#Flashback On “Oh, astaga. Jam berapa aku harus menunggunya? Kenapa Keevan belum juga muncul?” Arletta berdiri tak jauh dari ruang kelas Keevan. Gadis itu masih lengkap memakai atributnya. Kaus kaki berwarna merah. Sepatu warna yang tak sama. Serta tali rapia yang mengikat rambut panjangnya.Sungguh, penampilannya ini memang sangat memalukan. Tapi Arletta bisa apa? Daripada dia harus kembali berdebat dengan para senior, lebih baik Arletta masih memakai atributnya yang sangat memalukan itu.Saat ini yang Arletta fokuskan bukanlah masa-masa OSPEK. Dalam hati dan benak Arletta yang dia pikirkan hanya Keevan dan Keevan. Sejak pertemuan pertamanya dengan Keevan—laki-laki itu berhasil memorak-porandakan hatinya.Bahkan Arletta sampai tidur terlambat hanya karena membayangkan sosok Keevan. Ya, ini adalah bentuk kegilaan Arletta. Gadis itu telah jatuh cinta sedalam-dalamnya pada Keevan. Bahkan kali ini saja Arletta sampai rela menunggu hampir tiga puluh menit di depan ruang kelas Keevan.Sua
Lidah Arletta kelu. Tenggorokannya tercekat. Wanita itu seolah kehilangan cara bagaimana cara merangkai sebuah kata. Seperti bumi yang berhenti pada porosnya, tubuh Arletta nyaris terhuyung ke belakang kala mendengar semua kisah masa kuliahnya dulu dengan Keevan. Dalam benak Arletta berpikir kalau semua yang Keevan katakan adalah tak mungkin. Jelas Arletta tahu kalau Keevan selalu menolaknya bahkan mengabaikannya.Tidak! Arletta yakin ini semua hanya permainan Keevan saja! Arletta tak mau jatuh di lubang yang sama untuk kedua kalinya! Sudah cukup dirinya menjadi gadis naif dan bodoh. Dia tidak ingin lagi mengulangi kesalahan yang sama.Arletta menatap serius Keevan. Sorot matanya nampak memendung kebencian mendalam dan tersirat penuh luka. Mata Arletta sudah berembun nyaris mengeluarkan air mata.“Hentikan sandiwaramu! Aku nggak bodoh, Keevan. Aku tau semua ucapanmu itu omong kosong. Sejak awal kamu nggak pernah tertarik ataupun suka sama aku.” Keevan terdiam mendengar respon Arlett
Arletta memeluk lututnya dengan derai air mata yang sejak tadi tak terhenti. Wanita itu bersimpuh di lantai kamarnya yang dingin. Tangis yang menunjukkan jelas kepiluannya. Setelah perdebatannya dengan Keevan, tak ada yang bisa Arletta lakukan selain menangis.Ribuan kali Keevan menjelaskan padanya tetap saja Arletta tak akan pernah percaya. Arletta yakin bahkan sangat yakin kalau Keevan tak pernah menginginkannya. Semua ucapan Keevan tentang masa-masa kuliah mereka dulu hanya omong kosong.Arletta sangat mengingat kala Keevan selalu menganggap dirinya seperti virus yang wajib dijauhi. Berkali-kali dulu Arletta mendekat tapi Keevan mengusirnya dan bahkan mengeluarkan kata-kata yang kasar hanya agar dirinya pergi.Tentu Arletta mengakui betapa bodohnya dirinya di masa lalu. Ditolak tapi tetap mengejar. Gadis naif dan sangat bodoh itu adalah gambaran dirinya di masa lalu. Namun, Arletta tak akan pernah membiarkan itu terjadi. Cukup di masa lalu dirinya menjadi gadis bodoh dan naif. Tida
Suara Keevan menegur Arletta dengan nada pelan namun tegas. Terlihat Arletta sedikit terkejut mendengar teguran Keevan. Akan tetapi buru-buru Arletta berusaha bersikap tenang seolah tak terjadi sesuatu apa pun.“Temanku.” Arletta menjawab pertanyaan Keevan dingin dan acuh. Wanita itu membuang wajahnya tak mau melihat Keevan.Sejak perdebatannya tadi malam dengan Keevan, Arletta memang memutuskan tak lagi memedulikan ucapan Keevan. Hingga detik ini wanita itu masih tinggal di rumah Keevan karena pria itu memaksa bukan karena keinginan dirinya.Keevan menatap Arletta penuh dengan tatapan yang bermakna curiga. Entah kenapa pria itu mencurigai sesuatu. Pasalnya raut wajah Arletta menunjukkan jelas seperti tengah ada yang ditutupi.Ingin sekali Keevan merampas ponsel Arletta dan melihat sendiri pesan itu, namun Keevan tidak ingin mencari keributan. Terlebih ada Keanu di tengah-tengah mereka. Mau tak mau Keevan berusaha untuk menepis kecurigaannya dan memilih percaya dengan ucapan Arletta.
“Ma, sebenarnya kita mau pergi kemana, Ma?” Suara Keanu bertanya dengan tatapan polos menatap Arletta—yang terlihat seperti tengah menunggu seseorang. Sejak tadi Arletta mondar-mandi tidak jelas di hadapan Keanu. Itu yang membuat Keanu bingung. Bocah laki-laki itu duduk di sofa sambil memeluk robot dan mobil-mobilannya. Matanya mengerjap beberapa kali, menatap ibunya.Arletta mengatur napasnya, berusaha untuk setenang mungkin di kala pikirannya benar-benar dilingkupi rasa cemas yang mendalam. Berikutnya, langkah wanita itu terhenti kala mendengar pertanyaan putranya itu.Beberapa detik Arletta hening belum menjawab pertanyaan putranya. Otaknya berusaha mencari-cari jawaban yang paling tepat. Yang pasti dia tidak ingin membuat putranya mencurigai sesuatu.Arletta mendekat dan berucap lembut, “Kita akan pergi ke tempat yang jauh, Sayang. Keanu selalu ikut Mama, kan, Nak?”Mata Keanu mengerjap beberapa kali menatap Arletta dengan tatapan yang bingung dan tak mengerti. “Ke tempat yang jau
Suara bentakan keras dan menggelegar sontak membuat tubuh Arletta mematung. Seketika raut wajah Arletta memucat. Tubuh wanita itu menegang. Dia merasakan darahnya seperti terhenti tepat di kepalanya. Debaran jantung Arletta berpacu tak karuan. Tenggorokan Arletta tercekat. Napasnya bahkan seakan ingin berhenti mendengar suara berat yang begitu familiar di telinganya.Perlahan Arletta memberanikan diri untuk mengalihkan pandangannya pada sumber suara itu. Tampak sepasang iris mata cokelat di hadapannya sudah memberikan tatapan tajam—dan penuh peringatan sekaligus amarah yang menggebu.“K-Kevan?” Arletta menelan salivanya susah payah kala melihat Keevan ada di hadapannya. Seperti bumi yang berhenti pada porosnya, tubuh Arletta nyaris terhuyung ke belakang. Andai saja Arletta tak ingat kalau dirinya sedang menggendong Keanu—maka sudah pasti dia akan terjatuh akibat rasa terkejut.Arvin bergeming di tempatnya kala melihat Keevan. Benak Arvin bekerja akan apa yang Keevan ucapkan tadi. ‘Mer
Arletta berteriak dan berontak sekuat tenaga di kala Keevan menyeret paksa dirinya untuk kembali masuk ke dalam rumah pria itu. Penjaga dan pelayan yang ada di sana hanya bisa menonton tanpa bisa melakukan apa pun.Sekalipun Arletta menangis darah, tetap tidak akan ada yang berani membantu. Pasalnya, mereka tidak mungkin melawan Keevan Danuarga. Ya, seperti sekarang meski Arletta menangis dan berteriak—penjaga dan pelayan malah pergi menjauh dari Arletta dan Keevan.Keanu sudah diamankan di dalam kamar. Untungnya kamar Keanu kedap suara, jadi suara teriakan dan tangis Arletta tidak akan didengar oleh Keanu. Keevan sudah lebih dulu meminta Angga mengamankan Keanu, karena Keevan tahu dirinya dan Arletta pasti akan melewati pertengkaran hebat.“Bajingan kamu, Keevan! Lepasin aku! Kembalikan putraku! Biarkan aku dan putraku pergi!” teriak Arletta keras bercampur dengan tangisnya yang membasahi pipinya.Keevan tak mengindahkan ucapan Arletta. Pria itu tetap menarik tangan Arletta, membawa
“K-kamu mau apa, Keevan?” Arletta melangkah mundur menjauh dari Keevan yang semakin mendekat padanya. Raut wajah Arletta begitu panik kala kakinya terbentur di pinggir ranjang. “Aku hanya ingin membutikan kalau ucapan kamu itu bohong.” Keevan melempar kemejanya ke sembarangan.Arletta menelan salivanya susah payah kala melihat Keevan bertelanjang dada. Tubuh kekar, dada bidang, otot perut sempurna tercetak begitu jelas. Tubuh Keevan tercetak sangat menggoda. Pria itu layaknya dewa Adonis yang sempurna. Bahkan rasanya napas Arletta ingin berhenti melihat tubuh Keevan bertelajang dada. Buru-buru Arletta menepis otaknya yang mulai tak waras mengimajinasikan sesuatu. “K-kamu jangan macam-macam, Keevan! Aku bisa teriak kalau kamu melakukan hal yang kurang ajar!”“Ah? Kamu ingin berteriak? Silakan kamu coba teriak sekencang mungkin. Kamarku kedap suara. Sekalipun ada yang dengar, siapa yang bisa menolongmu, Letta? Kamu di bawah kendaliku.” Keevan berucap dengan senyuman misterius di waja
London, UK. Satu persatu salju turun cukup lebat di kota London. Beberapa jalanan penuh dengan balok es yang tertutup. Bahkan mobil-mobil yang kebetulan terparkir di pinggir jalan sudah tertutup oleh balok es. Salju turun masih bisa ditoleransi. Karena jika badai salju yang turun, maka pasti jalanan akan sepi. Tidak ada siapa pun di sana.“Papa … Mama … Keanu suka bermain salju,” pekik Keanu riang sambil melempar-lempar salju.“Keanu, pelan-pelan, Nak,” jawab Arletta dengan senyuman di wajahnya.Keanu tersenyum manis. “Mama tenang aja. Keanu anak pintar.”Arletta kembali tersenyum melihat Keanu yang ditemani Mirna bermain salju. Bocah laki-laki itu tengah membentu boneka salju. Untungnya, Keanu adalah anak cerdas. Cukup melihat satu kali contoh boneka salju, dia sudah mampu membuat boneka salju itu.Ya, London adalah kota di mana Keevan mengajak istri dan kedua anaknya berjalan-jalan. Musim salju adalah musim yang dipilih Keevan. Pria itu tahu pasti kedua anaknya akan senang jika dib
Sebuah gaun berwarna merah membalut tubuh Arletta begitu sempurna. Rambut panjang dan indah wanita itu digulung ke atas memperlihatkan leher jenjangnya. Kilauan kalung berlian di leher Arletta menyempurnakan penampilan wanita itu.Gaun merah yang dipakai Arletta sama seperti pakaian yang dipakai Arula. Ya, rupanya Arletta sengaja memesan dua gaun khusus untuknya dan Arula. Mereka layaknya kembar.Arula memiliki tubuh yang gemuk, kulit putih seperti boneka hidup, dan wajah yang sangat cantik. Arula perpaduan wajah Keevan dan Arletta. Tak heran jika banyak sekali yang gemas pada Arula. Karena memang balita kecil itu sangatlah cantik.Malam ini adalah malam di mana Arletta untuk hadir di pernikahan Arvin. Tentu Arletta tidak hanya datang sendiri saja. Wanita itu akan datang bersama dengan suami dan kedua anaknya.“Sayang, apa kamu udah siap?” Keevan masuk ke dalam walk-in closet sambil menggenggam tangan Keanu. Namun, seketika mata Keevan dan Keanu begitu berbinar kagum melihat penampila
“Udah selesai ngobrolnya?” Keevan menatap Arletta yang baru saja masuk ke dalam kamar pribadi yang ada di ruang kerjanya. Pria itu duduk di sofa kamar sambil memegang iPad.“Udah.” Arletta menatap Keanu dan Arula yang sekarang sudah tertidur pulas. “Keanu udah makan belum?” tanyanya.“Udah, tadi Keanu udah makan. Dia mengantuk sepertinya di sekolah, pelajarannya terlalu berat sampai membuatnya kecapean,” jawab Keevan dingin dan datar.Arletta duduk di samping Keevan. “Sayang, kamu nggak marah, kan?” tanyanya pelan dan hati-hati. Cukup dari nada bicara saja dia tahu kalau sang suami jengkel.Keevan meletakan iPad-nya ke atas meja dan menatap Arletta. “Apa yang aku duga bener, kan? Arvin itu udah lama naksir kamu.”“Keevan, aku nggak tahu. Arvin nggak pernah bilang kalau dia naksir aku,” jawab Arletta jujur. Selama ini memang Arvin tak pernah bilang padanya, kalau pria itu menyukainya. Dia hanya mendengar ucapan konyol Rima yang selalu bilang Arvin suka padanya.“Nggak perlu ngomong har
“Arletta, kamu ganti pakaian kamu. Aku mau ajak kamu ke kantor.”Kalimat yang Keevan ucap itu sedikit membuat Arletta terkejut. Arletta yang baru saja selesai menyusui Arula, langsung menatap Keevan lekat-lekat. Sangat jarang sekali suaminya mengajaknya untuk ke kantor. Apalagi sejak Arula sudah lahir. Arletta sangat jarang sekali pergi. Pun kalau pergi pasti Arletta pergi bersama dengan ibunya, ibu mertuanya, atau dengan Rima.“Sayang, kamu mau ajak aku ke kantor?” ulang Arletta memastikan. Dia takut kalau apa yang dia dengar ini salah.Keevan mengangguk sambil melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. “Ya, aku mau ajak kamu ke kantor. Tapi kita jemput Keanu dulu setelah itu kita ke kantor.”Hari ini Keevan sengaja berangkat ke kantor siang hari, karena memang dia ingin mengajak istri dan kedua anaknya untuk ke perusahaannya. Dia tahu sang istri merasa bosan di rumah. Jadi tak ada salahnya dia mengajak sang istri ke kantor demi mengurangi rasa jenuh.Arletta tersenyum m
Arletta bangun terlambat karena sepanjang malam mendapatkan serangan dari sang suami. Wanita itu bahkan tak menyiapkan sarapan, akibat kelelahan. Untungnya di rumahnya itu memiliki chef dan banyak pelayan. Jadi Arletta tak perlu repot untuk memasak.Keanu sudah berangkat sekolah. Arula tengah diajak pengasuhnya untuk berjemur. Sinar matahari pagi sangat baik untuk kulit. Sedangkan Arletta masih terbaring di ranjang, masih kelelahan.Tadi malam, Arletta baru bisa tertidur pada pukul tiga pagi. Lebih dari satu minggu tak bertemu dengan sang suami membuat suaminya itu seperti singa yang kelaparan. Tentu sebagai istri yang baik, Arletta wajib untuk melayani suaminya itu. Suara ketukan pintu terdengar. Refleks, Arletta yang tengah berbaring di ranjang, mengalihkan pandangannya melihat ke arah pintu dan meminta orang yang mengetuk pintu untuk masuk ke dalam.“Permisi, Bu.” Seorang pelayan melangkah menghampiri Arletta.Arletta menatap sang pelayan. “Iya? Ada apa?” tanyanya.“Bu, ini saya b
“Papa …” Keanu melompat-lompat gembira melihat Keevan yang baru saja turun dari mobil. Berikutnya, dia langsung menghamburkan tubuhnya ke Keevan. Refleks, Keevan menggendong Keanu dan menghujani putranya itu dengan kecupan.Arletta tersenyum melihat pemandangan itu. Bahkan Arula yang ada digendongannya juga nampak riang bertepuk tangan melihat Keevan sudah pulang. Tepatnya, tadi malam Keevan bilang kalau akan tiba di rumah pada pukul sepuluh pagi. Arletta senang karena Keevan menepati janjinya untuk pulang lebih cepat. Lihat saja Keanu sudah sangat senang melihat ayahnya pulang. Well, bukan hanya Keanu saja yang senang tapi juga Arletta serta Arula—si balita cantik nampak senang. Keevan melangkah mendekat ke arah Arletta sambil menggendong Keanu. Pria itu memberikan kecupan di bibir istrinya dan kecupan di pipi bulat Arula. “Maaf membuat kalian menunggu lama.”“Nggak apa-apa, Sayang. Yang penting kamu udah pulang sekarang.” Arletta memeluk lengan Keevan, dan memberikan kecupan di l
Dua tahun berlalu … “Mama, Keanu pulang…” Keanu berlari menghampiri Arletta yang sedang menggendong balita cantik dan gemuk. Tampak senyuman di wajah Arletta terlukis melihat Keanu sudah pulang.“Anak Mama yang paling ganteng udah pulang.” Arletta menundukan kepalanya mencium pipi bulat Keanu.Keanu tersenyum riang. “Sudah, Mama. Keanu sudah pulang. Mama Arula kenapa tidur pas Keanu belum pulang? Kan Keanu jadi nggak bisa main sama Arula.” Bibir Keanu tertekuk melihat adik cantiknya tertidur pulas digendongan Arletta.“Keanu cium Arula aja, ya, Nak. Tadi Arula udah nguap terus. Nanti kalau Arula udah bangun, Keanu boleh ajak Arula main.” Arletta mendekatkan Arula ke wajah Keanu.Keanu langsung menciumi lembut adiknya yang cantik dan menggemaskan itu.Arula Danuarga adalah putri kedua Keevan dan Arletta. Putri kedua Keevan dan Areletta itu sangat cantik dan gemuk. Tidak heran jika Keanu sangat gemas pada adiknya. Setiap kali Keanu pulang sekolah, maka selalu saja Keanu bermain dengan
Rima hampir saja jantungan mendapatkan undangan dari Arletta. Sebuah undangan yang tertulis jelas bahwa Arletta Pradipta akan menikah dengan Keevan Danuarga. Tidak, bukan hanya Rima saja yang terkejut, tapi juga seluruh devisi kantor Mahardika Company. Memang, banyak sekali gossip yang menceritakan tentang hubungan Arletta dan Keevan. Apalagi sejak family gathering Arletta digendong Keevan, tentu saja gossip hubungan antara Arletta dan Keevan begitu terdengar.Akan tetapi, seluruh karyawan Mahardika Company sama sekali tidak menyangka kalau hubungan Arletta dan Keevan akan berakhir sampai di pernikahan. Hal yang paling sama sekali tak mereka semua sangka adalah tentang gossip Arletta sudah memiliki anak berusia 4 tahun dari Keevan Danuarga.Selama ini, Arletta sangat tertutup rapat tentang kehidupan pribadinya. Bahkan Rima saja tak pernah tahu tentang kehidupan pribadi Arletta. Bukan tanpa sebab, itu semua karena Arletta tahu akan banyak orang yang besar kemungkinan memberikan koment
Obrolan hangat tercipta antara kedua orang tua Keevan dan kedua orang tua Arletta. Ya, sejak di mana Raka meminta orang tua Keevan untuk datang—detik itu juga Keevan langsung meminta kedua orang tuanya untuk datang ke Bali.Jarak Jakarta dan Bali sangat dekat membuat kedua orang tua Keevan bisa datang cepat. Pun memang kedua orang tua Keevan sudah ingin bertemu dengan kedua orang tua Arletta. Namun, kedua orang tua Keevan membiarkan Keevan yang bertemu dulu dengan kedua orang tua Arletta, karena mereka tahu bahwa Keevan harus meminta maaf pada kedua orang tua Arletta.“Rencana pernikahan Keevan dan Arletta lebih baik kita adakan secara meriah. Kita harus menyiapkan konsep terbaik.” Nadira nampak semangat membahas tentang pernikahan Keevan dan Arletta.“Aku setuju. Aku juga ingin pernikahan Keevan dan Arletta megah dan mewah,” jawab Melisa yang sependapat dengan ibu Keevan. Bagas dan Raka sama-sama tersenyum. Dua pria paruh baya itu sudah kalah jika membahas tentang pesta. Untuk urus