Keesokan harinya, saat Karina sedang mengemasi barang-barangnya dan pergi ke kampus, Safira meneleponnya."Halo? Ada apa, Safira?"Karina bertanya dengan rasa ingin tahu.Di ujung telepon, suara Safira terdengar ragu-ragu, "Halo? Karina, itu, kamu sudah dengar rumor aneh yang beredar?""Rumor? Rumor apa?"Karina merasa bingung dan tidak mengerti.Rumor apa?"Hah? Kamu belum dengar ya?" Safira terkejut. Kemudian, dengan nada lega dia berkata, "Belum dengar ya? Baguslah kalau begitu. Ehm, kamu nanti hati-hati saat datang ke kampus, ya"Karina menjadi makin bingung. Kenapa harus hati-hati saat pergi ke kampus?Dia merasa Safira menyembunyikan sesuatu darinya dan membuat hatinya menjadi makin cemas. "Safira, apa ada sesuatu yang terjadi? Katakan yang sebenarnya.""Ah, nggak ada apa-apa ...."Jika memang tidak ada apa-apa, Safira tidak mungkin tiba-tiba menelepon dan menanyakan hal ini. Karina makin curiga. Mungkinkah ada sesuatu yang benar-benar terjadi?Apa yang terjadi? Apakah Yani sudah
Safira melirik sekeliling dengan santai. Kemudian, menatap Karina dan berkata, "Jangan pedulikan mereka. Katakan padaku, apa kamu menyukai Pak Neo?""Aku ...." Karina tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan ini.Namun, ada satu hal yang pasti. Pengaruh Neo terhadapnya makin berkurang. Karina pun tersenyum tipis dan berkata, "Itu hanya cinta monyet yang kekanak-kanakan.""Ah, jadi maksudnya, kamu dan Pak Neo nggak ada hubungan lagi?" Mata Safira tiba-tiba membelalak.Mendengar hal tersebut, Karina merasa geli sekaligus kesal, "Aku dan Pak Neo, selain hubungan guru dan murid, apa lagi yang bisa terjadi?""Bukan itu maksudku ...." Safira tiba-tiba menjadi panik. Matanya terlihat bingung. Dia memegang lengan Karina, "Karina, apa kamu punya pacar?"Wajah Karina langsung menjadi tegang. Suaranya menjadi hati-hati. "Kamu ... apa kamu mendengar sesuatu?"Hati Karina berdebar. Apakah hubungannya dengan Rafael sudah terbongkar?Bagaimanapun, akhir-akhir ini Rafael sering datang ke Universitas S
Karina langsung menekan aura Yani. Yani yang merasa kurang percaya diri, tanpa sadar mundur selangkah. "Karina, apa kamu mengancamku?""Bukan ancaman, hanya pengingat.""Hah, terserah itu ancaman atau pengingat. Sekarang, semua orang di kampus sudah mengetahui keburukanmu. Tunggu saja. Kamu akan dikeluarkan dari kampus!" Wajah Yani begitu merah padam hingga hampir meneteskan darah. Setelah mengucapkan kata-kata kejam seperti itu, dia pun berbalik dan pergi.Karina menatapnya dengan tenang. Dia hendak pergi bersama Safira. Namun, beberapa teman perempuan yang biasanya suka pamer segera mengerumuninya."Hei, Karina, apa yang ada di forum itu benar?""Ya, aku selalu merasa kalau hubunganmu dengan Pak Neo itu nggak jelas. Ternyata memang benar.""Tapi, berselingkuh itu nggak baik. Memanfaatkan kecantikan dan usia muda untuk melakukan hal-hal seperti itu, bukankah itu terlalu ....""Kalau dia punya kesempatan, kenapa nggak? Lebih banyak cadangan kenapa nggak? Tapi, Karina, sebenarnya bagaim
Nella langsung bisa memahami maksud Karina. Dalam sekejap, wajahnya langsung berubah. Dengan matanya yang panjang dan menyempit tajam, dia menatap Karina. Suaranya terdengar melengking, "Karina, kamu bilang aku ini nggak beradab?"Karina mengangkat alisnya, "Apa aku pernah bilang begitu?""Kamu jelas bermaksud begitu!""Nella, kamu ini nggak belajar pelajaran bahasa di SD dengan baik, ya? Kamu dengar dari mana kalau Karina bilang begitu? Kamu tahu sendiri kalau kamu nggak beradab. Jangan sampai mempermalukan diri sendiri di depan umum.""Safira, kamu sama saja dengan Karina. Dasar perempuan jalang!" Nella begitu marah hingga mengeluarkan kata-kata kasar."Bagaimana dengan dirimu sendiri? Kamu melihat orang lain seperti melihat dirimu sendiri." Karina mengerutkan kening dan menatap Nella.Jika Nella hanya memaki dirinya, Karina bisa menahannya. Namun, karena Nella juga memaki Safira, Karina merasa tidak perlu lagi bersikap baik kepadanya.Wajah Nella berubah menjadi merah padam karena m
Saat Karina sedang menuju ke kantor dosen pembimbing, tanpa sengaja dia melihat Yani.Yani menatapnya dengan tatapan penuh kemenangan, membuat Karina makin merasa tidak tenang. Seperti yang sudah diduga. Begitu dosen pembimbing melihat mereka berdua dan akhirnya tatapannya tertuju pada Karina."Karina, Yani, aku memanggil kalian ke sini hari ini hanya untuk memberi tahu tentang perubahan yang dibuat oleh pihak kampus mengenai peserta seminar penelitian ilmiah. Karina, kali ini kamu nggak perlu hadir dalam seminar penelitian ilmiah itu. Yani yang akan menggantikanmu."Mendengar hal tersebut, mata Yani langsung tampak bercahaya. Dia menatap Karina dengan penuh kemenangan dan tersenyum seperti pemenang.Karina merasa hatinya hancur dan tidak bisa menerima kenyataan ini.Dia telah membuat begitu banyak persiapan dan berusaha keras untuk seminar penelitian ilmiah ini. Tiba-tiba saja, dia diberi tahu jika dirinya akan digantikan. Karina tidak dapat menerima keputusan ini.Dengan tangan terke
"Aku tahu."Mendengar hal tersebut, dosen pembimbing itu tiba-tiba bertepuk tangan. "Bukankah sudah beres kalau begitu? Kamu sudah tahu, jadi jangan berdebat lagi.""Aku difitnah!"Dosen pembimbing itu menunjukkan sedikit senyum ejekan di sudut mulutnya. Dia melirik Karina dan menasihati Karina layaknya seorang guru, "Kamu bilang kamu difitnah, jadi apakah foto-foto palsu?"Sambil berkata seperti itu, dosen pembimbing tersebut menggerakkan mouse dan membuka forum internal kampus. Dalam waktu hanya beberapa menit, jumlah orang yang menyaksikan unggahan tersebut sudah mencapai 500 ribu orang.Kemudian, dia menggulir halaman dan berkata dengan nada kesal, "Lihat, ini, ini, ini, apa ini palsu?"Karina melirik layar komputer dan berkata dengan tenang, "Itu semua asli."Orang-orang itu berniat untuk menghancurkan dirinya. Jadi, bagaimana mungkin mereka menggunakan foto-foto palsu untuk membodohi orang?"Kalau begitu, apa yang kamu perjuangkan?" Dosen pembimbing itu menjatuhkan mouse dengan k
"Pacar?" Raut wajah dosen pembimbing itu jelas menunjukkan rasa tidak percaya. Dia mengeklik-ngeklik tumpukan foto itu, lalu berkata dengan nada sinis, "Pacarmu benar-benar kaya, ya? Mobil yang dia kendarai semuanya bernilai miliaran dan sering berganti-ganti. Karina, di mana kamu bertemu dengan pacar sekaya itu?"Karina menjawab dengan acuh tak acuh, "Di mana aku bertemu dengannya, seharusnya itu menjadi privasiku.""Hmm, tentu saja itu privasimu. Tapi, sekarang kamu malah dipermalukan dengan tuduhan menjadi wanita simpanan. Bagaimana mungkin kami mengirim mahasiswa sepertimu ke seminar penelitian ilmiah? Bagaimana kampus lain akan memandang Universitas Standela?"Wanita peliharaan!Wanita simpanan!Dua kata ini tertanam kuat di benak Karina.Karina tiba-tiba teringat kontraknya dengan Rafael, juga kata-kata Yasmin. Dia pun merasa sedikit malu dan berkata dengan tegas, "Itu semua nggak benar.""Aku nggak peduli apakah itu benar atau nggak. Tapi, masalah ini sudah diketahui oleh banyak
"Ya, aku mengerti."....Setelah meninggalkan ruang kantor, Karina masih merasa sangat murung.Meskipun dosen pembimbingnya, Zuhri, sudah memberinya kesempatan untuk membuktikan diri, dia tahu bahwa bukan Zuhri yang memutuskan siapa yang menghadiri pertemuan penelitian ilmiah tersebut. Untuk membalikkan keadaan, dia sekarang harus menyelidiki masalah ini dari awal.Masalah ini terjadi berawal dari orang yang memposting foto-foto itu.Sebenarnya tidak sulit untuk mengetahui siapa yang memposting foto tersebut karena hanya perlu melacak alamat IP-nya. Sekarang era digital, selama kamu menggunakan internet, pasti akan meninggalkan jejak. Siapa pun yang ingin, bisa saja melacak alamat rumahmu dengan jelas.Ini disebut mengumpulkan informasi tentang seseorang dengan menggunakan internet.Karina memutuskan kembali ke kelas terlebih dahulu untuk mengambil semua bukunya. Sepanjang jalan, dia tentu menerima tatapan aneh dari banyak orang.Di pertengahan jalan, ponselnya berdering.Karina terkej