“Udah selesai ngobrolnya?” Keevan menatap Arletta yang baru saja masuk ke dalam kamar pribadi yang ada di ruang kerjanya. Pria itu duduk di sofa kamar sambil memegang iPad.“Udah.” Arletta menatap Keanu dan Arula yang sekarang sudah tertidur pulas. “Keanu udah makan belum?” tanyanya.“Udah, tadi Keanu udah makan. Dia mengantuk sepertinya di sekolah, pelajarannya terlalu berat sampai membuatnya kecapean,” jawab Keevan dingin dan datar.Arletta duduk di samping Keevan. “Sayang, kamu nggak marah, kan?” tanyanya pelan dan hati-hati. Cukup dari nada bicara saja dia tahu kalau sang suami jengkel.Keevan meletakan iPad-nya ke atas meja dan menatap Arletta. “Apa yang aku duga bener, kan? Arvin itu udah lama naksir kamu.”“Keevan, aku nggak tahu. Arvin nggak pernah bilang kalau dia naksir aku,” jawab Arletta jujur. Selama ini memang Arvin tak pernah bilang padanya, kalau pria itu menyukainya. Dia hanya mendengar ucapan konyol Rima yang selalu bilang Arvin suka padanya.“Nggak perlu ngomong har
Sebuah gaun berwarna merah membalut tubuh Arletta begitu sempurna. Rambut panjang dan indah wanita itu digulung ke atas memperlihatkan leher jenjangnya. Kilauan kalung berlian di leher Arletta menyempurnakan penampilan wanita itu.Gaun merah yang dipakai Arletta sama seperti pakaian yang dipakai Arula. Ya, rupanya Arletta sengaja memesan dua gaun khusus untuknya dan Arula. Mereka layaknya kembar.Arula memiliki tubuh yang gemuk, kulit putih seperti boneka hidup, dan wajah yang sangat cantik. Arula perpaduan wajah Keevan dan Arletta. Tak heran jika banyak sekali yang gemas pada Arula. Karena memang balita kecil itu sangatlah cantik.Malam ini adalah malam di mana Arletta untuk hadir di pernikahan Arvin. Tentu Arletta tidak hanya datang sendiri saja. Wanita itu akan datang bersama dengan suami dan kedua anaknya.“Sayang, apa kamu udah siap?” Keevan masuk ke dalam walk-in closet sambil menggenggam tangan Keanu. Namun, seketika mata Keevan dan Keanu begitu berbinar kagum melihat penampila
London, UK. Satu persatu salju turun cukup lebat di kota London. Beberapa jalanan penuh dengan balok es yang tertutup. Bahkan mobil-mobil yang kebetulan terparkir di pinggir jalan sudah tertutup oleh balok es. Salju turun masih bisa ditoleransi. Karena jika badai salju yang turun, maka pasti jalanan akan sepi. Tidak ada siapa pun di sana.“Papa … Mama … Keanu suka bermain salju,” pekik Keanu riang sambil melempar-lempar salju.“Keanu, pelan-pelan, Nak,” jawab Arletta dengan senyuman di wajahnya.Keanu tersenyum manis. “Mama tenang aja. Keanu anak pintar.”Arletta kembali tersenyum melihat Keanu yang ditemani Mirna bermain salju. Bocah laki-laki itu tengah membentu boneka salju. Untungnya, Keanu adalah anak cerdas. Cukup melihat satu kali contoh boneka salju, dia sudah mampu membuat boneka salju itu.Ya, London adalah kota di mana Keevan mengajak istri dan kedua anaknya berjalan-jalan. Musim salju adalah musim yang dipilih Keevan. Pria itu tahu pasti kedua anaknya akan senang jika dib
Suara dentuman musik memekak telinga. Seorang gadis cantik melangkah memasuki klub malam itu. Tampak beberapa kali pria berusaha menggoda gadis itu. Akan tetapi sang gadis cantik itu mengabaikan dan menghindar dari pria-pria yang berusaha menggodanya.Aroma alkohol bercampur dengan rokok begitu menyeruak ke indra penciuman gadis itu. Para pelayan berpakaian seksi mondar-mandir mengantarkan pesanan. Sesaat gadis itu melihat banyak sekali pasangan yang saling bercumbu mesra. Pipi gadis itu merona merah kala melihat pemandangan di mana banyak pasangan saling bercumbuArletta Pradipta untuk pertama kalinya mendatangi klub malam hanya demi menghadiri pesta kelulusan Keevan Danuarga—senior kampusnya yang merupakan cinta pertamanya. Malam ini Arletta berpenampilan cantik demi Keevan. Jika biasanya Arletta berpenampilan tertutup kali ini dia berpenampilan sedikit terbuka.“Keevan?” Arletta tersenyum kala menemukan keberadan Keevan. Gadis itu segera melangkah mendekat ke arah Keevan yang ten
“Astaga, apa yang telah aku lakukan? Aku benar-benar sudah gila. Kenapa aku bisa sampai melakukannya? Bagaimana ini?”Arletta menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Ingatannya kembali berputar tentang kejadian tadi malam. Sentuhan Keevan, dan tatapan Keevan yang memuja setiap inci tubuhnya selalu muncul dalam benak Arletta.Kejadian malam itu tidak akan mungkin terlupakan. Bahkan kini Arletta bisa melihat dengan jelas dari pantulan cermin banyaknya bercak kemerahan di dadanya. Sebuah tanda yang telah dibuat oleh Keevan, mengisyaratkan dia telah menjadi milik pria itu. Jika membayangkannnya, sungguh perasaan Arletta sulit digambarkan. Bahagia, sedih, dan takut melebur menjadi satu.Arletta bahagia karena akhirnya bisa menjadi milik Keevan seutuhnya. Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri ada perasaan sedih dan takut. Banyak hal yang muncul di benaknya setelah menyerahkan dirinya pada Keevan.“Arletta, setelah ini Keevan pasti akan mencintaimu. Dia pasti akan mencintaimu.” Arletta beruc
Satu bulan kemudian… Arletta menatap nanar benda pipih yang ada di tangannya. Sebuah testpack dengan hasil dua garis membuat tubuh Arletta membatu. Dia menggelengkan kepalanya meyakinkan apa yang dia lihat ini salah. Tapi tidak, apa yang dia lihat ini tidaklah salah. Hasil yang tertera di hadapannya sangatlah nyata.“Tidak, ini tidak mungkin.” Arletta menjatuhkan tubuhnya, bersimpuh di lantai. Bulir air matanya mulai berlinang membasahi pipinya. Dia tampak begitu ketakutan. Dia bahkan tidak tahu harus bagaimana. Saat ini dia mengandung anak Keevan—pria yang jelas-jelas telah membuangnnya layaknya sampah.Sejak di mana Keevan memintanya untuk tidak lagi mengganggu, Arletta sudah menjauh dari hidup Keevan. Tapi sekarang? Dia harus di hadapakan dengan kenyataan mengandung anak dari pria yang telah membuangnya. Arletta tidak tahu harus bagaimana sekarang, dia tidak mungkin menggugurkan bayi yang ada di kandungannya.Membunuh bayi yang ada di kandungannya adalah sebuah dosa besar yang tid
Lima tahun berlalu… Seorang pria berperawakan tampan, dengan tubuh tinggi tegap melangkahkan kakinya keluar dari lobby bandara. Pria itu memiliki struktur wajah yang sempurna. Hidung mancung menjulang melebihi bibir tipis merah muda. Rahang tegas dan ditumbuhi bulu-bulu membuat pria itu benar-benar terlihat jantan dan matang.Keevan Danuarga—seorang arsitek muda baru saja kembali dari New York. Setelah lima tahun meninggalkan Jakarta, membuat Keevan sedikit merindukan kota kelahirannya. Dan tahun ini, Kaivan kembali ke Jakarta karena harus memimpin perusahaan keluarganya. Jakarta adalah kota kelahiran dan kota di mana dirinya dibesarkan.“Selamat pagi, Pak Keevan,” sapa Angga—asisten pribadi Keevan. Pria dengan berpakaian formal kantor itu menyambut Keevan dengan penuh sopan.“Apa jadwalku hari ini, Angga?” tanya Keevan dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.“Hari ini kita memiliki meeting dengan para arsitek, Pak. Perusahaan pribadi milik Anda beberapa tahun ini berkembang sangat
“Keevan.”Arletta bergumam lirih memanggil nama yang sudah lama tak pernah keluar dari mulutnya. Dia kembali dipertemukan dengan sosok pria yang telah berhasil menorehkan luka begitu dalam padanya.Jantung Arletta berdetak semakin kencang tak karuan mendengar nama yang sudah lama tak dia sebut. Debaran jantungnya tetap sama. Dia tetap berdebar melihat keberadaan sosok pria yang sudah lama tak dia jumpai.Mata Arletta berembun bahkan nyaris mengeluarkan air mata. Akan tetapi, dia tak akan membiarkan air matanya terjatuh membasahi pipinya. Di hadapan semua orang, dia tidak akan menjadi sosok yang lemah. Arletta menggelengkan kepalanya tegas, berusaha meneguhkan hatinya bahwa dirinya kuat dan mampu melewati semua ini.Arletta sama sekali tidak menyangka CEO dari perusahaan barunya bekerja adalah pria yang telah menghancurkan hidupnya. Pria yang bahkan tak ingin lagi dia lihat. Tapi sepertinya takdir sedang mengajak dirinya bercanda.Sungguh, andai saja Arletta tahu Mahardika Company adal