“Ma, sebenarnya kita mau pergi kemana, Ma?” Suara Keanu bertanya dengan tatapan polos menatap Arletta—yang terlihat seperti tengah menunggu seseorang. Sejak tadi Arletta mondar-mandi tidak jelas di hadapan Keanu. Itu yang membuat Keanu bingung. Bocah laki-laki itu duduk di sofa sambil memeluk robot dan mobil-mobilannya. Matanya mengerjap beberapa kali, menatap ibunya.Arletta mengatur napasnya, berusaha untuk setenang mungkin di kala pikirannya benar-benar dilingkupi rasa cemas yang mendalam. Berikutnya, langkah wanita itu terhenti kala mendengar pertanyaan putranya itu.Beberapa detik Arletta hening belum menjawab pertanyaan putranya. Otaknya berusaha mencari-cari jawaban yang paling tepat. Yang pasti dia tidak ingin membuat putranya mencurigai sesuatu.Arletta mendekat dan berucap lembut, “Kita akan pergi ke tempat yang jauh, Sayang. Keanu selalu ikut Mama, kan, Nak?”Mata Keanu mengerjap beberapa kali menatap Arletta dengan tatapan yang bingung dan tak mengerti. “Ke tempat yang jau
Suara bentakan keras dan menggelegar sontak membuat tubuh Arletta mematung. Seketika raut wajah Arletta memucat. Tubuh wanita itu menegang. Dia merasakan darahnya seperti terhenti tepat di kepalanya. Debaran jantung Arletta berpacu tak karuan. Tenggorokan Arletta tercekat. Napasnya bahkan seakan ingin berhenti mendengar suara berat yang begitu familiar di telinganya.Perlahan Arletta memberanikan diri untuk mengalihkan pandangannya pada sumber suara itu. Tampak sepasang iris mata cokelat di hadapannya sudah memberikan tatapan tajam—dan penuh peringatan sekaligus amarah yang menggebu.“K-Kevan?” Arletta menelan salivanya susah payah kala melihat Keevan ada di hadapannya. Seperti bumi yang berhenti pada porosnya, tubuh Arletta nyaris terhuyung ke belakang. Andai saja Arletta tak ingat kalau dirinya sedang menggendong Keanu—maka sudah pasti dia akan terjatuh akibat rasa terkejut.Arvin bergeming di tempatnya kala melihat Keevan. Benak Arvin bekerja akan apa yang Keevan ucapkan tadi. ‘Mer
Arletta berteriak dan berontak sekuat tenaga di kala Keevan menyeret paksa dirinya untuk kembali masuk ke dalam rumah pria itu. Penjaga dan pelayan yang ada di sana hanya bisa menonton tanpa bisa melakukan apa pun.Sekalipun Arletta menangis darah, tetap tidak akan ada yang berani membantu. Pasalnya, mereka tidak mungkin melawan Keevan Danuarga. Ya, seperti sekarang meski Arletta menangis dan berteriak—penjaga dan pelayan malah pergi menjauh dari Arletta dan Keevan.Keanu sudah diamankan di dalam kamar. Untungnya kamar Keanu kedap suara, jadi suara teriakan dan tangis Arletta tidak akan didengar oleh Keanu. Keevan sudah lebih dulu meminta Angga mengamankan Keanu, karena Keevan tahu dirinya dan Arletta pasti akan melewati pertengkaran hebat.“Bajingan kamu, Keevan! Lepasin aku! Kembalikan putraku! Biarkan aku dan putraku pergi!” teriak Arletta keras bercampur dengan tangisnya yang membasahi pipinya.Keevan tak mengindahkan ucapan Arletta. Pria itu tetap menarik tangan Arletta, membawa
“K-kamu mau apa, Keevan?” Arletta melangkah mundur menjauh dari Keevan yang semakin mendekat padanya. Raut wajah Arletta begitu panik kala kakinya terbentur di pinggir ranjang. “Aku hanya ingin membutikan kalau ucapan kamu itu bohong.” Keevan melempar kemejanya ke sembarangan.Arletta menelan salivanya susah payah kala melihat Keevan bertelanjang dada. Tubuh kekar, dada bidang, otot perut sempurna tercetak begitu jelas. Tubuh Keevan tercetak sangat menggoda. Pria itu layaknya dewa Adonis yang sempurna. Bahkan rasanya napas Arletta ingin berhenti melihat tubuh Keevan bertelajang dada. Buru-buru Arletta menepis otaknya yang mulai tak waras mengimajinasikan sesuatu. “K-kamu jangan macam-macam, Keevan! Aku bisa teriak kalau kamu melakukan hal yang kurang ajar!”“Ah? Kamu ingin berteriak? Silakan kamu coba teriak sekencang mungkin. Kamarku kedap suara. Sekalipun ada yang dengar, siapa yang bisa menolongmu, Letta? Kamu di bawah kendaliku.” Keevan berucap dengan senyuman misterius di waja
Pelupuk mata Arletta bergerak-gerak. Perlahan mata Arletta mulai terbuka—wanita itu meringis perih kala merasakan inti tubuh bagian bawahnya begitu nyeri. Tubuh Arletta terasa begitu remuk. Bahkan rasanya Arletta kesulitan untuk bergeser meski hanya sedikit saja.Saat mata Arletta telah terbuka, dia memijat tengkuk lehernya seraya mengedarkan pandangan ke sekitar. Lalu seketika tubuh Arletta menegang melihat dirinya berada di kamar milik Keevan. Aroma parfume maskulin Keevan pun telah menyeruak ke indra penciuman Arletta. Dada Arletta bergemuruh. Raut wajahnya memucat.Detik itu juga ingatan Arletta tergali akan kejadian kemarin. Buru-buru Arletta melihat ke tubuhnya sendiri—mata Arletta langsung memanas melihat tubuhnya polos tanpa sehelai benang pun. Hanya selimut tebal yang menutup tubuhnya.Napas Arletta tercekat. Tenggorokan wanita itu seperti ada yang menghalangi kuat. Dengan memberanikan diri, Arletta menoleh ke samping melihat ke ranjang—yang dia yakini Keevan masih ada di sam
Mata Arletta bergerak-gerak, menandakan mata wanita itu sebentar lagi akan terbuka. Perlahan-lahan di kala mata Arletta mulai terbuka—tatapan Arletta menangkap sosok pria yang tertidur pulas seraya memeluknya erat.Seketika raut wajah Arletta langsung berubah. Wanita itu memejamkan mata sebentar, malu akan apa yang dilihatnya itu. Arletta ingin melepaskan pelukan tangan kokoh yang sejak tadi begitu erat memeluknya, namun alih-alih bisa terlepas malah pelukan itu semakin erat.Ya, di samping Arletta adalah Keevan yang memeluknya begitu erat. Itu yang membuat raut wajah Arletta berubah. Ingatan Arletta pun langsung mengingat kejadian tiga jam lalu—di mana dirinya kembali mengulangi pergulatan panas dengan Keevan seperti tadi malam.Sungguh, jika mengingat itu tak pernah Arletta sangka kalau ini akan terjadi bahkan sampai berkali-kali. Arletta yakin dirinya sudah tak lagi waras. Kenapa dia mau disentuh oleh pria yang menorehkan luka padanya? Bodoh! Betapa bodoh dirinya sampai mau disentu
Keevan mondar-mandir tidak jelas di depan ruang gawat darurat. Pria itu langsung membawa Arletta ke rumah sakit. Otaknya saat ini tak mampu berpikir jernih. Rasa takut dalam dirinya menelusup ke dalam dirinya.Debaran jantung Keevan berpacu dengan kencang di kala rasa takut terus menyergap dirinya. Otak pria itu terus mengingat darah yang keluar di pergelangan tangan Arletta.“Berengsek!” Keevan meninju dinding, di kala kemarahan dalam dirinya menyulut tak lagi bisa terkendali.Keevan mengumpati kebodohannya yang tak menyadari kalau Arletta sudah bangun. Dia membenci otak Arletta yang berpikir ingin mengakhiri hidup. Padahal Keanu masih sangat membutuhkannya.Keevan mengusap wajahnya kasar. Untung Keanu tidak melihat Arletta pingsan dalam kondisi bersimbah darah. Jika saja tadi bocah laki-laki itu melihat Arletta, sudah pasti akan meninggalkan rasa takut pada putranya.Keevan mengatur napasnya, berusaha untuk bersikap tenang. Lalu, tiba-tiba terdengar suara pintu dari ruang pemeriksaa
Arletta diam seribu bahasa mendengar ucapan Keevan. Sepasang iris matanya menyimpan kerapuhan dan perasaan yang tak menentu. Hatinya merasakan sebuah rasa campur aduk. Arletta lelah dengan semua ini …“Kenapa, Keevan? Kenapa baru sekarang?” tanya Arletta lirih.“Aku memang bodoh, Letta. Kalau aja waktu bisa diputar, pasti aku memilih untuk nggak berangkat ke New York.” Keevan semakin mendekat, menatap Arletta penuh rasa bersalah. “Kalau kamu pikir, kamu bunuh diri bisa nyelesain masalah kita, kamu salah besar, Letta. Apa kamu nggak mikirin Keanu? Putra kita itu masih membutuhkan ibunya. Dia masih terlalu kecil untuk ditinggal ibunya, Letta.”Raut wajah Arletta berubah di kala Keevan menyebut nama ‘Keanu’. Hatinya langsung menjadi lemah. Tindakannya memang nekat tanpa sama sekali pikir panjang akan resiko yang ada di depan mata.Mata Arletta berkaca-kaca. “Aku ingin ketemu Keanu,”Keevan duduk di tepi ranjang seraya menyeka air mata Arletta yang sudah menetes jatuh membasahi pipi wani
London, UK. Satu persatu salju turun cukup lebat di kota London. Beberapa jalanan penuh dengan balok es yang tertutup. Bahkan mobil-mobil yang kebetulan terparkir di pinggir jalan sudah tertutup oleh balok es. Salju turun masih bisa ditoleransi. Karena jika badai salju yang turun, maka pasti jalanan akan sepi. Tidak ada siapa pun di sana.“Papa … Mama … Keanu suka bermain salju,” pekik Keanu riang sambil melempar-lempar salju.“Keanu, pelan-pelan, Nak,” jawab Arletta dengan senyuman di wajahnya.Keanu tersenyum manis. “Mama tenang aja. Keanu anak pintar.”Arletta kembali tersenyum melihat Keanu yang ditemani Mirna bermain salju. Bocah laki-laki itu tengah membentu boneka salju. Untungnya, Keanu adalah anak cerdas. Cukup melihat satu kali contoh boneka salju, dia sudah mampu membuat boneka salju itu.Ya, London adalah kota di mana Keevan mengajak istri dan kedua anaknya berjalan-jalan. Musim salju adalah musim yang dipilih Keevan. Pria itu tahu pasti kedua anaknya akan senang jika dib
Sebuah gaun berwarna merah membalut tubuh Arletta begitu sempurna. Rambut panjang dan indah wanita itu digulung ke atas memperlihatkan leher jenjangnya. Kilauan kalung berlian di leher Arletta menyempurnakan penampilan wanita itu.Gaun merah yang dipakai Arletta sama seperti pakaian yang dipakai Arula. Ya, rupanya Arletta sengaja memesan dua gaun khusus untuknya dan Arula. Mereka layaknya kembar.Arula memiliki tubuh yang gemuk, kulit putih seperti boneka hidup, dan wajah yang sangat cantik. Arula perpaduan wajah Keevan dan Arletta. Tak heran jika banyak sekali yang gemas pada Arula. Karena memang balita kecil itu sangatlah cantik.Malam ini adalah malam di mana Arletta untuk hadir di pernikahan Arvin. Tentu Arletta tidak hanya datang sendiri saja. Wanita itu akan datang bersama dengan suami dan kedua anaknya.“Sayang, apa kamu udah siap?” Keevan masuk ke dalam walk-in closet sambil menggenggam tangan Keanu. Namun, seketika mata Keevan dan Keanu begitu berbinar kagum melihat penampila
“Udah selesai ngobrolnya?” Keevan menatap Arletta yang baru saja masuk ke dalam kamar pribadi yang ada di ruang kerjanya. Pria itu duduk di sofa kamar sambil memegang iPad.“Udah.” Arletta menatap Keanu dan Arula yang sekarang sudah tertidur pulas. “Keanu udah makan belum?” tanyanya.“Udah, tadi Keanu udah makan. Dia mengantuk sepertinya di sekolah, pelajarannya terlalu berat sampai membuatnya kecapean,” jawab Keevan dingin dan datar.Arletta duduk di samping Keevan. “Sayang, kamu nggak marah, kan?” tanyanya pelan dan hati-hati. Cukup dari nada bicara saja dia tahu kalau sang suami jengkel.Keevan meletakan iPad-nya ke atas meja dan menatap Arletta. “Apa yang aku duga bener, kan? Arvin itu udah lama naksir kamu.”“Keevan, aku nggak tahu. Arvin nggak pernah bilang kalau dia naksir aku,” jawab Arletta jujur. Selama ini memang Arvin tak pernah bilang padanya, kalau pria itu menyukainya. Dia hanya mendengar ucapan konyol Rima yang selalu bilang Arvin suka padanya.“Nggak perlu ngomong har
“Arletta, kamu ganti pakaian kamu. Aku mau ajak kamu ke kantor.”Kalimat yang Keevan ucap itu sedikit membuat Arletta terkejut. Arletta yang baru saja selesai menyusui Arula, langsung menatap Keevan lekat-lekat. Sangat jarang sekali suaminya mengajaknya untuk ke kantor. Apalagi sejak Arula sudah lahir. Arletta sangat jarang sekali pergi. Pun kalau pergi pasti Arletta pergi bersama dengan ibunya, ibu mertuanya, atau dengan Rima.“Sayang, kamu mau ajak aku ke kantor?” ulang Arletta memastikan. Dia takut kalau apa yang dia dengar ini salah.Keevan mengangguk sambil melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. “Ya, aku mau ajak kamu ke kantor. Tapi kita jemput Keanu dulu setelah itu kita ke kantor.”Hari ini Keevan sengaja berangkat ke kantor siang hari, karena memang dia ingin mengajak istri dan kedua anaknya untuk ke perusahaannya. Dia tahu sang istri merasa bosan di rumah. Jadi tak ada salahnya dia mengajak sang istri ke kantor demi mengurangi rasa jenuh.Arletta tersenyum m
Arletta bangun terlambat karena sepanjang malam mendapatkan serangan dari sang suami. Wanita itu bahkan tak menyiapkan sarapan, akibat kelelahan. Untungnya di rumahnya itu memiliki chef dan banyak pelayan. Jadi Arletta tak perlu repot untuk memasak.Keanu sudah berangkat sekolah. Arula tengah diajak pengasuhnya untuk berjemur. Sinar matahari pagi sangat baik untuk kulit. Sedangkan Arletta masih terbaring di ranjang, masih kelelahan.Tadi malam, Arletta baru bisa tertidur pada pukul tiga pagi. Lebih dari satu minggu tak bertemu dengan sang suami membuat suaminya itu seperti singa yang kelaparan. Tentu sebagai istri yang baik, Arletta wajib untuk melayani suaminya itu. Suara ketukan pintu terdengar. Refleks, Arletta yang tengah berbaring di ranjang, mengalihkan pandangannya melihat ke arah pintu dan meminta orang yang mengetuk pintu untuk masuk ke dalam.“Permisi, Bu.” Seorang pelayan melangkah menghampiri Arletta.Arletta menatap sang pelayan. “Iya? Ada apa?” tanyanya.“Bu, ini saya b
“Papa …” Keanu melompat-lompat gembira melihat Keevan yang baru saja turun dari mobil. Berikutnya, dia langsung menghamburkan tubuhnya ke Keevan. Refleks, Keevan menggendong Keanu dan menghujani putranya itu dengan kecupan.Arletta tersenyum melihat pemandangan itu. Bahkan Arula yang ada digendongannya juga nampak riang bertepuk tangan melihat Keevan sudah pulang. Tepatnya, tadi malam Keevan bilang kalau akan tiba di rumah pada pukul sepuluh pagi. Arletta senang karena Keevan menepati janjinya untuk pulang lebih cepat. Lihat saja Keanu sudah sangat senang melihat ayahnya pulang. Well, bukan hanya Keanu saja yang senang tapi juga Arletta serta Arula—si balita cantik nampak senang. Keevan melangkah mendekat ke arah Arletta sambil menggendong Keanu. Pria itu memberikan kecupan di bibir istrinya dan kecupan di pipi bulat Arula. “Maaf membuat kalian menunggu lama.”“Nggak apa-apa, Sayang. Yang penting kamu udah pulang sekarang.” Arletta memeluk lengan Keevan, dan memberikan kecupan di l
Dua tahun berlalu … “Mama, Keanu pulang…” Keanu berlari menghampiri Arletta yang sedang menggendong balita cantik dan gemuk. Tampak senyuman di wajah Arletta terlukis melihat Keanu sudah pulang.“Anak Mama yang paling ganteng udah pulang.” Arletta menundukan kepalanya mencium pipi bulat Keanu.Keanu tersenyum riang. “Sudah, Mama. Keanu sudah pulang. Mama Arula kenapa tidur pas Keanu belum pulang? Kan Keanu jadi nggak bisa main sama Arula.” Bibir Keanu tertekuk melihat adik cantiknya tertidur pulas digendongan Arletta.“Keanu cium Arula aja, ya, Nak. Tadi Arula udah nguap terus. Nanti kalau Arula udah bangun, Keanu boleh ajak Arula main.” Arletta mendekatkan Arula ke wajah Keanu.Keanu langsung menciumi lembut adiknya yang cantik dan menggemaskan itu.Arula Danuarga adalah putri kedua Keevan dan Arletta. Putri kedua Keevan dan Areletta itu sangat cantik dan gemuk. Tidak heran jika Keanu sangat gemas pada adiknya. Setiap kali Keanu pulang sekolah, maka selalu saja Keanu bermain dengan
Rima hampir saja jantungan mendapatkan undangan dari Arletta. Sebuah undangan yang tertulis jelas bahwa Arletta Pradipta akan menikah dengan Keevan Danuarga. Tidak, bukan hanya Rima saja yang terkejut, tapi juga seluruh devisi kantor Mahardika Company. Memang, banyak sekali gossip yang menceritakan tentang hubungan Arletta dan Keevan. Apalagi sejak family gathering Arletta digendong Keevan, tentu saja gossip hubungan antara Arletta dan Keevan begitu terdengar.Akan tetapi, seluruh karyawan Mahardika Company sama sekali tidak menyangka kalau hubungan Arletta dan Keevan akan berakhir sampai di pernikahan. Hal yang paling sama sekali tak mereka semua sangka adalah tentang gossip Arletta sudah memiliki anak berusia 4 tahun dari Keevan Danuarga.Selama ini, Arletta sangat tertutup rapat tentang kehidupan pribadinya. Bahkan Rima saja tak pernah tahu tentang kehidupan pribadi Arletta. Bukan tanpa sebab, itu semua karena Arletta tahu akan banyak orang yang besar kemungkinan memberikan koment
Obrolan hangat tercipta antara kedua orang tua Keevan dan kedua orang tua Arletta. Ya, sejak di mana Raka meminta orang tua Keevan untuk datang—detik itu juga Keevan langsung meminta kedua orang tuanya untuk datang ke Bali.Jarak Jakarta dan Bali sangat dekat membuat kedua orang tua Keevan bisa datang cepat. Pun memang kedua orang tua Keevan sudah ingin bertemu dengan kedua orang tua Arletta. Namun, kedua orang tua Keevan membiarkan Keevan yang bertemu dulu dengan kedua orang tua Arletta, karena mereka tahu bahwa Keevan harus meminta maaf pada kedua orang tua Arletta.“Rencana pernikahan Keevan dan Arletta lebih baik kita adakan secara meriah. Kita harus menyiapkan konsep terbaik.” Nadira nampak semangat membahas tentang pernikahan Keevan dan Arletta.“Aku setuju. Aku juga ingin pernikahan Keevan dan Arletta megah dan mewah,” jawab Melisa yang sependapat dengan ibu Keevan. Bagas dan Raka sama-sama tersenyum. Dua pria paruh baya itu sudah kalah jika membahas tentang pesta. Untuk urus