dagunya, seperti sedang menikmati pemandangan, dan berkata dengan datar, "Apa pun yang terjadi, aku akan selalu berada di sisimu."Wanita mana pun pasti akan tersentuh hatinya mendengar perkataan itu.Sudut mata Karina melengkung. Dia menggeser p
Karina menggeleng, raut wajahnya tampak bimbang. "Nggak, hanya saja ini terlalu mendadak, aku merasa belum siap.""Apa yang perlu kamu takutkan? Bukankah aku ada di depanmu untuk melindungimu? Kamu hanya perlu bersembunyi di belakangku dengan tenang," jawab Rafael dengan sangat santai dan lancar seakan-akan dia telah berlatih berkali-kali.Hati Karina menjadi hangat. Awalnya dia merasa sedikit bimbang, tetapi sekarang semuanya seketika menjadi jelas. Apa pun yang terjadi, bukankah Rafael selalu ada untuknya?Mengapa dirinya harus khawatir berlebihan?Karina pun mengangguk dengan bersemangat, tersenyum manis dan berkata dengan gaya menggemaskan, "Mulai sekarang, aku akan mengandalkanmu."Rafael mengangkat alisnya ketika dia melihat ekspresi antusias Karina dan berkata, "Kalau aku nggak melindungimu, aku harus melindungi siapa?"Mendengar itu, Karina tertawa lebih bahagia.....Setelah itu, atas permintaan keras Rafael, Karina baru bisa keluar dari ruang perawatan khusus di rumah sakit s
"Eh?" Karina mengusap hidungnya, lalu menatap Rafael."Kamu sudah tahu aku sebaik ini, jadi kamu menikah denganku atau nggak?" tanya Rafael sambil memegang dagu Karina, tersenyum lebar.Karina mengangguk mantap dan berkata, "Asalkan kamu mau menikahiku, aku akan menikah denganmu."Rafael benar, jika kamu ingin memakai mahkota, harus siap menanggung bebannya. Rafael telah melakukan begitu banyak hal untuknya, lalu mengapa dirinya tidak menghadapi orang-orang yang datang untuk memprovokasinya demi Rafael?Jika sudah mencintai, mengapa dirinya tidak sanggup menghadapi sedikit kesulitan demi Rafael?Mendengar jawaban yang pasti, Rafael tersenyum lebar, matanya yang hitam penuh arti. "Kamu yakin?"Karina mengangguk tegas. "Aku yakin."Tiba-tiba, Rafael menekan bahu Karina, menghela napas panjang dan berkata, "Sekarang aku merasa lega.""Eh?"Karina tertegun, matanya berkedip-kedip. 'Apa maksudnya?'Ekspresi Rafael tiba-tiba tampak serius, menatap ke arah Karina dan berkata dengan sungguh-su
Dia bilang ingin berjalan bersama dengan Rafael, tetapi tidak dapat melakukan banyak hal untuk Rafael dan ini membuatnya merasa sangat tidak berdaya.Karina menghela napas, sorot matanya berkilap dan dia bertanya dengan tidak percaya diri, "Rafael, kenapa kamu begitu baik padaku? Kupikir aku sudah cukup baik, tapi setelah bersamamu, aku baru menyadari kalau aku masih jauh dari cukup baik. Apa aku benar-benar bisa menjadi wanita yang berdiri di sisimu?""Bisa atau nggak kamu menjadi wanita yang berada di sisiku, itu terserah padaku. Aku bilang kamu bisa, maka kamu bisa.""Tapi aku masih belum cukup baik," ujar Karina sambil menggigit bibirnya, kembali merasa ragu."Oh?""Aku punya temperamen yang buruk."Rafael mengangguk, mengakuinya, "Memang, temperamenmu ini sulit ditoleransi oleh kebanyakan orang. Selain itu, kamu suka mempermasalahkan hal-hal kecil, seperti landak yang bisa menyakiti orang jika ia terdesak."Mendengar komentar itu, Karina makin merasa tertekan, "Dan aku juga nggak
"Bukan begitu!" Karina tiba-tiba menjadi emosional, lalu berkata dengan tergesa-gesa, "Aku sungguh menyukaimu!""Tapi kamu bahkan nggak memiliki keberanian untuk menghadapi masa depan bersamaku. Kalau kamu ingin memakai mahkota, berarti harus siap menanggung bebannya. Apa kamu bahkan nggak mengerti prinsip ini?""Aku mengerti semua itu!""Kamu benar-benar mengerti?" Rafael mengangkat alisnya.Karina mengangguk dengan tegas, dia menggigit bibirnya dan wajahnya terlihat sedikit bingung."Aku sudah memikirkan semua ini sejak lama, tapi ... aku kurang percaya diri," ujar Karina.Karina menundukkan kepala, suaranya melemah, "Dibandingkan berurusan dengan keluargamu dan teman-temanmu, aku lebih suka berada di laboratorium dengan peralatan dingin. Aku punya temperamen yang buruk, kalau ada orang yang membuatku kesal, aku akan membalasnya. Nggak masalah kalau hanya dengan orang luar, tapi kalau itu terjadi pada orang-orang terdekatmu, aku khawatir akan membuat mereka marah. Aku nggak ingin mem
Karina tercekat.Melihat ekspresi konyol Karina, Rafael tersenyum dan mencubit wajah kecilnya. "Kenapa? Kamu sangat bahagia sampai nggak bisa berkata-kata?" tanya Rafael.Karina mengatupkan bibirnya dan menghindari tangan Rafael. Dia menyipitkan matanya dan berkata dengan muram, "Bukankah aku sudah memberitahumu untuk nggak bercanda? Hal ini nggak mungkin terjadi.""Kenapa?" tanya Rafael, yang senyumannya sedikit memudar, sambil menatap Karina.'Kenapa?'Karina juga menanyakan hal sama pada dirinya sendiri di dalam hatinya.Karena kesenjangan status di antara mereka terlalu besar. Meskipun sekarang mereka bersama, tidak ada jaminan mereka tetap dekat seperti ini di masa depan.Dua orang dengan nilai dan pandangan hidup yang berbeda, Karina tidak berpikir mereka bisa melangkah jauh bersama.Secara rasional, dia dan Rafael tidak akan pernah bisa mencapai akhir, jadi sebaiknya mereka menghentikan hubungan ini. Akan tetapi, secara emosional, putus setelah jatuh cinta lebih sulit dari per
'Kenapa reaksi Rafael malah aneh?'Tepat ketika pikiran Karina melayang ke mana-mana, Rafael tiba-tiba tersenyum. Senyuman yang menghiasi wajah tampannya itu sungguh membuat orang terpesona."Karina, jujur saja, cara kamu mengungkapkan perasaanmu berstandar rendah, nggak ada tekniknya sama sekali. Di antara wanita yang pernah menyatakan perasaannya padaku, kamu mungkin yang terburuk.""...."Senyuman Karina memudar.Namun, Rafael melanjutkan tanpa menyadari perubahan ekspresi itu, "Aku sarankan kamu untuk belajar bagaimana menyatakan cinta. Apa yang kamu katakan terlalu lugas dan nggak romantis sama sekali."Kali ini, senyuman di wajah Karina sepenuhnya hilang, lalu terdengar suara gertakan gigi.'Siapa pun tolong seret bajingan bermulut tajam ini keluar dari sini!''Di tengah suasana yang begitu indah, bisa-bisanya dia mengungkit wanita lain! Nggak hanya itu, dia bahkan mengatakan cara aku menyatakan perasaanku adalah terburuk!''Romantis! Romantis!''Kalau kamu begitu ingin romantis,
Karina bingung, dia menempelkan pipinya ke dada Rafael, mendengarkan detak jantungnya yang kuat dan merasakan detak jantungnya sendiri ikut sinkron.Karena begitu dekat, dia sepertinya dapat merasakan Rafael sedikit gemetar, gemetar yang disebabkan oleh rasa takut.'Dia sebenarnya sangat takut, bukan?'Karina berpikir, meskipun dirinya tidak bodoh, sebodoh apa pun dirinya pada saat ini, dia tetap tahu bahwa Rafael gemetar karena dirinya. Dirinya yang tiba-tiba menghilang pasti membuat Rafael sangat panik.Dia ingin memeluknya kembali Rafael dan memberitahunya bahwa dia ada di sini sekarang, bahwa dia tidak menghilang dan tidak akan menghilang.Begitu dia bergerak, Rafael menghentikannya dengan suara rendah."Jangan bergerak."Gerakan Karina tiba-tiba berhenti. Karina berbisik di pelukannya, "Rafael, apa kamu takut?"Berdasarkan sikap biasanya, Rafael pasti akan menyangkalnya. Bagaimana mungkin dia yang begitu arogan membiarkan dirinya merasakan ketakutan?Tepat ketika Karina mengira Ra