Arletta diam seribu bahasa mendengar ucapan Keevan. Sepasang iris matanya menyimpan kerapuhan dan perasaan yang tak menentu. Hatinya merasakan sebuah rasa campur aduk. Arletta lelah dengan semua ini …“Kenapa, Keevan? Kenapa baru sekarang?” tanya Arletta lirih.“Aku memang bodoh, Letta. Kalau aja waktu bisa diputar, pasti aku memilih untuk nggak berangkat ke New York.” Keevan semakin mendekat, menatap Arletta penuh rasa bersalah. “Kalau kamu pikir, kamu bunuh diri bisa nyelesain masalah kita, kamu salah besar, Letta. Apa kamu nggak mikirin Keanu? Putra kita itu masih membutuhkan ibunya. Dia masih terlalu kecil untuk ditinggal ibunya, Letta.”Raut wajah Arletta berubah di kala Keevan menyebut nama ‘Keanu’. Hatinya langsung menjadi lemah. Tindakannya memang nekat tanpa sama sekali pikir panjang akan resiko yang ada di depan mata.Mata Arletta berkaca-kaca. “Aku ingin ketemu Keanu,”Keevan duduk di tepi ranjang seraya menyeka air mata Arletta yang sudah menetes jatuh membasahi pipi wani
Dokter telah mengizinkan Arletta untuk kembali pulang ke rumah. Luka yang diderita wanita itu tidaklah parah. Hal tersebut yang membuat dokter memberikan izin untuk Arletta pulang.Jujur, memang Arletta sudah tidak betah jika berlama-lama di rumah sakit. Wanita itu ingin segera kembali ke rumah, karena sangat merindukan putra kesayangannya. Selama di rumah sakit, Arletta cenderung pendiam. Dia tidak banyak bicara, karena dia sudah merasa lelah dengan segalanya.Arletta tidak mau banyak berpikir apa pun. Yang dia pikirkan sekarang adalah segera bertemu dengan putranya. Dia sangat merindukan putranya. Masalah akan selalu ada, dan dia memutuskan menyingkirkan masalah itu demi putra kesayangannya.“Letta, kamu udah siap?” Keevan mendekat ke arah Arletta yang kini duduk di kursi roda—bersiap untuk segera pulang.Arletta mengangguk. “Udah, aku udah siap.”Tanpa banyak bertanya, Keevan mendorong kursi roda Arletta—membawa wanita itu keluar dari ruang rawatnya. Barang-barang Arletta tadi suda
Arletta tak menyangka akan mandi bersama dengan Keevan. Memang mereka tak melakukan apa pun. Hanya saja Arletta tidak mengira kalau dirinya mau mandi bersama dengan Keevan. Bahkan Arletta sangat patuh kala Keevan mengajaknya berendam bersama.Selama berendam, tidak terlalu banyak obrolan yang mereka lakukan. Baik Arletta dan Keevan cenderung hanya diam dan menikmati air hangat yang menyentuh kulit mereka.Keevan memang telah meminta kesempatan kedua pada Arletta, namun sampai detik ini Arletta meminta Keevan untuk menunggu. Pasalnya, memang hati Arletta belum siap untuk memberikan jawaban.Arletta masih bimbang dengan keputusannya. Semua perasaan yang dia rasakan saat ini benar-benar tidaklah menentu. Arletta belum bisa mengambil keputusan apa pun. Sekalipun Keevan adalah ayah biologis Keanu, tetap saja Arletta tak bisa mengambil keputusan. Arletta tidak ingin menjadikan Keanu sebagai alasan dia menerima Keevan kembali.Waktu menunjukan pukul satu siang. Arletta sudah mengganti pakaia
Tubuh Nadira nyaris tumbang mendengar apa yang dikatakan oleh Keevan. Jika saja, Bagas tak menangkap tubuh Nadira, sudah pasti Nadira tersungkur jatuh di lantai bahkan pingsan akibat mendengar ucapan Keevan. Tampak Nadira dan Bagas sama-sama menunjukan raut wajah yang begitu pucat.Nadira melebarkan mata dan bibirnya tak menyangka akan apa yang dia dengar ini. Lidahnya seakan kelu. Tidak sanggup mengeluarkan kata-kata. Pun Bagas sama sekali tidak menyangka akan apa yang dia dengar ini.Bukan hanya Nadira dan Bagas yang terkejut, tapi juga Arletta. Ya, Arletta terkejut mendengar ucapan Keevan yang mengatakan bahwa mereka akan menikah. Padahal Arletta sama sekali tak bilang apa pun pada Keevan. Ucapan Keevan itu bisa menjadi boomerang. Sungguh, sekarang Arletta tidak bisa membayangkan jika sampai orang tua Keevan memercayai ucapan gila Keevan. Ini benar-benar di luar akal sehatnya.Bagas merengkuh bahu istrinya. Napas pria paruh baya itu sedikit sesak akibat begitu terkejut. “Apa maksu
Aroma pengharum ruangan lavender menyeruak ke indra penciuman Arletta memasuki ruangan di mana dirinya dan Nadira berada. Arletta mengendarkan pandangannya ke sekitar—nuansa navy begitu kental di kamar itu.“Ini kamar masa kecil Keevan. Aku nggak merombak apa pun kamar masa kecil Keevan, karena aku tahu pasti aku akan merindukan moment Keevan waktu kecil,” ujar Nadira menceritakan bahwa kamar yang dia datangi bersama dengan Arletta adalah kamar masa kecil Keevan.“Kamar yang indah,” puji Arletta lembut dengan tatapan hangat menatap kamar masa kecil Keevan. Meski sudah lama, tapi nuansa kamar tetap rapi dan sangat indah. Itu menandakan kamar masa kecil Keevan ini begitu dirawat.Nadira mengambil bingkai foto Keevan yang seusia Keanu. “Lihatlah foto ini. Mirip sekali dengan Keanu, kan?” ujarnya seraya memberikan bingkai foto di tangannya pada Arletta.Arletta mengambil bingkai foto itu, memperhatikan dengan seksama wajah yang ada di bingkai foto itu. Lalu, senyuman di wajah Arletta pun
Arletta dan Keevan tidak bisa pulang, karena Nadira dan Bagas melarang mereka pulang. Tentu alasannya, karena Nadira dan Bagas masih ingin bermain dengan Keanu. Kedua orang tua Keevan itu meminta Arletta dan Keevan menginap satu malam. Mereka masih ingin bermain dengan Keanu. Tidak hanya bermain saja, tapi mereka juga ingin tidur bersama dengan cucu mereka.Hadirnya Keanu telah memberikan warna baru di keluarga Keevan. Keanu adalah sosok bocah laki-laki yang periang dan menggemaskan. Tak heran jika semua orang sangatlah menyukai Keanu. Untungnya, Keanu bisa langsung dekat dengan kedua orang tua Keevan.Tentu baik Arletta dan Keevan sama sekali tidak melarang Keanu dekat dengan Nadira dan Bagas. Arletta mengerti akan Nadira dan Bagas yang sangat menginginkan cucu dari Keevan sejak lama.Sekarang, impian Nadira dan Bagas sudah terwujud. Bahkan cucu mereka sudah besar dan bisa diajak main. Hal tersebut yang membuat Nadira dan Bagas berat memperbolehkan Keanu untuk pulan.“Arletta,” pangg
Keevan diam melihat Arletta meluapkan segala kemarahan padanya. Dia membiarkan itu, agar Arletta bisa puas memarahi ataupun memaki dirinya. Keevan menyadari bahwa memang dirinya di masa lalu sangatlah berengsek.“Kamu jahat, Keevan! Aku benci kamu!” Arletta memukuli dada bidang Keevan berkali-kali. Tangisnya semakin keras saat mengatakan itu.Lagi, Keevan tetap diam ketika Arletta memukuli dadanya. Pukulan Arletta tak sebanding dengan luka yang Arletta rasakan. Keevan sangat menyesali apa yang telah terjadi. Penderitaan Arletta di masa lalu sangatlah menyakitkan. Keevan memaklumi jika sekarang Arletta tidak bisa memaafkannya dengan mudah. “Aku benci kamu! Berhenti ingetin aku tentang masa laluku yang bodoh!” Arletta tak henti memukuli dada bidang Keevan. Emosinya meluap, tidak lagi bisa tertahankan. Perlahan, tangis Arletta mulai mengecil di kala wanita itu benar-benar merasa lelah dengan semua yang ada. Arletta ingin berteriak sekeras mungkin, namun energy-nya sudah habis akibat m
Bibir Arletta menaut di bibir Keevan. Bibir mereka saling menyesap satu sama lain. Dua insan itu berciuman dengan penuh kelembutan dan damba. Tangan nakal Keevan memberikan remasan di payudara Arletta.“K-Keevan,” desah Arletta di sela-sela ciuman itu.“Aku kangen kamu,” bisik Keevan seraya menyelipkan tangannya ke dress Arletta, dan mengusap-usap puting payudara Arletta dengan lembut—hingga membuat sekujur tubuh Arletta bergelinjang tak menentu.Saat ini Arletta telah dibawa oleh Keevan ke hotel yang letaknya tak jauh dari taman yang mereka kunjungi. Keevan sengaja tak langsung mengajak Arletta pulang, karena pria itu ingin menghabiskan waktu bersama. Keevan mendorong tubuh Arletta hingga terbaring di ranjang, dia menindih tubuh Arletta tanpa melepaskan tautan bibir itu. Tampak napas Arletta sedikit terengah-engah kesulitan mengimbangi ciuman itu.“K-Keevan,” desah Arletta.Keevan melucuti dress Arletta, melemparnya ke sembarangan arah. “Aku kangen, Letta. Please, kasih aku.” Dia me