Home / Fantasi / Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna / 2. Kembali ke Masa Lalu (Part 1)

Share

2. Kembali ke Masa Lalu (Part 1)

Author: Aurora
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Ketika Ariana membuka matanya lagi, dia malah mendapati bahwa dia masih bernapas dan terbaring di kasur empuk yang sudah lama tidak dia rasakan. Alis Ariana langsung berkerut ketika dia merasakan perasaan aneh pada tubuhnya sendiri. Jatuh dari ketinggian itu seharusnya menghancurkan tubuhnya sampai tidak berbentuk. Namun kali ini, bukan hanya dia tidak lagi merasakan perasaan tidak nyaman apa pun di seluruh tubuhnya, Ariana juga sadar bahwa dia kembali bisa menggerakkan bagian tubuhnya yang seharusnya lumpuh karena racun yang dia konsumsi.

Apakah jatuh dari ketinggian bisa menyembuhkan racun yang bersarang di tubuhnya? Ariana pikir itu tidak mungkin. Ariana tidak pernah tahu bahwa ada metode semacam itu untuk menetralkan racun yang bahkan tidak bisa disembuhkan dokter terbaik. Belum lagi tubuhnya terlalu baik-baik saja untuk seseorang yang baru saja jatuh dari ketinggian. Ariana mencoba bangkit, saat secara kebetulan pintu di ruangan itu dibuka oleh seseorang.

"Anda sudah sadar, Nona Aria. Tolong ijinkan saya memanggil dokter terlebih dahulu."

Tidak ada yang bisa menggambarkan rasa terkejut Ariana saat dia melihat pelayan setia kakeknya, James masuk ke kamarnya sebelum pria itu akhirnya keluar lagi. Pria itu seharusnya sudah meninggal tidak lama setelah kakeknya meninggal. Ariana melihat dengan matanya sendiri saat mayatnya dimasukan ke dalam peti mati. Sedikit harapan muncul di hati Ariana saat dia melihat pria itu. Mungkin, Ariana pikir. Dia tengah berada di akhirat dan benar-benar bertemu dengan keluarganya lagi.

Ariana tidak terburu-buru bangun saat dia menunggu pria itu untuk kembali ke kamarnya lagi. Sambil menunggu, Ariana akhirnya memiliki kesempatan untuk menatap tubuhnya dengan seksama. Tubuh dewasanya mengecil dan kembali saat dia berusia dua atau tiga belas tahun. Dulu orang tuanya selalu bercerita bahwa orang yang sudah meninggal akan berubah menjadi sosok di tahun paling bahagianya. Ariana semakin tidak meragukan tebakannya, saat dia mulai percaya bahwa dia benar-benar sudah mati dan menjadi roh saat dia masih muda saat ini.

Pintu dibuka kembali dan James masuk bersama dengan seorang dokter di belakangnya. Walaupun Ariana sedikit aneh karena dokter bahkan ada di akhirat, dia tetap tidak menolak saat dokter tersebut mulai memeriksanya dan melakukan pekerjaannya dengan ekspresi serius. Masih dalam keadaan linglung, Ariana menatap wajah James dengan tatapan rindu. Di rumah kakeknya yang dingin, hanya James yang selalu berusaha untuk membuatnya nyaman di tempat itu. Sayang Ariana begitu buta untuk menyadari usaha orang-orang yang sayang padanya di masa lalu. Ariana terlalu fokus dengan usahanya untuk menarik perhatian sang kakek, sampai mengabaikan bahwa James juga peduli padanya selama pria itu masih hidup.

"Maafkan aku, James."

Tiba-tiba mendapatkan ucapan maaf dari nona kecilnya, James tersenyum lembut saat dia menepuk lembut tangan kecil gadis tersebut. "Tidak apa-apa, Nona Muda. Saya yakin, Nona sendiri terkejut dengan semua yang terjadi akhir-akhir ini. Ini salah saya karena kurang memerhatikan Nona. Saya harap, Nona masih mau memaafkan kekurangan pelayan ini."

Mata Ariana menyendu saat dia mendengar ucapan James. "Ya, aku benar-benar terkejut," bisiknya lemah saat dia mengingat lagi momen terakhir sebelum kematiannya. Segalanya tiba-tiba terbongkar semudah itu sebelum kematiannya. Emilio dan ibunya yang mengkhianati keluarganya, wilayahnya yang sengsara setelah dia diracuni, dan fakta bahwa kematian keluarganya terjadi karena adanya campur tangan dari pihak ketiga.

Air mata tanpa sadar menggenang di mata Ariana saat dia mengingat semua itu. Dia benar-benar malu dengan dirinya sendiri. Terbutakan oleh cinta, dia bahkan tidak mampu melihat skema jahat orang yang dia percaya pada keluarganya.

Melihat nona kecilnya tiba-tiba menangis lagi, James merasa hatinya teriris saat dia menatap Ariana dengan tatapan sedih.

"Apa Nona merasa tidak nyaman? Ini akan segera berakhir. Bagaimana jika kita membuat kue coklat kesukaan Nona saat Anda sudah sembuh nanti? Kita bisa membuatnya bersama-sama. Saya selalu ingat bahwa kue coklat buatan Nona adalah yang terenak di seluruh kerajaan."

Ariana mencoba yang terbaik untuk menghentikan air matanya saat dia melihat James dengan susah payah berusaha untuk menghiburnya. Ungkapan bahwa kuenya merupakan kue terenak di kerajaan selalu berhasil menghibur Ariana di masa lalu. Bohong jika Ariana mengatakan bahwa dia tidak merindukan hiburan kecil semacam itu. Bibirnya berusaha menampilkan sebuah senyum, saat gadis itu melakukan yang terbaik untuk mengangguk pada James.

"Tuan, Nona Aria sudah berada dalam kondisi yang stabil untuk saat ini. Tolong pastikan saja Nona Aria tidak kelelahan dan memakan makanan yang ringan bagi perut untuk sementara. Saya akan datang untuk memeriksa Nona Aria lagi nanti."

"Baiklah. Terima kasih."

Ariana menyaksikan saat James mengantar dokter yang ikut bersamanya untuk keluar dari ruangan yang Ariana gunakan. Gadis itu baru saja hendak mencari posisi yang nyaman untuk berbaring, saat sosok lain ikut memasuki kamarnya dengan momentum yang kuat.

Melihat wajah dingin pria yang baru saja memasuki kamarnya, Ariana tidak bisa menahan air matanya lagi saat dia tersenyum pahit sambil menatap pria itu. Pria itu adalah orang yang menjaganya setelah kematian orang tuanya di masa lalu sekaligus pria sama yang selalu disalahpahami oleh Ariana di masa lalu. Kakeknya, pemegang gelar Duke of Alison pada masa hidupnya.

Melihat cucu kecilnya menangis saat anak itu melihatnya, pria itu sedikit tidak senang saat dia segara menatap James yang masih membungkuk kecil di sebelahnya.

"Apa yang terjadi di sini?"

"Nona Aria secara tidak sengaja jatuh ke kolam saat dia tengah bermain di halaman belakang. Nona Aria demam selama tiga hari sebelum dokter akhirnya menyatakan bahwa Nona sudah baik-baik saja sekarang. Untuk sementara waktu ... Ada baiknya jika kita membiarkan Nona Aria beristirahat sebanyak-banyaknya dan makan makanan yang tidak akan membebani perutnya."

Alis Ariana sedikit berkerut saat dia mendengar penjelasan dari James. Rasanya, kejadian semacam ini pernah terjadi juga di masa lalu. Ariana tengah mencoba untuk menggali ingatannya, saat suara dingin kekeknya kembali menyapa indra pendengarannya.

"Jika dia baik-baik saja, mengapa dia langsung menangis saat dia menatap wajahku? Apa orang tuamu pernah mengajarkanmu untuk bertindak kurang aja begitu padaku?"

Kali ini, kalimat terakhir langsung ditunjukan pada Ariana yang terus saja diabaikan sejak tadi. Gadis itu dengan cepat menggeleng untuk menanggapi pertanyaan kakeknya. "Tidak mungkin. Aku hanya senang bisa bertemu dengan Kakek lagi," jawab Ariana dengan jujur. Senyumnya tidak dapat Ariana tahan lagi, saat dia menatap wajah tegas kakeknya itu dengan tatapan rindu.

Hanya setelah kematian kakeknya, dia baru sadar bahwa orang yang selalu tegas dan tampak membencinya itu sebenarnya selalu menjadi pelindung terkuatnya di masa lalu. Pria itu selalu melindunginya dari balik layar. Sang Kakek juga tidak pernah membenci Ariana seperti yang gadis itu pikirkan di masa lalu. Andrew, kakeknya itu hanya kesulitan untuk menunjukan kasih sayangnya pada orang lain. Ditambah dengan ekspresinya yang dinilai kaku, Ariana kecil selalu berpikir bahwa pria itu tidak pernah suka dengan keberadaannya di rumah itu.

Andrew sendiri, pria itu termenung saat cucunya yang biasanya nakal dan menatapnya seperti dia adalah musuh terbesarnya, tiba-tiba saja tersenyum pahit seakan tubuh kecil itu memiliki penyesalan yang berat padanya di masa lalu. Dia kembali dari tugasnya dengan terburu-buru karena mendengar cucu satu-satunya yang dia miliki kembali mencoba melukai dirinya sendiri dengan melompat ke kolam yang ada di belakang rumahnya. Melihat kebiasaan lama cucunya, Andrew lebih suka jika Ariana menangis dan mengatakan bahwa dia membencinya seperti biasa. Namun perasaannya tidak enak saat cucu kecilnya hanya tersenyum setelah dia menangis. Tatapan gadis kecil itu seperti tatapan orang sudah sudah lelah dengan segalanya. Alis pria tua itu berkerut, saat dia mendekati Ariana untuk duduk di sebelahnya.

"Kamu bahkan bisa bicara dengan manis sekarang. Jangan membuat masalah lagi. Aku bisa gila jika kamu terus membuat masalah seperti ini."

Ariana tersenyum lalu mengangguk walaupun dia masih terlalu sedih untuk menanggapi ucapan kakeknya. Hatinya menghangat saat kakeknya mengusap rambutnya dengan lembut. Pria itu mungkin masih memiliki wajah enggan dan terkesan jijik melihat tangisannya. Namun kelembutan yang dia salurkan dalam usapannya, jelas mewakili perasaannya yang sebenarnya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
masih belum sadar ternyata Aria
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   3. Kembali ke Masa Lalu (Part 2)

    "Kakek, di mana Ayah dan Ibu? Aku ... Aku juga ingin bertemu dengan mereka." Karena Ariana masih merasa dia berada di alam lain saat ini, hal pertama yang dia tanyakan adalah keberadaan orang tuanya yang sangat dia rindukan. Namun pertanyaannya langsung membuat gerakan Andrew berhenti. Pria itu menatap lama cucunya, sementara James segera mengambil alih lalu ikut mendekat untuk bicara pada gadis itu. "Nona Aria ... Apakah Anda lupa? Tuan dan Nyonya ... Mereka sudah berada di tempat yang lebih baik sekarang." Alis Ariana menyatu saat dia mendengar jawaban itu. "Bukankah aku juga sudah mati? Apa ... Ayah dan Ibu berada di tempat lain di alam ini?" "Apa yang sebenarnya kamu bicarakan?" Ekspresi Andrew berubah lagi saat cucunya mulai mengatakan omong kosong. Dia hendak marah karena gadis kecil itu berani mengatakan bahwa dia telah mati dengan semudah itu. Suaranya bahkan sempat menajam. Namun saat dia menerima tatapan permohonan dari kepala pelayan di rumahnya, pria itu berusaha menen

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   4. Perasaan Bersyukur

    "Nona Aria?" James benar-benar terkejut saat dia masuk, pria itu bisa melihat nona mudanya yang biasanya berperilaku manis tengah melamun dengan ekspresi yang seharusnya tidak dimiliki oleh seorang anak kecil. James khawatir karena semenjak bangun dari pingsannya, Ariana terus saja bersikap berbeda dari biasanya. Bahkan caranya memperlakukan sang kakek, jauh berbeda dari cara gadis itu berperilaku biasanya. Untuk sementara waktu, James berniat untuk terus mengamati perubahan sikap Ariana dengan hati-hati. Bagaimanapun, Ariana merupakan satu-satunya pewaris keluarganya saat ini. Sedikit saja kecerobohan tidak bisa ditolerir lagi. James tidak ingin tuannya murka lagi, seperti saat pria itu mendengar kabar bahwa cucunya sampai bisa terjatuh ke dalam kolam dan pingsan selama beberapa hari. "Nona Aria, saya sudah membawa makanan yang sebelumnya Nona minta. Karena Nona baru saja sadar, tolong maafkan saya karena hanya bisa menyiapkan makanan yang mudah dicerna untuk santapan Anda." Arian

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   5. Menjadi Pewaris yang Layak

    Berdiri di depan pintu ruang kerja sang Kakek, Ariana menarik napas panjang untuk menenangkan perasaannya yang sedikit gugup. Seperti yang Ariana harapkan, kakeknya tidak membiarkannya menunggu terlalu sama saat pria tersebut langsung mengijinkan Ariana untuk datang ke ruang kerjanya. Baik James maupun Andrew pasti sudah tahu apa tujuan Ariana sampai ingin bicara langsung dengan kepala keluarga. Ariana tahu dia tidak bisa mempermalukan dirinya sendiri di ruang kerja kerja sang kakek. Ariana mencoba untuk membenarkan postur berdirinya, sebelum dia mengetuk pintu itu dengan sopan. "Kakek, ini Aria. Bisakah aku masuk sekarang?" "Masuklah." Andrew langsung membalas dari dalam ruangan setelah Ariana memperkenalkan dirinya. Dengan hati-hati, Ariana membuka pintu ruang kerja sang Kakek yang besar dan sulit digapai dengan tubuh kecilnya. Dia sempat kesulitan untuk membukanya, tetapi tampilannya kembali bermartabat saat Ariana mendorong pintu besar itu untuk kembali tertutup. Melihat tingka

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   6. Kecurigaan

    "Kalau begitu, aku pergi dulu Kakek!"Andrew menyaksikan saat cucunya dengan riang keluar dari ruangannya setelah mereka selesai bicara berdua. Senyum yang semula terlihat samar bibir Andrew benar-benar hilang, saat pintu ruang kerjanya kembali tertutup rapat. "James, kamu di sini kan?"Dari balik bayang-bayang, James keluar lalu membungkuk hormat pada tuannya. "Saya ada di sini," ujarnya dengan nada hormat. Alis Andrew berkerut dari waktu ke waktu, saat pikiran cucunya yang tiba-tiba berubah benar-benar menganggu pikirannya saat ini. "James, siapa yang bertugas mengikuti Ariana saat dia mengunjungi istana?" tanya Andrew. "Itu Valencia dan dua orang kesatria bernama Luke dan Cale. Apa saya perlu memanggil mereka ke sini?"Andrew mengangguk dan James langsung menjalankan perintahnya. Tidak butuh waktu lama sebelum orang-orang yang dipanggil berlutut di hadapan Andrew. Mereka semua menyapa Andrew dengan hormat, sebelum kembali berdiri saat Andrew sudah mengijinkannya. "Katakan padaku

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   7. Ingatan yang Hilang

    Ariana kembali ke kamarnya setelah dia selesai bicara dengan sang Kakek. Sebelum berbicara, Ariana sudah tahu bahwa dia tidak bisa menyembunyikan segalanya dari sang Kakek. Ariana sudah beruntung dia bisa mencapai kesepakatan dengan mudah kali ini. Menggunakan alasan tentang belajar ilmu pedang memang merupakan pilihan yang tepat untuk Ariana. Selama dia terus menentang kebijakan kerajaan dan bertindak seenaknya, Ariana yakin bahkan raja sekalipun tidak akan protes saat keluarga mereka memutuskan untuk membatalkan pertunangannya dengan Putra Mahkota Emilio. Tentang konsekuensi yang mungkin mereka dapat dari melawan perintah istana, Ariana yakin dia bisa menggunakan alasan jatuhnya untuk berpura-pura bertindak di luar akal sehat. Di kehidupan sebelumnya, Ariana ingat benar bahwa baik ratu, putra mahkota, maupun raja sangat terkejut saat mendengar berita bahwa Ariana dengan sengaja menjatuhkan dirinya ke kolam setelah kembali dari istana kerajaan. Walaupun kejadian itu belum tentu ter

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   8. Persiapan untuk Belajar

    Ariana berjalan dengan hati-hati saat dia memutuskan untuk menghabiskan waktu luangnya dengan mengecek halaman belakang tempat dia jatuh beberapa hari yang lalu. Walaupun Ariana sendiri tidak yakin dia akan menemukan petunjuk di tempat itu, gadis itu setidaknya ingin mencoba dan mengenyangkan rasa penasarannya. "Eh, di mana kolamnya?"Namun ketika Ariana sampai di tempat itu, dahinya berkerut saat dia tidak bisa melihat kolam apa pun sejauh mata memandang. Valencia yang mengikuti Ariana mengikuti arah pandang gadis itu, lalu segera mengerti dengan apa yang sebenarnya dipikirkan oleh gadis itu. "Ah, kolam belakang telah diratakan dan diganti dengan kebun bunga setelah Dike Andrew menganggap tempat tersebut berbahaya untuk Nona Aria. Setelah Duke Andrew melakukan renovasi besar-besaran pada taman belakang, sekarang tempat ini telah dinyatakan aman sebagai tempat bermain Nona Aria."Ariana tahu dia salah. Jika dia tahu kakeknya akan merubah taman itu setelah kecelakaannya, dia lebih me

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   9. Kunjungan Mendadak ke Istana

    Tanpa Ariana sadari, dia telah tertidur sambil memeluk kotak peninggalan dari orang tuanya di depan lemari pakaian yang ada di kamarnya. Tidur hanya dengan gaun tidurnya, Ariana tanpa sadar meringkuk untuk membuat tubuhnya terasa lebih hangat sepanjang malam. Hanya ketika Andrew masuk ke kamar Ariana di pagi hari, dia akhirnya melihat bahwa cucunya tidur dalam kondisi menyedihkan itu sambil memegang satu-satunya peninggalan paling berharga dari orang tua Ariana. Dengan hati-hati, Andrew memindahkan Ariana untuk tidur di kasur besarnya. Tatapan pria itu dipenuhi jejak ketidakberdayaan, saat pria itu tahu dia bertindak sangat jahat dengan memaksa gadis semuda Ariana untuk memikul beban sebagai pewaris satu-satunya gelar Duke yang dimiliki keluarganya secara turun-temurun. Gadis yang ada di depannya ini masih sangat muda, sampai dia bisa tertidur setelah menangis sambil memeluk peninggalan dari orang tuanya. Gadis seperti Ariana seharusnya mendapatkan apa yang dia mau dan bahagia, sebag

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   10. Perubahan yang Tiba-tiba

    Di sebuah taman yang indah, seorang wanita cantik tengah asik menatap putranya yang tengah belajar berpedang bersama dengan guru pedangnya. Di wajahnya yang cantik, terpasang ekspresi serius saat matanya enggan meninggalkan gerak-gerik putranya yang tengah berusaha sekuat tenaga untuk mengimbangi pelajaran gurunya. Rasanya wanita cantik itu enggan berkedip, karena dia takut dia melewati sesuatu ketika dia memejamkan matanya. "Baginda Ratu."Hanya ketika pelayan kepercayaannya memanggil, wanita itu sedikit mengalihkan pandangannya. Wajahnya tetap sedingin biasanya, saat dia menatap pelayan itu tanpa mengatakan apa pun. "Duke Andrew datang menemui Baginda Raja hari ini. Tidak ada yang tahu apa yang mereka bicarakan. Namun hari ini raja telah membuat pengumuman bahwa karena kesehatan Nona Ariana yang memburuk setelah kecelakaan, keluarga kerajaan memutuskan untuk memutuskan pertunangan antara Putra Mahkota Emilio dengan Nona Ariana.""APA?!"Karena teriakan tajam wanita itu, bahkan anak

Latest chapter

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   115. Menjadi Seorang Raja

    Selesai selesai menemui Melisa, Raoul tidak langsung kembali ke istana ketika dia malah membawa Ariana ke taman kerajaan yang indah. Setelah lama tidak bertemu, Raoul pikir dia memiliki banyak hal untuk dikatakan pada Ariana. Gadis itu tidak tahu betapa Raoul sangat menantikan pertemuan mereka. Walaupun pertemuan mereka tidak seindah yang Raoul bayangkan, tetapi pria itu tetap senang ketika dia melihat Ariana lagi. Sekarang setelah mereka akhirnya memiliki waktu untuk diri mereka sendiri, Raoul ingin bicara berdua dengan Ariana. Pria itu sama sekali tidak ragu saat dia menggandeng tangan Ariana. Jantungnya semakin berdebar keras, ketika pria tersebut tidak melihat penolakan apa pun dari Ariana. Setelah Raoul meminta Ariana duduk di tempat beristirahat yang ada di taman istana, pangeran tersebut menyusul untuk duduk di sebelah Ariana setelah itu. Namun ketika Raoul melihat wajah murung Ariana, pria tersebut tiba-tiba saja kehilangan kata-katanya. Ariana memang telah berubah menjadi w

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   114. Perang Telah Selesai

    Dari kastilnya, Melisa mendengar terompet yang menandakan bahwa perang telah usai. Emilio telah mati, dan Kerajaan Sigmund telah berhasil kembali pada pewaris sahnya. Suara bahagia dia luar kastil berhasil menghancurkan semua harapan Melisa. Wanita itu sempat terpaku, sebelum air matanya mengalir tanpa henti dari kedua matanya. Dengan kematian Emilio, semangat Melisa untuk melarikan diri segera jatuh ke titik nol. Wanita tersebut menatap perang yang telah selesai dari jendela kamarnya, lalu berbalik untuk menatap Teresa yang masih setia untuk menemaninya. Bahkan jika status mereka telah berubah, kesetiaan Teresa tetap sama sampai saat-saat terakhir. Melisa telah menyeret Teresa ke dalam balas dendam dan penderitaan ini. Namun bahkan sekarang, Teresa sama sekali tidak mengeluh ketika dia hanya terus berdiri di belakang Melisa untuk menemani wanita itu. Melihat kegigihan Teresa untuk tetap bersamanya sampai akhir, membuat Melisa kembali sedih. Senyum retak muncul di wajahnya, ketika

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   113. Kematian Emilio

    Ketika Ariana sudah bisa melihat gerbang istana kerajaan, gadis itu melihat bahwa pertarungan antara pasukan Pangeran Raoul dan pasukan masih berlanjut di halaman istana. Ariana baru saja hendak turun dari kudanya untuk membantu, ketika Jimmy yang melihat keberadaan Ariana langsung berteriak pada gadis itu. "Nona Aria, Pangeran Raoul telah memasuki istana bersama dengan yang lain! Kami bisa mengendalikan situasinya di sini. Jadi tolong bantu Pangeran Raoul untuk menemukan Raja Emilio!"Mendengar bahwa Pangeran Raoul telah masuk ke istana terlebih dahulu untuk mencari Emilio, Ariana merasa dia tidak memiliki banyak waktu lagi. Gadis itu hanya bisa mengangguk pada Jimmy, sebelum memacu kudanya untuk pergi ke istana kerajaan. Semakin dia masuk ke dalam istana, Ariana melihat semakin banyak orang terpaksa berhenti mengikuti Pangeran Raoul untuk melawan musuh yang ada di istana. Ariana berlari cepat ke dalam istana, dan melihat bahwa Pangeran Raoul tengah bertarung melawan Emilio. Di ru

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   112. Pertarungan Terakhir

    Ketika Emilio bangun kembali, dia merasa bahwa ribuan batu telah menindih badanya yang rapuh. Pria tersebut tidak bisa menahan batuk ketika dia mencoba untuk bangun secara tiba-tiba. Pandangannya sedikit kabur. Emilio hanya bisa mendengar seseorang samar-samar memanggil namanya, sebelum dia akhirnya cukup sadar untuk melihat ke sekeliling. Begitu Emilio melirik ke arah suara berdengung yang sejak tadi terus mengganggunua, pria itu menemukan sang Ibu yang selama ini dia kurung di kastil terpencil tengah menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Emilio, syukurlah kamu telah bangun Nak. Tenang saja, sebentar lagi kita akan pergi dari tempat ini. Ibu telah memikirkannya dengan baik. Tidak ada balas dendam atau kejahatan lain. Ibu hanya ingin hidup bahagia denganmu mulai saat ini."Alis Emilio bekerut ketika dia tidak mengerti apa maksud ucapan sang Ibu. Walaupun badan Emilio masih lemas dan sedikit bergetar ketika dia paksakan untuk bangun, pria itu tetap bangun dari posisi tidurnya untuk m

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   111. Gerbangnya Telah Terbuka

    Sekitar tiga puluh menit telah terlewat sejak Ariana awal berlari. Selama waktu itu, gerbang yang seharusnya terbuka masih belum dibuka oleh Carla. Ariana menatap ke arah gerbang dengan tatapan khawatir. Walaupun gadis itu tahu dia seharusnya percaya pada Carla, Ariana tetap saja tidak bisa menahan pikiran buruk yang mulai bermunculan di pikirannya. Sejak awal, membuka gerbang dari dalam dengan kerja sama dari dua orang saja memang terdengar mustahil dilakukan. Ariana baru saja hendak berbalik untuk mencapai gerbang, ketika gerbang berat yang mustahil diangkat sebelumnya perlahan mulai naik ke atas. "Si, siapa yang membuka gerbang itu?! Ke mana orang-orang yang diminta menjaga gerbang itu pergi?!"Dari kejauhan, Ariana bisa mendengar para tentara berteriak panik. Kekacauan semakin parah ketika dari dalam ibu kota saja, Ariana bisa mendengar suara langkah kuda yang melaju dengan cepat. Tatapan di mata Ariana sedikit melembut, ketika dia akhirnya bisa melihat Pangeran Raoul memimpin p

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   110. Menyusup ke Gerbang Ibu Kota

    Pangeran Raoul menatap gerbang ibu kota dengan tatapan nostalgia begitu dia berhasil melihat tempat tersebut dari kejauhan. Dengan masalah yang terus-menerus menimpanya sejak Raoul pergi dari ibu kota, rasanya sudah lama sekali sejak pangeran tersebut bisa kembali ke kampung halamannya. Di dalam gerbang itu, ada Ariana dan ribuan warga ibu kota yang perlu dia selamatkan. Pertarungannya di tempat itu, akan menjadi penentu kemenangannya dalam memperebutkan takhta. Pangeran Raoul menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya sendiri. Pangeran tersebut telah melewati banyak pertarungan untuk sampai ke titik ini. Namun dari semua pertarungan, dia tidak pernah merasa sampai segugup ini. Raoul hanya bisa berdoa semoga semuanya berjalan dengan lancar. Ariana telah berhasil diselamatkan dari istana kerajaan, sementara Emilio tidak ada kabarnya setelah diracun. Untuk saat ini, Raoul hanya perlu fokus menerobos masuk ke istana dan mengambil kembali apa yang menjadi miliknya selama ini. "

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   109. Menuju Ibu Kota

    Ketika Ariana sadar kembali, dia sudah berada di ruangan sederhana yang tidak dikenal. Di sekelilingnya, Ariana mendengar suara ramai yang bercampur menjadi satu. Suara anak-anak mendominasi indra pendengaran Ariana. Gadis itu perlahan bangkit dari posisi tidurnya, lalu menatap ke sekeliling untuk mengenali lingkungan di sekitarnya. Hal yang terakhir Ariana ingat merupakan saat di mana dia memaksa untuk menyusul Cornell dan tiba-tiba merasakan perasaan sakit di bagian tengkuknya. Tampaknya untuk menghentikan perlawanannya, Carla telah memukul titik lemahnya hingga dia akhirnya pingsan. Ariana tidak tahu dia ada di mana. Namun satu hal yang pasti, Ariana tidak bisa menemukan keberadaan Carla di tempat asing itu. Setelah kesadarannya kembali, Ariana turun dari tempat tidurnya untuk keluar dari ruangan itu. Gadis tersebut membuka pintu ruangan itu dengan hati-hati, dan langsung disambut oleh anak-anak yang tengah bermain kejar-kejaran di lorong tempat tersebut. "Anak-anak, jangan berl

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   108. Emilio dan Cornell

    Saat itu Raja Emilio tengah berada di ruang kerjanya, ketika seseorang datang dengan terburu-buru untuk memberikan tahu kabar yang paling dia takuti selama ini. "Baginda, seorang penyusup telah masuk dan membawa pergi Duchess Alison!"Mengabaikan semua hal, Raja Emilio langsung berlari untuk kembali ke istana kerajaannya saat itu juga. Emilio pikir, Ariana akan aman di istananya karena dia menugaskan hampir setengah kesatria kerajaan untuk berjaga hanya di tempat itu. Ariana juga telah berperilaku dengan sangat baik akhir-akhir ini. Gadis itu bahkan mengijinkan Emilio untuk bermalam di kamarnya, lalu tersenyum kecil di berbagai kesempatan. Emilio pikir mereka bisa kembali ke titik awal yang dia inginkan sebentar lagi. Kebahagiaan yang dia dambakan ada di depan mata, ketika Ariana sudah mulai membuka hatinya lagi. Namun pemandangan yang pria itu dapatkan ketika kembali ke istananya, telah menghancurkan semua harapan Emilio. Pria itu hanya bisa melihat puluhan kesatria kerajaan yang t

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   107. Kabur dari Istana

    Raja Bernard bekerja sangat cepat untuk mempersiapkan pasukannya yang akan ikut kembali bersama Pangeran Raoul ke Ibu Kota Kerajaan Sigmund. Hanya dalam waktu tiga hari, Pangeran Raoul akhirnya siap untuk kembali ke kerajaannya sendiri. Pria tersebut melihat barisan pasukan yang ada di depannya, sebelum berbalik untuk menatap Raja Bernard dan Putri Elle yang mengantar kepergiannya. "Kebaikan Anda hari ini tidak akan pernah saya lupakan. Setelah saya berhasil mengambil alih kerajaan, saya harap dua kerajaan bisa memiliki hubungan yang baik kembali."Raja Bernard tersenyum setelah mendengar ucapan Pangeran Raoul. "Tentu saja. Hubungan kita mungkin pernah buruk karena perang. Nyawa yang hilang juga tidak akan pernah kembali. Namun dari kesalahan ini, aku ingin belajar untuk berpikir lebih kritis sebagai seorang pemimpin. Pangeran Raoul, aku akan menunggu saat di mana kedua kerajaan bisa saling membantu lagi seperti dahulu," ujarnya. "Berhati-hatilah di jalan. Aku harap semuanya berjala

DMCA.com Protection Status