Share

4. Perasaan Bersyukur

Author: Aurora
last update Last Updated: 2022-06-21 11:56:32

"Nona Aria?"

James benar-benar terkejut saat dia masuk, pria itu bisa melihat nona mudanya yang biasanya berperilaku manis tengah melamun dengan ekspresi yang seharusnya tidak dimiliki oleh seorang anak kecil. James khawatir karena semenjak bangun dari pingsannya, Ariana terus saja bersikap berbeda dari biasanya. Bahkan caranya memperlakukan sang kakek, jauh berbeda dari cara gadis itu berperilaku biasanya.

Untuk sementara waktu, James berniat untuk terus mengamati perubahan sikap Ariana dengan hati-hati. Bagaimanapun, Ariana merupakan satu-satunya pewaris keluarganya saat ini. Sedikit saja kecerobohan tidak bisa ditolerir lagi. James tidak ingin tuannya murka lagi, seperti saat pria itu mendengar kabar bahwa cucunya sampai bisa terjatuh ke dalam kolam dan pingsan selama beberapa hari.

"Nona Aria, saya sudah membawa makanan yang sebelumnya Nona minta. Karena Nona baru saja sadar, tolong maafkan saya karena hanya bisa menyiapkan makanan yang mudah dicerna untuk santapan Anda."

Ariana telah sadar dari lamunannya sejak James memanggil namanya. Gadis itu mengangguk kecil. Ariana membiarkan James menyiapkan makanan itu di depannya, sebelum gadis itu menyantapnya perlahan-lahan.

Kali ini, James kembali terkejut saat dia melihat Ariana makan dengan cara anggun yang belum pernah gadis itu tunjukan pada siapa pun. Walaupun Ariana merupakan cucu dari seorang Duke, karena orang tua gadis itu terlalu memanjakannya, cara Ariana makan selalu menyebabkan sang kakek menderita sakit kepala. Ariana biasanya hanya melakukan apa pun yang dia mau. Namun bukan hanya tidak mengeluh, gadis kecil itu tiba-tiba saja makan seperti dia sudah terbiasa dengan tata cara makan dalam hidangan kerajaan.

"James? Aku sudah selesai makan."

James ditangkap lengah saat pria itu tidak percaya bahwa dia bisa melamun ketika Ariana menyantap makanannya. James buru-buru minta maaf, sebelum membenahi semua hidangan dengan cepat dan sigap.

"James, apakah Kakek sudah pergi ke luar lagi?"

"Tidak, Nona Aria. Duke Andrew tengah berada di ruang kerjanya."

Kali ini, James dalam kondisi siap saat dia segera menjawab pertanyaan Ariana. Tidak biasanya Ariana mengajukan diri untuk bertanya di mana kakeknya berada. James menganggap ini sebagai kemajuan dalam hubungan kakek dan cucu, dan dia ikut senang dalam hal itu.

"Kalau begitu ... Bisakah kamu tanyakan pada Kakek apakah aku bisa menemuinya hari ini? Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padanya," ujar Ariana memberi tahu. Setelah tekadnya sudah matang, Ariana tahu dia tidak lagi bisa membuang waktunya dengan bersantai ketika keluarganya terancam dalam bahaya. Dia ingin segera memulai pelatihannya, untuk membayar kemalasannya untuk belajar di masa lalu.

Senyum James penuh arti ketika dia mendengar ucapan Ariana. Hanya Tuhan yang tahu sejak kapan James menantikan hari ini datang. Dengan tuannya yang semakin tua, mereka semakin frustrasi untuk mendidik satu-satunya pewaris yang engan belajar dan selalu membuat masalah. Sejak kematian orang tuanya, Ariana terus saja menangis dan menolak untuk mengikuti pelajaran apa pun. Bahkan tuannya hampir menyerah untuk membujuk anak itu. Namun siapa sangka, hari ini malah gadis itu yang ingin bicara langsung pada kakeknya.

"Saya akan segera menyampaikan keinginan Nona Aria. Untuk sementara waktu, biarkan saya memanggil para pelayan untuk membantu Nona berganti pakaian."

Ariana mengangguk saat dia membiarkan para pelayan wanita untuk datang dan melayaninya. Walaupun di akhir hidupnya, Ariana tidak memiliki siapa pun untuk melayaninya, kebiasaan selalu dilayani sepanjang hidupnya tidak pernah lepas dari cara hidupnya. Gadis itu dengan patuh membiarkan para pelayan itu membasuh wajahnya, melepas pakaian tidurnya, lalu menggantinya dengan gaun indah dengan warna yang cantik.

Ketika Ariana menatap pantulan dirinya sendiri di cermin, jejak kesedihan terlintas di mata gadis kecil itu. Demi seorang pria yang tega mengkhianatinya, Ariana telah membuang semua perawatan yang keluarganya berikan dengan hati-hati. Ariana bahkan tidak lagi ingat kapan terakhir kali dia memakai gaun yang indah di kehidupan terakhirnya. Dia hanya ingat para pelayan di kastil mencuri semua pakaian cantiknya, meninggalkan Ariana hanya dengan pakaian pelayan yang berhasil gadis itu temukan setelah dia merangkak keluar untuk mencari sisa makanan.

"Nona Aria, apa ada masalah?"

Melihat nona muda mereka tiba-tiba menangis setelah mereka mendandaninya, para pelayan wanita itu khawatir Ariana lagi-lagi tidak menyukai pakaian yang mereka pilihkan. Bagaimanapun, ini pertama kalinya Ariana dengan patuh mau dilayani oleh pelayan setelah kematian orang tuanya. Para pelayan wanita itu ingin melakukan yang terbaik demi nona muda mereka. Namun sepertinya, mereka telah melakukan kesalahan yang fatal saat ini.

Menghadapi kekhawatiran para pelayan, Ariana segara mengusap matanya sebelum menggeleng dengan yakin. "Aku baik-baik saja. Terima kasih karena telah membantuku untuk memilih pakaian yang sangat indah," ucapnya dengan nada lembut. Suara Ariana muda mengenai pelayan tepat di hatinya sampai mereka tanpa sadar terpukau dengan ucapan sederhana itu. Nona muda mereka berterima kasih. Siapa pun pasti akan senang, jika gadis manis yang rendah hati mau berterima kasih pada pelayan biasa seperti mereka.

"Nona Aria juga terlihat sangat cantik, itulah alasan mengapa gaun ini terlihat luar biasa saat dipakai oleh Nona Aria."

Perhatian Ariana tertuju pada pelayan yang terlihat paling muda dari seluruh pelayan yang ditugaskan untuk melayaninya. Menatap wajahnya, jejak keterkejutan tiba-tiba saja melintas di mata gadis itu. Ingatan Ariana tentang kehidupan sebelumnya masih sesegar kemarin sore. Ariana jelas ingat siapa pelayan muda itu.

Gadis yang penuh semangat itu merupakan salah satu pelayan yang tetap mengikutinya saat dia meninggalkan kediaman Duke untuk tinggal di kastil yang dekat dengan istana kerajaan. Setelah Ariana diracuni, hanya pelayan itulah yang terus melayaninya dan berusaha memohon pada pihak istana untuk menolong Ariana yang mudah sakit semenjak itu. Pada akhirnya, pelayan muda itu mati karena melindungi Ariana dari para pelayan yang mencoba membunuh gadis itu di hari mereka menjarah semua barang-barang milik Ariana. Di sanalah Ariana akhirnya tahu bahwa keluarga pelayan muda itu merupakan keturunan kesatria yang melayani keluarga Alison selama beberapa generasi. Gadis itu juga seharusnya menjadi seorang kesatria, jika saja peraturan kerajaan yang melarang seorang gadis menjadi kesatria tidak menghalangi semangat juang pelayan muda itu.

Masih jelas di ingatan Ariana, bagaimana pelayan mudah itu sekarat tepat di depan matanya. Sampai terakhir pelayan muda itu tetap tersenyum, dan minta maaf karena tidak bisa menjaga Ariana sampai nonanya itu mencapai kebahagiaan.

Melihat pelayan yang memiliki kesan kuat di dalam ingatannya secara langsung lagi, Ariana tidak bisa menyembunyikan senyuman lebarnya untuk pelayan muda itu. Ariana maju beberapa langkah, untuk menyentuh dengan lembut tangan pelayan tersebut.

"Terima kasih, Valencia."

Pelayan muda itu, Valencia, benar-benar terkejut saat Ariana mengucapkan namanya dengan lancar. Pipi pelayan itu memerah malu, saat dia membalas ucapan Ariana dengan nada sedikit terbata-bata.

"Itu ... Sa, saya hanya menyampaikan kebenarannya, Nona Aria."

Ariana tersenyum. "Tetap saja, aku ingin berterima kasih padamu," ucapnya dengan suara lembut.

Seperti yang Ariana duga, tangan Valencia tampak kasar karena pelayan muda itu terus berlatih pedang secara diam-diam di kediaman keluarga Alison. Kemampuan berpedangnya saat pelayan itu berusaha melindungi Ariana hampir sama dengan pengawal kerajaan walaupun Valencia tidak pernah mendapat pengajaran yang benar tentang teknik berpedang. Bakat yang hebat seperti itu, rasanya sayang sekali jika tidak diasah dengan benar hanya karena Valencia merupakan seorang wanita.

Untuk membayar kebaikan pelayan itu di kehidupan sebelumnya, Ariana sudah bertekad untuk membantu Valencia menjadi kesatria seperti mimpi pelayan tersebut. Selama dia sudah layak untuk bekerja di kediamannya, Ariana berjanji akan mengangkat Valencia sebagai kesatria keluarga dan mengajarinya teknik berpedang yang benar.

Melihat pelayan yang lain, walaupun kesannya tidak sehebat Valencia, Ariana tahu bahwa mereka semua dipilih dengan teliti oleh kakeknya dan merupakan orang-orang yang setia pada keluarganya. Ariana tersenyum ramah saat menatap mereka semua. Di kehidupannya kali ini, dia tidak akan lagi membiarkan orang-orang seperti mereka menderita di bawah tanggung jawabnya.

"Aku memang belum mengenal semua pelayan yang ada di rumah ini. Namun aku selalu berterima kasih pada kalian yang selalu membantuku. Mungkin ini terkesan terlambat, tetapi terima kasih karena telah merawatku sampai saat ini."

Setelah Valencia, pelayan lain mulai percaya bahwa nona muda mereka tidak sombong dan dingin seperti yang dirumorkan oleh orang-orang. Mereka sangat senang bisa melayani nona muda yang cantik dan baik seperti Ariana. Masing-masing dari mereka mulai ikut berkenalan dengan Ariana, sampai ruangan gadis itu hanya diisi oleh suara perempuan yang mengobrol dengan asik untuk sementara waktu.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
kalo Aria bisa mewujudkan tujuannya, ini jadi kisah wanita2 hebat ya.. para ksatria wanita
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   5. Menjadi Pewaris yang Layak

    Berdiri di depan pintu ruang kerja sang Kakek, Ariana menarik napas panjang untuk menenangkan perasaannya yang sedikit gugup. Seperti yang Ariana harapkan, kakeknya tidak membiarkannya menunggu terlalu sama saat pria tersebut langsung mengijinkan Ariana untuk datang ke ruang kerjanya. Baik James maupun Andrew pasti sudah tahu apa tujuan Ariana sampai ingin bicara langsung dengan kepala keluarga. Ariana tahu dia tidak bisa mempermalukan dirinya sendiri di ruang kerja kerja sang kakek. Ariana mencoba untuk membenarkan postur berdirinya, sebelum dia mengetuk pintu itu dengan sopan. "Kakek, ini Aria. Bisakah aku masuk sekarang?" "Masuklah." Andrew langsung membalas dari dalam ruangan setelah Ariana memperkenalkan dirinya. Dengan hati-hati, Ariana membuka pintu ruang kerja sang Kakek yang besar dan sulit digapai dengan tubuh kecilnya. Dia sempat kesulitan untuk membukanya, tetapi tampilannya kembali bermartabat saat Ariana mendorong pintu besar itu untuk kembali tertutup. Melihat tingka

    Last Updated : 2022-06-21
  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   6. Kecurigaan

    "Kalau begitu, aku pergi dulu Kakek!"Andrew menyaksikan saat cucunya dengan riang keluar dari ruangannya setelah mereka selesai bicara berdua. Senyum yang semula terlihat samar bibir Andrew benar-benar hilang, saat pintu ruang kerjanya kembali tertutup rapat. "James, kamu di sini kan?"Dari balik bayang-bayang, James keluar lalu membungkuk hormat pada tuannya. "Saya ada di sini," ujarnya dengan nada hormat. Alis Andrew berkerut dari waktu ke waktu, saat pikiran cucunya yang tiba-tiba berubah benar-benar menganggu pikirannya saat ini. "James, siapa yang bertugas mengikuti Ariana saat dia mengunjungi istana?" tanya Andrew. "Itu Valencia dan dua orang kesatria bernama Luke dan Cale. Apa saya perlu memanggil mereka ke sini?"Andrew mengangguk dan James langsung menjalankan perintahnya. Tidak butuh waktu lama sebelum orang-orang yang dipanggil berlutut di hadapan Andrew. Mereka semua menyapa Andrew dengan hormat, sebelum kembali berdiri saat Andrew sudah mengijinkannya. "Katakan padaku

    Last Updated : 2022-07-06
  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   7. Ingatan yang Hilang

    Ariana kembali ke kamarnya setelah dia selesai bicara dengan sang Kakek. Sebelum berbicara, Ariana sudah tahu bahwa dia tidak bisa menyembunyikan segalanya dari sang Kakek. Ariana sudah beruntung dia bisa mencapai kesepakatan dengan mudah kali ini. Menggunakan alasan tentang belajar ilmu pedang memang merupakan pilihan yang tepat untuk Ariana. Selama dia terus menentang kebijakan kerajaan dan bertindak seenaknya, Ariana yakin bahkan raja sekalipun tidak akan protes saat keluarga mereka memutuskan untuk membatalkan pertunangannya dengan Putra Mahkota Emilio. Tentang konsekuensi yang mungkin mereka dapat dari melawan perintah istana, Ariana yakin dia bisa menggunakan alasan jatuhnya untuk berpura-pura bertindak di luar akal sehat. Di kehidupan sebelumnya, Ariana ingat benar bahwa baik ratu, putra mahkota, maupun raja sangat terkejut saat mendengar berita bahwa Ariana dengan sengaja menjatuhkan dirinya ke kolam setelah kembali dari istana kerajaan. Walaupun kejadian itu belum tentu ter

    Last Updated : 2022-07-06
  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   8. Persiapan untuk Belajar

    Ariana berjalan dengan hati-hati saat dia memutuskan untuk menghabiskan waktu luangnya dengan mengecek halaman belakang tempat dia jatuh beberapa hari yang lalu. Walaupun Ariana sendiri tidak yakin dia akan menemukan petunjuk di tempat itu, gadis itu setidaknya ingin mencoba dan mengenyangkan rasa penasarannya. "Eh, di mana kolamnya?"Namun ketika Ariana sampai di tempat itu, dahinya berkerut saat dia tidak bisa melihat kolam apa pun sejauh mata memandang. Valencia yang mengikuti Ariana mengikuti arah pandang gadis itu, lalu segera mengerti dengan apa yang sebenarnya dipikirkan oleh gadis itu. "Ah, kolam belakang telah diratakan dan diganti dengan kebun bunga setelah Dike Andrew menganggap tempat tersebut berbahaya untuk Nona Aria. Setelah Duke Andrew melakukan renovasi besar-besaran pada taman belakang, sekarang tempat ini telah dinyatakan aman sebagai tempat bermain Nona Aria."Ariana tahu dia salah. Jika dia tahu kakeknya akan merubah taman itu setelah kecelakaannya, dia lebih me

    Last Updated : 2022-07-06
  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   9. Kunjungan Mendadak ke Istana

    Tanpa Ariana sadari, dia telah tertidur sambil memeluk kotak peninggalan dari orang tuanya di depan lemari pakaian yang ada di kamarnya. Tidur hanya dengan gaun tidurnya, Ariana tanpa sadar meringkuk untuk membuat tubuhnya terasa lebih hangat sepanjang malam. Hanya ketika Andrew masuk ke kamar Ariana di pagi hari, dia akhirnya melihat bahwa cucunya tidur dalam kondisi menyedihkan itu sambil memegang satu-satunya peninggalan paling berharga dari orang tua Ariana. Dengan hati-hati, Andrew memindahkan Ariana untuk tidur di kasur besarnya. Tatapan pria itu dipenuhi jejak ketidakberdayaan, saat pria itu tahu dia bertindak sangat jahat dengan memaksa gadis semuda Ariana untuk memikul beban sebagai pewaris satu-satunya gelar Duke yang dimiliki keluarganya secara turun-temurun. Gadis yang ada di depannya ini masih sangat muda, sampai dia bisa tertidur setelah menangis sambil memeluk peninggalan dari orang tuanya. Gadis seperti Ariana seharusnya mendapatkan apa yang dia mau dan bahagia, sebag

    Last Updated : 2022-07-08
  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   10. Perubahan yang Tiba-tiba

    Di sebuah taman yang indah, seorang wanita cantik tengah asik menatap putranya yang tengah belajar berpedang bersama dengan guru pedangnya. Di wajahnya yang cantik, terpasang ekspresi serius saat matanya enggan meninggalkan gerak-gerik putranya yang tengah berusaha sekuat tenaga untuk mengimbangi pelajaran gurunya. Rasanya wanita cantik itu enggan berkedip, karena dia takut dia melewati sesuatu ketika dia memejamkan matanya. "Baginda Ratu."Hanya ketika pelayan kepercayaannya memanggil, wanita itu sedikit mengalihkan pandangannya. Wajahnya tetap sedingin biasanya, saat dia menatap pelayan itu tanpa mengatakan apa pun. "Duke Andrew datang menemui Baginda Raja hari ini. Tidak ada yang tahu apa yang mereka bicarakan. Namun hari ini raja telah membuat pengumuman bahwa karena kesehatan Nona Ariana yang memburuk setelah kecelakaan, keluarga kerajaan memutuskan untuk memutuskan pertunangan antara Putra Mahkota Emilio dengan Nona Ariana.""APA?!"Karena teriakan tajam wanita itu, bahkan anak

    Last Updated : 2022-07-08
  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   11. Ancaman Secara Langsung

    "Baginda Raja, saya akan masuk ke dalam."Karena Melisa tidak mendapatkan balasan, wanita itu langsung membuka pintu kamar suaminya tanpa permisi. Begitu Melisa masuk ke dalam, dia bisa melihat Raja Alexius berbaring di kasurnya dengan wajah yang sangat pucat. Napasnya tersegal-segal. Ketika pria itu melihat Ratu Melisa yang baru masuk ke kamarnya, matanya yang sudah tidak fokus menunjukkan raut wajah yang terlihat sedikit sedih. Sejak awal mereka menikah, Ratu Melisa tidak akan memasuki kamarnya jika dia tidak memiliki urusan yang mendesak. Dan kedatangannya kali ini, Raja Alexius sudah bisa menebaknya secara garis besar. "Baginda, Anda terlihat kurang sehat hari ini."Setelah melihat kondisi buruk suaminya, Ratu Melisa tersenyum ketika dia mengambil tempat di sebelah tubuh suaminya yang bergetar hebat. Tangannya dengan lembut menyapu rambut Raja Alexius yang basah oleh keringat, sebelum dia menarik tangannya lagi dan menatap Alexius dengan tatapan dingin. "Ini yang akan terjadi ji

    Last Updated : 2022-07-09
  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   12. Pedang Terkuat dari Alison

    "Ya ampun ... Nona Aria manis sekali dengan pakaian ini ...."Setelah berhari-hari bersama para pelayannya, Ariana akhirnya mulai terbiasa ketika gadis itu mendengar mereka memuji apa pun yang dia pakai. Ariana mencoba melakukan gerakan-gerakan peregangan dengan pakaian barunya. Gadis itu tidak menyangka. Walaupun bahan dan model pakaiannya masih terlihat cantik, Ariana tetap bisa bergerak dengan bebas ketika dia menggunakan baju latihan baru yang dipesan secara khusus oleh sang Kakek. Awalnya, kakeknya membuatkan Ariana baju itu agar Ariana bisa berlatih berkuda. Namun karena Ariana tidak pernah mau mendengarkan ucapan kakeknya di masa lalu, baju cantik tersebut dibiarkan saja terus berada di lemari pakaian tanpa pernah dipakai sekali pun. Mengingatnya saja sudah cukup membuat Ariana malu. Pantas saja orang-orang menyebutnya Duchess boneka di kehidupan terakhirnya. Ariana yang dulu, benar-benar tidak berguna dan hanya tahu bagaimana cara membahagiakan ratu dan putra mahkota. "Nona

    Last Updated : 2022-07-10

Latest chapter

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   115. Menjadi Seorang Raja

    Selesai selesai menemui Melisa, Raoul tidak langsung kembali ke istana ketika dia malah membawa Ariana ke taman kerajaan yang indah. Setelah lama tidak bertemu, Raoul pikir dia memiliki banyak hal untuk dikatakan pada Ariana. Gadis itu tidak tahu betapa Raoul sangat menantikan pertemuan mereka. Walaupun pertemuan mereka tidak seindah yang Raoul bayangkan, tetapi pria itu tetap senang ketika dia melihat Ariana lagi. Sekarang setelah mereka akhirnya memiliki waktu untuk diri mereka sendiri, Raoul ingin bicara berdua dengan Ariana. Pria itu sama sekali tidak ragu saat dia menggandeng tangan Ariana. Jantungnya semakin berdebar keras, ketika pria tersebut tidak melihat penolakan apa pun dari Ariana. Setelah Raoul meminta Ariana duduk di tempat beristirahat yang ada di taman istana, pangeran tersebut menyusul untuk duduk di sebelah Ariana setelah itu. Namun ketika Raoul melihat wajah murung Ariana, pria tersebut tiba-tiba saja kehilangan kata-katanya. Ariana memang telah berubah menjadi w

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   114. Perang Telah Selesai

    Dari kastilnya, Melisa mendengar terompet yang menandakan bahwa perang telah usai. Emilio telah mati, dan Kerajaan Sigmund telah berhasil kembali pada pewaris sahnya. Suara bahagia dia luar kastil berhasil menghancurkan semua harapan Melisa. Wanita itu sempat terpaku, sebelum air matanya mengalir tanpa henti dari kedua matanya. Dengan kematian Emilio, semangat Melisa untuk melarikan diri segera jatuh ke titik nol. Wanita tersebut menatap perang yang telah selesai dari jendela kamarnya, lalu berbalik untuk menatap Teresa yang masih setia untuk menemaninya. Bahkan jika status mereka telah berubah, kesetiaan Teresa tetap sama sampai saat-saat terakhir. Melisa telah menyeret Teresa ke dalam balas dendam dan penderitaan ini. Namun bahkan sekarang, Teresa sama sekali tidak mengeluh ketika dia hanya terus berdiri di belakang Melisa untuk menemani wanita itu. Melihat kegigihan Teresa untuk tetap bersamanya sampai akhir, membuat Melisa kembali sedih. Senyum retak muncul di wajahnya, ketika

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   113. Kematian Emilio

    Ketika Ariana sudah bisa melihat gerbang istana kerajaan, gadis itu melihat bahwa pertarungan antara pasukan Pangeran Raoul dan pasukan masih berlanjut di halaman istana. Ariana baru saja hendak turun dari kudanya untuk membantu, ketika Jimmy yang melihat keberadaan Ariana langsung berteriak pada gadis itu. "Nona Aria, Pangeran Raoul telah memasuki istana bersama dengan yang lain! Kami bisa mengendalikan situasinya di sini. Jadi tolong bantu Pangeran Raoul untuk menemukan Raja Emilio!"Mendengar bahwa Pangeran Raoul telah masuk ke istana terlebih dahulu untuk mencari Emilio, Ariana merasa dia tidak memiliki banyak waktu lagi. Gadis itu hanya bisa mengangguk pada Jimmy, sebelum memacu kudanya untuk pergi ke istana kerajaan. Semakin dia masuk ke dalam istana, Ariana melihat semakin banyak orang terpaksa berhenti mengikuti Pangeran Raoul untuk melawan musuh yang ada di istana. Ariana berlari cepat ke dalam istana, dan melihat bahwa Pangeran Raoul tengah bertarung melawan Emilio. Di ru

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   112. Pertarungan Terakhir

    Ketika Emilio bangun kembali, dia merasa bahwa ribuan batu telah menindih badanya yang rapuh. Pria tersebut tidak bisa menahan batuk ketika dia mencoba untuk bangun secara tiba-tiba. Pandangannya sedikit kabur. Emilio hanya bisa mendengar seseorang samar-samar memanggil namanya, sebelum dia akhirnya cukup sadar untuk melihat ke sekeliling. Begitu Emilio melirik ke arah suara berdengung yang sejak tadi terus mengganggunua, pria itu menemukan sang Ibu yang selama ini dia kurung di kastil terpencil tengah menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Emilio, syukurlah kamu telah bangun Nak. Tenang saja, sebentar lagi kita akan pergi dari tempat ini. Ibu telah memikirkannya dengan baik. Tidak ada balas dendam atau kejahatan lain. Ibu hanya ingin hidup bahagia denganmu mulai saat ini."Alis Emilio bekerut ketika dia tidak mengerti apa maksud ucapan sang Ibu. Walaupun badan Emilio masih lemas dan sedikit bergetar ketika dia paksakan untuk bangun, pria itu tetap bangun dari posisi tidurnya untuk m

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   111. Gerbangnya Telah Terbuka

    Sekitar tiga puluh menit telah terlewat sejak Ariana awal berlari. Selama waktu itu, gerbang yang seharusnya terbuka masih belum dibuka oleh Carla. Ariana menatap ke arah gerbang dengan tatapan khawatir. Walaupun gadis itu tahu dia seharusnya percaya pada Carla, Ariana tetap saja tidak bisa menahan pikiran buruk yang mulai bermunculan di pikirannya. Sejak awal, membuka gerbang dari dalam dengan kerja sama dari dua orang saja memang terdengar mustahil dilakukan. Ariana baru saja hendak berbalik untuk mencapai gerbang, ketika gerbang berat yang mustahil diangkat sebelumnya perlahan mulai naik ke atas. "Si, siapa yang membuka gerbang itu?! Ke mana orang-orang yang diminta menjaga gerbang itu pergi?!"Dari kejauhan, Ariana bisa mendengar para tentara berteriak panik. Kekacauan semakin parah ketika dari dalam ibu kota saja, Ariana bisa mendengar suara langkah kuda yang melaju dengan cepat. Tatapan di mata Ariana sedikit melembut, ketika dia akhirnya bisa melihat Pangeran Raoul memimpin p

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   110. Menyusup ke Gerbang Ibu Kota

    Pangeran Raoul menatap gerbang ibu kota dengan tatapan nostalgia begitu dia berhasil melihat tempat tersebut dari kejauhan. Dengan masalah yang terus-menerus menimpanya sejak Raoul pergi dari ibu kota, rasanya sudah lama sekali sejak pangeran tersebut bisa kembali ke kampung halamannya. Di dalam gerbang itu, ada Ariana dan ribuan warga ibu kota yang perlu dia selamatkan. Pertarungannya di tempat itu, akan menjadi penentu kemenangannya dalam memperebutkan takhta. Pangeran Raoul menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya sendiri. Pangeran tersebut telah melewati banyak pertarungan untuk sampai ke titik ini. Namun dari semua pertarungan, dia tidak pernah merasa sampai segugup ini. Raoul hanya bisa berdoa semoga semuanya berjalan dengan lancar. Ariana telah berhasil diselamatkan dari istana kerajaan, sementara Emilio tidak ada kabarnya setelah diracun. Untuk saat ini, Raoul hanya perlu fokus menerobos masuk ke istana dan mengambil kembali apa yang menjadi miliknya selama ini. "

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   109. Menuju Ibu Kota

    Ketika Ariana sadar kembali, dia sudah berada di ruangan sederhana yang tidak dikenal. Di sekelilingnya, Ariana mendengar suara ramai yang bercampur menjadi satu. Suara anak-anak mendominasi indra pendengaran Ariana. Gadis itu perlahan bangkit dari posisi tidurnya, lalu menatap ke sekeliling untuk mengenali lingkungan di sekitarnya. Hal yang terakhir Ariana ingat merupakan saat di mana dia memaksa untuk menyusul Cornell dan tiba-tiba merasakan perasaan sakit di bagian tengkuknya. Tampaknya untuk menghentikan perlawanannya, Carla telah memukul titik lemahnya hingga dia akhirnya pingsan. Ariana tidak tahu dia ada di mana. Namun satu hal yang pasti, Ariana tidak bisa menemukan keberadaan Carla di tempat asing itu. Setelah kesadarannya kembali, Ariana turun dari tempat tidurnya untuk keluar dari ruangan itu. Gadis tersebut membuka pintu ruangan itu dengan hati-hati, dan langsung disambut oleh anak-anak yang tengah bermain kejar-kejaran di lorong tempat tersebut. "Anak-anak, jangan berl

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   108. Emilio dan Cornell

    Saat itu Raja Emilio tengah berada di ruang kerjanya, ketika seseorang datang dengan terburu-buru untuk memberikan tahu kabar yang paling dia takuti selama ini. "Baginda, seorang penyusup telah masuk dan membawa pergi Duchess Alison!"Mengabaikan semua hal, Raja Emilio langsung berlari untuk kembali ke istana kerajaannya saat itu juga. Emilio pikir, Ariana akan aman di istananya karena dia menugaskan hampir setengah kesatria kerajaan untuk berjaga hanya di tempat itu. Ariana juga telah berperilaku dengan sangat baik akhir-akhir ini. Gadis itu bahkan mengijinkan Emilio untuk bermalam di kamarnya, lalu tersenyum kecil di berbagai kesempatan. Emilio pikir mereka bisa kembali ke titik awal yang dia inginkan sebentar lagi. Kebahagiaan yang dia dambakan ada di depan mata, ketika Ariana sudah mulai membuka hatinya lagi. Namun pemandangan yang pria itu dapatkan ketika kembali ke istananya, telah menghancurkan semua harapan Emilio. Pria itu hanya bisa melihat puluhan kesatria kerajaan yang t

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   107. Kabur dari Istana

    Raja Bernard bekerja sangat cepat untuk mempersiapkan pasukannya yang akan ikut kembali bersama Pangeran Raoul ke Ibu Kota Kerajaan Sigmund. Hanya dalam waktu tiga hari, Pangeran Raoul akhirnya siap untuk kembali ke kerajaannya sendiri. Pria tersebut melihat barisan pasukan yang ada di depannya, sebelum berbalik untuk menatap Raja Bernard dan Putri Elle yang mengantar kepergiannya. "Kebaikan Anda hari ini tidak akan pernah saya lupakan. Setelah saya berhasil mengambil alih kerajaan, saya harap dua kerajaan bisa memiliki hubungan yang baik kembali."Raja Bernard tersenyum setelah mendengar ucapan Pangeran Raoul. "Tentu saja. Hubungan kita mungkin pernah buruk karena perang. Nyawa yang hilang juga tidak akan pernah kembali. Namun dari kesalahan ini, aku ingin belajar untuk berpikir lebih kritis sebagai seorang pemimpin. Pangeran Raoul, aku akan menunggu saat di mana kedua kerajaan bisa saling membantu lagi seperti dahulu," ujarnya. "Berhati-hatilah di jalan. Aku harap semuanya berjala

DMCA.com Protection Status