"Ya ampun ... Nona Aria manis sekali dengan pakaian ini ...."Setelah berhari-hari bersama para pelayannya, Ariana akhirnya mulai terbiasa ketika gadis itu mendengar mereka memuji apa pun yang dia pakai. Ariana mencoba melakukan gerakan-gerakan peregangan dengan pakaian barunya. Gadis itu tidak menyangka. Walaupun bahan dan model pakaiannya masih terlihat cantik, Ariana tetap bisa bergerak dengan bebas ketika dia menggunakan baju latihan baru yang dipesan secara khusus oleh sang Kakek. Awalnya, kakeknya membuatkan Ariana baju itu agar Ariana bisa berlatih berkuda. Namun karena Ariana tidak pernah mau mendengarkan ucapan kakeknya di masa lalu, baju cantik tersebut dibiarkan saja terus berada di lemari pakaian tanpa pernah dipakai sekali pun. Mengingatnya saja sudah cukup membuat Ariana malu. Pantas saja orang-orang menyebutnya Duchess boneka di kehidupan terakhirnya. Ariana yang dulu, benar-benar tidak berguna dan hanya tahu bagaimana cara membahagiakan ratu dan putra mahkota. "Nona
Ketika Ariana sampai ke ruang latihan, dia menemukan bahwa seseorang telah tiba di sana lebih awal dari dirinya sendiri. Di tengah ruang latihan, berdiri seorang pria berusia tiga puluhan dengan zirah bergambar singa yang menjadi simbol keluarga Alison. Di bagian pundak, zirahnya secara khusus memiliki warna hitam, tanda bahwa dia merupakan kapten dari kesatria yang bersumpah untuk melayani keluarga Alison. Melihat sikap pahlawan yang ditunjukan oleh pria itu, Ariana tanpa sadar menunjukan senyum sedihnya. Pria yang mendedikasikan hidupnya untuk keluarga Alison ini harus mati secara tragis karena berusaha memberi keadilan bagi Ariana di kehidupan sebelumnya. Melawan semua peringatan yang diberikan oleh orang-orang di sekitarnya, pria itu terus menyelidiki pelaku yang memberi Ariana racun di hari penobatan Putra Mahkota Emilio. Akhir dari pria yang dipenuhi rasa keadilan sudah bisa ditebak setelah itu. Di suatu malam, rumahnya terbakar dan menewaskan pria itu beserta seluruh keluargan
"Nona Muda, tolong jangan berlari terlalu jauh dari kami!"Mengabaikan teriakan pelayan dan kesatria yang bertugas untuk menjaganya, Ariana berjalan cepat di lingkungan istana yang sangat luas. Kaki kecilnya membelah pepohonan besar yang mengelilingi istana. Layaknya seorang putri, Ariana memang sangat hafal tentang seluk beluk istana. Dia sengaja membuat pelayan dan kesatria kesulitan untuk mengejarnya, dan menyelinap untuk tiba di kastil besar yang tersembunyi di tengah rimbunnya pepohonan. "Tuan Peri, aku datang untuk menemuimu lagi hari ini!"Dengan susah payah, Ariana mencoba mengetuk pintu kastil yang terlalu besar untuk dirinya sendiri. Walaupun dia tidak langsung mendapat jawaban atas panggilannya, gadis itu tidak berhenti memanggil sambil mengetuk pintu besar tersebut. Ariana memanggil sampai beberapa kali, sebelum seorang anak lelaki keluar dari kastil besar tersebut. "Kamu datang lagi."Ariana tersenyum lebar saat dia melihat sosok anak laki-laki yang ada di hadapannya. Ke
Suara pedang yang beradu terdengar dari dalam ruang latihan khusus tempat Ariana dan Valencia tengah berlatih. Walaupun Ariana masih kesulitan mengimbangi latihan Albert yang tidak memberikan gadis itu sedikit pun kelonggaran, setidaknya dia sudah bisa mengayunkan pedangnya dengan benar setelah beberapa minggu latihan keras. Pelajarannya di bidang akademik juga tidak kalah lancarnya. Ariana banyak belajar ketika dia ingin menjadi ratu yang baik di masa lalu. Mempelajari ulang semuanya sekarang, hanya seperti mengulas kembali apa yang telah Ariana pahami selama ini. "Berhenti!"Pedang Valencia berhenti tepat di dekat leher Ariana ketika gadis itu lengah. Keduanya kembali menurunkan pedang mereka setelah mendengar intruksi dari Albert. Ariana terengah-engah ketika dia selesai, tetapi Valencia hanya membuang napas panjang sebelum berdiri tegak seakan dia sama sekali tidak lelah setelah berlatih melawan Ariana selama beberapa kali. "Dilihat dari mana pun, sepertinya kamu memang lebih pa
Sejak pagi-pagi sekali, Ariana sudah bangun untuk didandani di hari ulang tahun Putra Mahkota Emilio. Di tahun-tahun sebelumnya, Ariana selalu menjadi gadis paling repot karena dia menyiapkan banyak hadiah untuk tunangannya itu. Namun kali ini, Ariana bahkan tidak mau repot-repot melihat hadiah yang telah dipilih oleh James dengan hati-hati. Dia memberi hadiah hanya sebagai formalitas. Karena aslinya, Ariana berusaha tidak lagi menaruh sedikit pun kepedulian pada mantan tunangannya itu. Ketika Ariana menatap pantulan dirinya di cermin, gadis itu akhirnya paham mengapa kakeknya sampai harus memesan pakaian baru untuk pesta ulang tahun kali ini. Tidak seperti gaun cantik yang biasa Ariana pakai untuk mengunjungi pesta, gadis itu kini menggunakan pakaian cantik dengan celana sebagai bawahannya. Ariana sudah bisa membayangkan akan seheboh apa pesta nanti karena kedatangannya. Namun memang itu yang dia harapkan. Semakin banyak orang yang menganggapnya gila dan tidak masuk akal, semakin ba
"Duke Andrew dan Nona Ariana dari keluarga Alison memasuki ruangan!"Ketika seseorang mengumumkan kedatangan mereka, perhatian orang-orang di dalam hampir semua langsung tersorot pada pintu masuk ke aula istana putra mahkota. Belum cukup sampai di sana, suara bisikan-bisikan langsung terdengar saat mereka melihat Ariana datang menggunakan celana dan bukan gaun seperti biasanya. Tatapan orang-orang seakan mencemooh Ariana yang benar-benar sudah dianggap gila. Namun di bawah pengawasan sang Kakek, tidak ada orang yang cukup gila sampai berani mencemooh gadis itu secara langsung. Dengan kepercayaan diri yang berhasil dipupuknya selama hidup di lingkungan istana, Ariana berjalan dengan anggun dan percaya diri untuk menghampiri Ratu Melisa dan Putra Mahkota Emilio yang menjadi pusat perhatian dari acara kali ini. Ariana menunduk dengan hormat di depan keduanya. Gayanya yang anggun benar-benar tidak cocok, dengan tampilannya yang bisa disebut tidak pantas untuk gadis muda sepertinya. "Duk
"Raoul menyapa Baginda Ratu, dan Yang Mulia Putra Mahkota."Ariana terdiam saat dia menyaksikan pangeran tertua itu menundukan badannya tanpa malu sedikit pun. Walaupun Emilio merupakan adiknya dalam segi umur, perbedaan status mereka membuat Raoul terpaksa menundukan kepala pada adiknya sendiri. Suara bisikan terdengar di mana-mana. Dibandingkan Ariana yang datang dengan celana, orang-orang lebih berani menghina pangeran yang tidak memiliki kekuatan apa pun di istana. "Terima kasih karena kamu sudah bersedia datang sekalipun kesehatanmu tidak baik. Sebagai saudara, kehadiranmu sendiri saja sudah cukup sebagai hadiah untuk Putra Mahkota Emilio."Bukan hanya Ariana, bahkan Andrew sedikit mengerutkan keningnya saat Ratu Melisa secara terang-terangan menghina Pangeran Raoul. Karena pangeran sakit-sakitan itu jarang menerima kasih sayang dari orang-orang di istana, Raoul tampaknya terpaksa datang tanpa membawa hadiah apa pun. Pakaiannya juga terlalu sederhana walaupun dia merupakan seor
Ketika Ariana hendak kembali ke istana putra mahkota untuk menemui kakeknya, gadis itu kebetulan melihat arak-arakan raja yang datang dengan pelayan dan pengawalnya. Melihat rombongan itu, Ariana dengan ragu berhenti. Menghadapi ratu dan putra mahkota saja sudah cukup melelahkan. Ariana takut dia hanya akan membuat situasi canggung jika dia bertemu Raja Alexius tanpa didampingi oleh kakeknya. Niatnya, Ariana akan berpura-pura dia tidak ada di sana sampai Raja Alexius masuk ke dalam ruangan. Gadis itu menyelinap di antara pepohonan istana. James juga ditariknya untuk melakukan hal yang sama. Keduanya bersembunyi dengan James yang menatap bingung Ariana, sampai suara derap kaki terdengar semakin mendekati mereka. "Senang melihatmu sehat, Ariana."Ariana mendongkak untuk melihat Raja Alexius yang menatapnya dengan senyuman samar. Untuk sementara waktu, Ariana terkejut ketika dia melihat ekspresi baru di wajah raja muda tersebut. Di masa lalu, pria yang menjadi raja sebelum Emilio itu t
Selesai selesai menemui Melisa, Raoul tidak langsung kembali ke istana ketika dia malah membawa Ariana ke taman kerajaan yang indah. Setelah lama tidak bertemu, Raoul pikir dia memiliki banyak hal untuk dikatakan pada Ariana. Gadis itu tidak tahu betapa Raoul sangat menantikan pertemuan mereka. Walaupun pertemuan mereka tidak seindah yang Raoul bayangkan, tetapi pria itu tetap senang ketika dia melihat Ariana lagi. Sekarang setelah mereka akhirnya memiliki waktu untuk diri mereka sendiri, Raoul ingin bicara berdua dengan Ariana. Pria itu sama sekali tidak ragu saat dia menggandeng tangan Ariana. Jantungnya semakin berdebar keras, ketika pria tersebut tidak melihat penolakan apa pun dari Ariana. Setelah Raoul meminta Ariana duduk di tempat beristirahat yang ada di taman istana, pangeran tersebut menyusul untuk duduk di sebelah Ariana setelah itu. Namun ketika Raoul melihat wajah murung Ariana, pria tersebut tiba-tiba saja kehilangan kata-katanya. Ariana memang telah berubah menjadi w
Dari kastilnya, Melisa mendengar terompet yang menandakan bahwa perang telah usai. Emilio telah mati, dan Kerajaan Sigmund telah berhasil kembali pada pewaris sahnya. Suara bahagia dia luar kastil berhasil menghancurkan semua harapan Melisa. Wanita itu sempat terpaku, sebelum air matanya mengalir tanpa henti dari kedua matanya. Dengan kematian Emilio, semangat Melisa untuk melarikan diri segera jatuh ke titik nol. Wanita tersebut menatap perang yang telah selesai dari jendela kamarnya, lalu berbalik untuk menatap Teresa yang masih setia untuk menemaninya. Bahkan jika status mereka telah berubah, kesetiaan Teresa tetap sama sampai saat-saat terakhir. Melisa telah menyeret Teresa ke dalam balas dendam dan penderitaan ini. Namun bahkan sekarang, Teresa sama sekali tidak mengeluh ketika dia hanya terus berdiri di belakang Melisa untuk menemani wanita itu. Melihat kegigihan Teresa untuk tetap bersamanya sampai akhir, membuat Melisa kembali sedih. Senyum retak muncul di wajahnya, ketika
Ketika Ariana sudah bisa melihat gerbang istana kerajaan, gadis itu melihat bahwa pertarungan antara pasukan Pangeran Raoul dan pasukan masih berlanjut di halaman istana. Ariana baru saja hendak turun dari kudanya untuk membantu, ketika Jimmy yang melihat keberadaan Ariana langsung berteriak pada gadis itu. "Nona Aria, Pangeran Raoul telah memasuki istana bersama dengan yang lain! Kami bisa mengendalikan situasinya di sini. Jadi tolong bantu Pangeran Raoul untuk menemukan Raja Emilio!"Mendengar bahwa Pangeran Raoul telah masuk ke istana terlebih dahulu untuk mencari Emilio, Ariana merasa dia tidak memiliki banyak waktu lagi. Gadis itu hanya bisa mengangguk pada Jimmy, sebelum memacu kudanya untuk pergi ke istana kerajaan. Semakin dia masuk ke dalam istana, Ariana melihat semakin banyak orang terpaksa berhenti mengikuti Pangeran Raoul untuk melawan musuh yang ada di istana. Ariana berlari cepat ke dalam istana, dan melihat bahwa Pangeran Raoul tengah bertarung melawan Emilio. Di ru
Ketika Emilio bangun kembali, dia merasa bahwa ribuan batu telah menindih badanya yang rapuh. Pria tersebut tidak bisa menahan batuk ketika dia mencoba untuk bangun secara tiba-tiba. Pandangannya sedikit kabur. Emilio hanya bisa mendengar seseorang samar-samar memanggil namanya, sebelum dia akhirnya cukup sadar untuk melihat ke sekeliling. Begitu Emilio melirik ke arah suara berdengung yang sejak tadi terus mengganggunua, pria itu menemukan sang Ibu yang selama ini dia kurung di kastil terpencil tengah menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Emilio, syukurlah kamu telah bangun Nak. Tenang saja, sebentar lagi kita akan pergi dari tempat ini. Ibu telah memikirkannya dengan baik. Tidak ada balas dendam atau kejahatan lain. Ibu hanya ingin hidup bahagia denganmu mulai saat ini."Alis Emilio bekerut ketika dia tidak mengerti apa maksud ucapan sang Ibu. Walaupun badan Emilio masih lemas dan sedikit bergetar ketika dia paksakan untuk bangun, pria itu tetap bangun dari posisi tidurnya untuk m
Sekitar tiga puluh menit telah terlewat sejak Ariana awal berlari. Selama waktu itu, gerbang yang seharusnya terbuka masih belum dibuka oleh Carla. Ariana menatap ke arah gerbang dengan tatapan khawatir. Walaupun gadis itu tahu dia seharusnya percaya pada Carla, Ariana tetap saja tidak bisa menahan pikiran buruk yang mulai bermunculan di pikirannya. Sejak awal, membuka gerbang dari dalam dengan kerja sama dari dua orang saja memang terdengar mustahil dilakukan. Ariana baru saja hendak berbalik untuk mencapai gerbang, ketika gerbang berat yang mustahil diangkat sebelumnya perlahan mulai naik ke atas. "Si, siapa yang membuka gerbang itu?! Ke mana orang-orang yang diminta menjaga gerbang itu pergi?!"Dari kejauhan, Ariana bisa mendengar para tentara berteriak panik. Kekacauan semakin parah ketika dari dalam ibu kota saja, Ariana bisa mendengar suara langkah kuda yang melaju dengan cepat. Tatapan di mata Ariana sedikit melembut, ketika dia akhirnya bisa melihat Pangeran Raoul memimpin p
Pangeran Raoul menatap gerbang ibu kota dengan tatapan nostalgia begitu dia berhasil melihat tempat tersebut dari kejauhan. Dengan masalah yang terus-menerus menimpanya sejak Raoul pergi dari ibu kota, rasanya sudah lama sekali sejak pangeran tersebut bisa kembali ke kampung halamannya. Di dalam gerbang itu, ada Ariana dan ribuan warga ibu kota yang perlu dia selamatkan. Pertarungannya di tempat itu, akan menjadi penentu kemenangannya dalam memperebutkan takhta. Pangeran Raoul menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya sendiri. Pangeran tersebut telah melewati banyak pertarungan untuk sampai ke titik ini. Namun dari semua pertarungan, dia tidak pernah merasa sampai segugup ini. Raoul hanya bisa berdoa semoga semuanya berjalan dengan lancar. Ariana telah berhasil diselamatkan dari istana kerajaan, sementara Emilio tidak ada kabarnya setelah diracun. Untuk saat ini, Raoul hanya perlu fokus menerobos masuk ke istana dan mengambil kembali apa yang menjadi miliknya selama ini. "
Ketika Ariana sadar kembali, dia sudah berada di ruangan sederhana yang tidak dikenal. Di sekelilingnya, Ariana mendengar suara ramai yang bercampur menjadi satu. Suara anak-anak mendominasi indra pendengaran Ariana. Gadis itu perlahan bangkit dari posisi tidurnya, lalu menatap ke sekeliling untuk mengenali lingkungan di sekitarnya. Hal yang terakhir Ariana ingat merupakan saat di mana dia memaksa untuk menyusul Cornell dan tiba-tiba merasakan perasaan sakit di bagian tengkuknya. Tampaknya untuk menghentikan perlawanannya, Carla telah memukul titik lemahnya hingga dia akhirnya pingsan. Ariana tidak tahu dia ada di mana. Namun satu hal yang pasti, Ariana tidak bisa menemukan keberadaan Carla di tempat asing itu. Setelah kesadarannya kembali, Ariana turun dari tempat tidurnya untuk keluar dari ruangan itu. Gadis tersebut membuka pintu ruangan itu dengan hati-hati, dan langsung disambut oleh anak-anak yang tengah bermain kejar-kejaran di lorong tempat tersebut. "Anak-anak, jangan berl
Saat itu Raja Emilio tengah berada di ruang kerjanya, ketika seseorang datang dengan terburu-buru untuk memberikan tahu kabar yang paling dia takuti selama ini. "Baginda, seorang penyusup telah masuk dan membawa pergi Duchess Alison!"Mengabaikan semua hal, Raja Emilio langsung berlari untuk kembali ke istana kerajaannya saat itu juga. Emilio pikir, Ariana akan aman di istananya karena dia menugaskan hampir setengah kesatria kerajaan untuk berjaga hanya di tempat itu. Ariana juga telah berperilaku dengan sangat baik akhir-akhir ini. Gadis itu bahkan mengijinkan Emilio untuk bermalam di kamarnya, lalu tersenyum kecil di berbagai kesempatan. Emilio pikir mereka bisa kembali ke titik awal yang dia inginkan sebentar lagi. Kebahagiaan yang dia dambakan ada di depan mata, ketika Ariana sudah mulai membuka hatinya lagi. Namun pemandangan yang pria itu dapatkan ketika kembali ke istananya, telah menghancurkan semua harapan Emilio. Pria itu hanya bisa melihat puluhan kesatria kerajaan yang t
Raja Bernard bekerja sangat cepat untuk mempersiapkan pasukannya yang akan ikut kembali bersama Pangeran Raoul ke Ibu Kota Kerajaan Sigmund. Hanya dalam waktu tiga hari, Pangeran Raoul akhirnya siap untuk kembali ke kerajaannya sendiri. Pria tersebut melihat barisan pasukan yang ada di depannya, sebelum berbalik untuk menatap Raja Bernard dan Putri Elle yang mengantar kepergiannya. "Kebaikan Anda hari ini tidak akan pernah saya lupakan. Setelah saya berhasil mengambil alih kerajaan, saya harap dua kerajaan bisa memiliki hubungan yang baik kembali."Raja Bernard tersenyum setelah mendengar ucapan Pangeran Raoul. "Tentu saja. Hubungan kita mungkin pernah buruk karena perang. Nyawa yang hilang juga tidak akan pernah kembali. Namun dari kesalahan ini, aku ingin belajar untuk berpikir lebih kritis sebagai seorang pemimpin. Pangeran Raoul, aku akan menunggu saat di mana kedua kerajaan bisa saling membantu lagi seperti dahulu," ujarnya. "Berhati-hatilah di jalan. Aku harap semuanya berjala